Ancaman Untuk Beltran

2501 Words
    “Jangan pernah meremehkan Puti. Kau dengar sendiri apa yang dikatakan oleh Puti, bukan? Puti bersinar dengan caranya sendiri. Dan ini adalah salah satu cara yang dipilih oleh Puti. Jika penasaran, kau harus segera bersiap dan lihatlah seberapa bersinarnya Puti dengan jalan yang ia pilih.”     Ucapan Beltran seakan-akan terngiang di kepala Nazhan, dan kini Nazhan melihat sendiri bukti dari perkataan Beltran tersebut. Nazhan kembali mendapatkan kejutan dengan melihat Puti yang bergitu andal dalam berkuda. Puti bahkan mampu mengalahkan Alfa, Tengku, dan Beltran yang sama-sama memacu kuda-kuda milik mereka. Puti yang mengenakan setelan berkuda lengkap dengan perlengkapan pengamannya, tampak begitu lepas dengan senyum lebar saat dirinya memacu kudanya di lintasan balapan. Setelah selesai, Puti pun tertawa karena berhasil mengalahkan lawan-lawannya.     Puti pun mengendalikan kuda hitam gagah yang ia tunggangi dengan begitu anggun. Puti tampak begitu mungil saat menunggangi kuda tersebut. Namun, hal tersebut semakin membuat Puti terlihat memesona. Ada sebuah keberanian yang besar dalam diri Puti, hingga dirinya terlihat semakin memesona seperti itu. Nazhan sendiri, tidak bisa menahan diri untuk merasa malu. Ya, rasa malu Nazhan tersebut didasari karena sebelumnya, dirinya menyangsikan kemampuan berkuda Puti. Seperti yang dikatakan oleh Puti sendiri dan Beltran, Puti adalah perempuan yang memiliki sejuta pesona yang memilih caranya sendiri untuk bersinar.     Di satu waktu, Puti bisa bersinar dengan keanggunan yang sepertinya adalah turunan dari kedua orang tuanya. Namun, dilain sisi Puti juga bisa terlihat begitu tangguh dengan caranya sendiri. Sebagai pria, tentu saja Nazhan bisa menilai jika Puti benar-benar perempuan yang sangat memesona. Hanya saja, Nazhan tidak bisa jatuh dalam pesona tersebut. Lebih tepatnya, Nazhan berusaha untuk tidak jatuh hati. Ia sedang berusaha untuk menjaga hatinya agar tetap untuk Tahani seorang. Nazhan berusaha untuk tidak memiliki lelaki berengsek yang tidak bisa menempatkan diri dan menjaga hatinya untuk seorang perempuan saja. Nazhan yang mengenakan pakaian berkuda, mendekat pada para nona dan tuan muda yang sudah menyelesaikan acara berkuda mereka.     Ya, acara berkuda selesai setelah semua orang melakukan tiga putaran balapan, yang ketiganya dimenangkan oleh Puti. Hal itu terjadi bukan karena Alfa, Tengku, dan Beltran mengalah pada Puti. Ketiganya malah mengerahkan kemampuan mereka semaksimal mungkin untuk memenangkan balapan kuda ini. Hanya saja, ketiganya sama sekali tidak bisa mengalahkan Puti yang memang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam hal ini. Rasanya, mereka harus berlatih hingga tiga kali lipat, demi bisa mengalahkan Puti.     Kini, Alfa dan Tengku sudah turun dari kuda mereka, dan mengusap-usap kepala kuda kesayangan mereka dengan lembut serta penuh kasih. Sementara itu, Beltran yang baru saja turun dari kudanya segera beranjak mendekat pada Puti yang masih berada di atas kuda kesayangannya. Puti memang akan turun dari kudanya, tetapi karena kudanya tergolong tinggi dan tidak sebanding dengan tingginya, Puti harus mendapatkan bantuan. Karena itulah, Beltran mendekar untuk memberikan bantuan pada Puti. Beltran mengulurkan tangannya dan berkata, “Ayo, aku akan membantumu turun, Puti.”     Puti melirik pada Beltran dan menatap uluran tangan pria tersebut. Namun, Puti sama sekali tergerak untuk menerima uluran tangannya. Puti malah mengangkat pandangannya dan mencari keberadaan Nazhan. Kebetulan, Nazhan mendekat padanya saat itulah Puti melambaikan tangannya pada Nazhan dan berkata, “Nazhan, kemari! Bantu aku untuk turun dari kuda.”     Tentu saja, Nazhan dengan patuh turun dari kuda. Puti melingkarkan kedua tangannya pada leher Nazhan, sementara Nazhan menggendong Puti di depan dadanya. Saat itulah, Beltran dengan canggung menarik uluran tangannya. Tentu saja, Alfa dan Tengku bisa merasakan kecanggungan yang mengudara di sana. Keduanya juga bisa merasakan kekecewaan yang dirasakan oleh Beltran, karena itulah keduanya saling memberikan kode dan memulai aksi jail yang akan mencairkan suasana di sini.     “Nazhan, memangnya kamu tidak merasa jika menggendong Puti seperti itu terasa sangat berat? Puti kan gendut, dulu aku sampai sakit pinggang selama dua minggu karena menggendong Puti,” ucap Tengku dengan gaya tengilnya. Namun, Puti sama sekali tidak tergerak untuk membalas apa yang dikatakan oleh sepupunya itu.     Alfian yang melihat Puti masih nyaman dalam gendongan Nazhan dan melingkarkan kedua tangannya pada leher Nazhan, mengernyitkan keningnya. Pria satu itu kemudian berkomentar, “Hati-hati Puti, jangan memeluk leher Nazhan terlalu erat. Nanti kamu malah akan mematahkan lehernya.”     Mendengar apa yang dikatakan oleh Alfian tersebut, rupanya Puti tidak lagi bisa mempertahankan ketenangannya. Puti melirik kedua sepepunya. Tanpa aba-aba Puti melepaskan pelukannya pada leher Nazhan dan melompat begitu saja dari gendongan Puti. Sedetik kemudian Puti sudah berlari pada Alfa dan Tengku yang refleks melarikan diri saat Puti mengangkat tingg-tinggi pecut kuda. Keduanya sudah bisa menebak apa yang dilakukan oleh Puti, karena itulah mereka segera mengambil langkah seribu.     “Kenapa lari?!” seru Puti dengan nada tinggi.     “Apa kamu gila? Kamu mau memecut kami?!” balas Tengku dengan nada tinggi dan masih berlari menjauhi Puti yang masih mengejar tanpa mengendurkan kecepatannya sedikit pun.     “Hei, bukankah kalian memprovokasiku karena ingin mendapatkan pukulan dariku? Karena itulah, berhenti berlari!” seru Puti dengan penuh kekesalan.     Nazhan yang melihat hal itu tentu saja tidak bisa menahan diri untuk mengejar Puti. Ia tidak bisa membiarkan Puti berlarian seperti itu tanpa kawalan. Jika sampai Puti terjatuh dan mendapatkan luka fisik, sudah dipastikan Nazhan akan mendapatkan kemarahan dari nyonya dan tuan besar. Tentunya, Nazhan tidak ingin mendapatkan hal itu. Sudah cukup dirinya menghadapi tingkah Puti yang terkadang membuat kepalanya pening, ia tidak mau lagi mendapat masalah yang menambah kepeningannya.     Ditinggal oleh Nazhan dan yang lainnya, Beltran masih terpaku di posisinya. Beltran terlalu larut dalam pikirannya sendiri, hingga tidak bisa tersadar dan beranjak dari sana. Beltran tengah memikirkan kejadian yang sebelumnya terjadi. Saat ini, Beltran semakin yakin saja jika Puti memang meletakkan perhatiannya pada Nazhan. Jika sudah seperti ini, Beltran tidak bisa menganggap ini sebagai hal remeh lagi. Beltran harus berjaga-jaga, ia tidak boleh membiarkan Nazhan masuk terlalu dalam kehidupan Puti dan menempati posisi yang sebenarnya adalah milik dirinya. Beltran menatap arah kepergian Nazhan dengan tatapan dingin. Kedua tangan Beltran mengepal dengan eratnya. Kini, Beltran sudah membuat sebuah keputusan.       **             Raut wajah Puti sama sekali tidak baik. Sejak tadi, wajahnya terus saja memasang ekspresi dingin yang membekukan. Tatapan netra indahnya juga terlihat sangat tajam dan siap menusuk siapa pun yang berani untuk menatap matanya secara langsung. Suasana hati Puti yang memburuk ini tidak terlepas dari ulah Alfa dan Tengku. Kedua sepupu Puti tersebut pagi tadi tiba-tiba datang ke kediaman Risaldi menggunakan taksi. Setelah itu, keduanya masuk begitu saja ke dalam mobil pribadi Puti. Keduanya ingin berangkat kuliah bersama dengan Puti.     Mau menolak pun, Puti tidak bisa karena keduanya sudah duduk dengan begitu tenang dan nyaman di kursi penumpang. Selain itu, Puti berniat untuk menghemat waktu, karena dirinya memiliki kuis pagi. Namun, mengalah sama sekali bukan gaya Puti. Meskipun sudah berulang kali meyakinkan diri jika dirinya bisa memberikan pelajaran nanti pada kedua pemuda itu, tetap saja suasana hati Puti tidak bisa membaik. Nazhan yang tengah sibuk mengemudi, diam-diam melirik pada Puti yang kini menatap pemandangan melalui jendela mobil.     Puti pagi ini tampak begitu segar dengan rambut yang diikat menjadi satu, dan membiarkan helaian anak rambutnya yang halus membingkai wajahnya yang mungil. Selain itu, anting-anting kecil masih saja menghiasi daun telinganya yang putih. Aksesoris yang ia kenakan tersebut, sangat cocok dengan setelan pakaian yang saat ini dikenakan Puti. Puti mengenakan celana bahan sepanjang di atas mata kaki, lalu mengenakan kaos oversize yang seperti siap untuk membuat Puti menghilang dari peradaban. Jangan lupakan totebag yang rupanya akan menjadi tas favorit Puti selama masa kuliah ini.     Nazhan kembali menarik diri untuk fokus pada jalanan. Ia harus berhati-hati dalam bertindak. Tentu saja Nazhan tidak mau sampai membuat masalah yang pada akhirnya membuatnya harus kembali berurusan dengan si iblis cantik yang tengah memunculkan tanduknya. Nazhan sudah cukup mendapatkan masalah karena harus berhadapan dengan Puti yang tengah dalam mode iblis bertanduk itu. Nazhan dengan mulus mengemudikan mobil hingga sampai di area kampus. Pria itu memarkirkan mobil dengan baik, sebelum turun dari mobil tersebut.     Puti tentu saja membuang waktu dan segera turun tanpa menunggu Nazhan membukakan pintu. Alfa dan Tengku juga melakukan hal yang sama. Kedua pemuda tersebut masih saja sibuk mengocehkan segala hal di samping Puti. Awalnya, Puti ingin membiarkan keduanya hingga dirinya sampai di kelas, dan bisa mengistirahatkan telinganya. Namun, Puti sama sekali tidak bisa bertahan hingga saat itu tiba. Karena itulah, Puti dengan gerakan yang cepat memberikan pukulan dan sikutan tepat pada rusuk kedua pemuda tersebut.     Tentu saja apa yang dilakukan oleh Puti tersebut membuat Alfa dan Tengku mengerang kesakitan. Sementara itu, Puti tetap melangkah dengan percaya diri, diikuti oleh Nazhan yang tampak semakin tampan sajadengan setelan kasual yang membalut tubuhnya. Alfa dan Tengku segera berlari dengan tertatih mengikuti langkah Puti dan Nazhan. Namun, baru saja tiba di belakang Puti, keduanya dikejutkan dengan Puti yang berbalik denga wajah murka. Puti pun menghadiahkan tendangan masing-masing di tulang kering kedua pemuda tersebut.     “Ah, itu meyakitkan!” seru Tengku dan Alfa dengan kompak.     Puti tampak tidak merasa bersalah sama sekali dan berkata, “Karena kalian, hariku sangat buruk. Jika saja aku tau kuis dan semua kelas hari ini dibatalkan, aku pasti akan mengusir kalian dari mobilku. Aku tidak akan sakit telinga karena mendengarkan semua ocehan tidak bermutu kalian!”     Puti benar-benar marah, karena ternyata semua kelas termasuk kuis yang akan diadakan dibatalkan. Puti benar-benar kesal dan marah karena kesabarannya tadi sama sekali tidak membuahkan hasil yang manis. Bukankah ini namanya sia-sia saja Puti bertahan untuk bersabar dan mengalah dari kedua pembuat onar itu? Puti mengetatkan rahangnya dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Meskipun masih saja terlihat cantik, Puti juga terlihat menyeramkan ketika dirinya marah seperti ini.     Karena itulah, Tengku dan Alfa sudah bersiap untuk melarikan diri dari kemurkaan Puti, tetapi ternyata Puti tidak lagi berniat untuk mengeluarkan semua kemarahan yang bercokol dalam hatinya. Puti bungkam dan memilih untuk kembali berjalan menuju tempat parkir. Puti berniat untuk kembali pulang saja. Tentu saja, Puti ingin menghabiskan waktu dengan ibunya, atau setidaknya membaca buku kedokteran yang kemarin baru ia dapatkan dan diimpor langsung dari Jerman. Nazhan sendiri bertanya, “Nona, apa kita akan kembali pulang saja?”     “Ei, mana mungkin langsung pulang? Lebih baik kita lihat dulu festival musik dan amal yang sudah dimulai itu,” ucap Tengku.     “Iya, lagipula, jika Puti pulang, Puti pasti hanya mengurung diri di rumah. Bukankah, itu sangat membosankan?” tanya Alfa mendukung usulan Tengku.     Mendengar apa yang dikatakan oleh Tengku dan Alfa, Puti pun menghentikan langkahnya. Tentu saja hal itu diikuti oleh ketiga pria yang mengikuti Puti. Saat ini, Puti terlihat sekali seperti seorang nona muda yang diikuti oleh ketiga pengawal yang siap untuk menjaga dan melakukan apa pun untuk melindunginya. Puti pun menatap kerumunan orang-orang yang berada di hadapan sebuah panggung yang cukup besar. Tentu saja itu adalah panggung musik di mana orang-orang akan menampilkan kemampuan bermusik mereka. Ada pula band terkenal yang akan manggung untuk mengisi acara festival music dan amal.         Nantinya, semua uang yang diterima oleh pihak penyelenggara memang akan sepenuhnya disumbangkan pada pihak-pihak yang berwenang untuk menyalurkannya kembali pada mereka yang membutuhkan. Puti tampak tertarik pada panggung tersebut. Alfa dan Tengku yang melihatnya tentu saja merasa senang. Itu artinya, mereka berhasil membuat kemarahan Puti teralihkan. Puti pun menatap Alfa dan Tengku sebelum berkata, “Aku beri waktu dua menit, katakan apa yang bisa aku  lakukan di sini, hingga tidak merasa bosan. Jika usulan kalian menarik, aku akan melupakan kemarahanku, dan tidak akan memberikan hukuman pada kalian. Tapi, jika itu sebaliknya, maka aku akan memberikan hukuman dua kali lipat pada kalian.”     Alfa dan Tengku sibuk berdiskusi dan beradu argumen, sementara itu, Nazhan tampak mengamati Puti yang kini melangkah padanya dan mengulurkan tangannya pada Nazhan. Tentu saja Nazhan tidak mengerti dan bertanya, “Apa yang kamu inginkan?”     “Topi,” jawab Puti singkat.     Nazhan pun mengernyitkan keningnya dan teringat jika di dalam tasnya memang ada sebuah topi. Nazhan mengeluarkan topinya dan segera memberikannya pada Puti. Setelah itu, Puti mengenakan topi tersebut sebelum memberikan tasnya pada Nazhan. Puti berbisik, “Kenapa kamu masih saja mengenakan kontak lensa? Bukankah aku sudah mengatakannya, aku lebih suka dengan warna netra aslimu.”     Nazhan yang mendengarnya tentu saja menunduk dan balas berbisik, “Tapi saya tidak bisa melepasnya, Nona. Saya rabun jauh.”     Puti menjauhkan dirinya dari Nazhan dan menyeringai seakan-akan sedang mengejek Nazhan atas apa yang sudah dikatakan oleh Nazhan. “Apa kamu pikir, aku percaya hal itu?” tanya Puti dengan nada mencemooh yang begitu kentara. Namun, Puti sama sekali tidak berniat untuk memperpanjang pembicaraan itu dan memilih untuk menatap kedua sepupunya yang masih saja berdebat dan belum menemukan ide menarik yang bisa diusulkan pada Puti.     “Ini sudah lebih dari dua menit. Kalian gagal. Sampai di rumah nanti, bersiap-siaplah untuk latihan taekwondo denganku,” ucap Puti lalu melangkah menjauh dari keduanya. Puti memberikan isyarat pada Nazhan untuk tidak mengikutinya. Tentu saja, Nazhan berhenti dan tidak melawan perintah yang sudah diberikan oleh Puti. Hal itu tentunya membuat Puti puas, tetapi Puti tetap harus memberikan perintah pada Nazhan.     “Kamu tidak perlu mengikutiku. Jaga saja tas milikku,” ucap Puti sebelum melanjutkan langkah kakinya dan dengan lincah menyusup ke dalam kerumunan dan membuat Nazhan cemas. Kecemasan itu membuat Nazhan hampir saja mengikuti Puti, tetapi Alfa dan Tengku menghalangi langkahnya.     “Tidak perlu cemas,” ucap Tengku pada Nazhan.     “Sebaiknya, kamu bersiap saja untuk melihat sebuah kejutan yang akan segera tersaji di depan mata kita semua,” tambah Alfa dengan nada penuh percaya sendiri dan kebanggaan yang tidak ia tutup-tutupi.     Tengku dan Alfa saling bertatapan. Tentu saja, keduanya sudah bisa membaca apa yang akan dilakukan oleh Puti selanjutnya. Meskipun begitu, Alfa dan Tengku tidak berniat menjelaskan apa yang akan terjadi pada Nazhan. Karena keduanya tentu ingin Nazhan melihat apa yang akan dilakukan oleh Puti secara langsung. Selain itu, Alfa dan Tengku juga tidak mau repot-repot melakukan hal tersebut. Keduanya lebih memilih untuk bersiap melihat pertunjukkan menakjubkan yang akan ditunjukkan oleh Puti.     Benar saja, beberapa saat kemudian, semua orang terpaku dengan sosok mungil yang naik ke atas panggung setelah MC mengumumkan siapa yang akan mengisi acara selanjutnya. Ya, sosok mungil tersebut, tak lain dan tak bukan adalah Puti. Dengan percaya dirinya, Puti menunjukkan kemampuan bermusiknya yang membuat semua orang terpukau degan mudahnya. Semua orang terpukau dengan kemampuan Puti yang terlihat begitu menakjubkan. Ya, Puti terlihat sangat menakjubkan dengan kemampuannya menabuh drum. Tidak ada satu pun orang yang tidak terpukau saat melihat betapa semangat dan terlarutnya Puti dalam aksinya tersebut.     Beberapa saat kemudian, semua orang berseru dengan senangnya. Semua orang terlarut dengan tabuhan drum yang rupanya diiringi oleh bass dan alat musik yang lainnya. Festival musik tersebut, tiba-tiba berubah menjadi konser musik dadakan di mana Puti yang menjadi bintangnya. Saat itulah, di tengah keramaian dan keseruan tersebut, Nazhan tercenung saat kembali melihat betapa bersinarnya Puti. Ya, Puti bersinar dengan caranya sendiri. Nazhan tidak bisa memungkiri jika Puti memang penuh pesona.     Ketika Puti diam, Puti sudah memiliki pesona untuk menarik semua perhatian untuk tertuju padanya, walaupun Puti sendiri memasang tameng pertahanan yang membuat tidak setiap orang bisa mendekat padanya sesuka hati. Namun, ketika Puti sedikit melepaskan diri dan menunjukkan pesona yang selama ini simpan rapat-rapat, Puti terlihat semakin menarik saja. Siapa pun yang melihat Puti saat ini, pasti menilai jika Puti memang benar-benar bersinar dan membuatnya terlihat begitu memesona. Tentu saja, siapa pun yang tidak bersiap pasti hatinya akan tercuri begitu saja karena pesona yang dimiliki oleh Puti.     Nazhan sendiri tidak bisa menahan diri untuk kembali terkejut sekaligus bertanya-tanya. Ya, bertanya-tanya sebenarnya apa yang tidak bisa Puti lakukan dalam hidup ini? Dan seberapa banyak kemampuan dan pesona yang Puti miliki? Sepertinya, Nazhan harus bersiap untuk menghadapi semua pesona dan kejutan yang pasti belum diungkap oleh Puti. Nazhan harus mempertahankan dirinya sendiri agar tidak tergoda atau sampai jatuh hati pada Puti. Karena Nazhan hanya ingin mempertahankan hatinya untuk seorang perempuan saja, yaitu untuk Tahani. Semoga saja, Nazhan memang bisa melakukan hal itu. Ya, semoga saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD