Tersadar dari lamunannya, Nazhan pun menghela napas. Ia lalu menatap Puti dengan tatapan memohon. Tentu saja Nazhan memohon untuk Puti mendengarkan apa yang akan ia katakan. “Nona, tolong jangan seperti ini lagi. Nona hanya membuat saya tertekan dan tidak enak hati,” ucap Nazhan jujur dengan apa yang ia rasakan saat ini. Nazhan sama sekali tidak boleh membiarkan apa yang terjadi saat ini, karena Nazhan yakin jika sampai ini berlarut-larut, Nazhan yakin jika akan ada masalah besar yang pada akhirnya terjadi nantinya.
Puti memiringkan kepalanya, tentunya tatapannya masih tertuju pada Nazhan yang berdiri tegap dan menawan di hadapannya. “Memangnya, apa yang aku lakukan sampai membuatmu tertekan dan tidak enak hati? Coba jelaskan apa yang aku lakukan sampai kamu merasakan hal seperti itu?” tanya Puti pada Nazhan. Puti tentu saja mengharapkan penjelasan detail dari Nazhan, karena Puti sendiri sama sekali tidak menyadari ada di mana letak tindakannya yang bisa membuat Nazhan merasa tidak nyaman dan tertekan.
Nazhan kembali menghela napas. “Perasaan Nona. Itulah yang membuat saya tidak nyaman,” ucap Nazhan tanpa daya. Ya, Nazhan memang mengatakan hal yang sejujurnya. Perasaan yang diungkapkan oleh Puti, yang menjadi penyebab dari rasa tertekan dan rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh Nazhan.
Puti menyela dengan cepat dan bertanya, “Aku juga tidak merasa nyaman saat kamu menyebutku sebagai nona lagi. Jadi, apa yang akan kau lakukan dengan hal itu?”
Nazhan memejamkan matanya. Jika sudah seperti ini, Puti sungguh menyebalkan. Rasanya, Nazhan sangat ingin mencubit atau memberikan ceramah panjang atas tindakan Puti yang sangat menjengkelkan baginya. Namun, Nazhan tidak bisa melakukan hal tersebut. Tentunya, ia harus mempertahankan sikap sopannya di hadapan sang nona muda. “Baik, Puti. Sekarang, tolong dengarkan aku. Aku benar-benar tertekan dengan perasaan yang kamu miliki padamu. Mau bagaimana pun kamu berusaha, kita sama sekali tidak akan bisa bersatu. Aku pun, sepertinya tidak bisa menyukaimu, meskipun kamu memiliki sejuta pesona yang tidak bisa diabaikan, hatiku sudah dimiliki oleh orang lain.”
Puti terlihat mendengarkan apa yang dikatakan oleh Nazhan dengan serius. Karena itulah, Nazhan merasa agak puas. Setidaknya, Puti mendengarkan apa yang sudah ia katakan sejak awal. Sepertinya tidak ada salahnya jika Nazhan meminta Puti melupakan perasaannya saat ini juga. Toh, saat ini Puti sedang mendengarkan apa yang ia katakan. Nazhan kembali menatap Puti dan berkata, “Jadi, tolong lupakan semua perasaan yang kamu miliki padaku. Lupakan perasaanmu sebelum perasaanmu semakin membesar dan menjadi. Aku hanya tidak ingin sampai kamu terluka karena perasaanmu itu.”
Puti mengangguk-angguk dan memasang ekspresi yang seakan-akan menunjukkan jika dirinya memang mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Nazhan. Puti pun tersenyum dan berkata, “Aku mengerti dengan apa yang kamu katakan. Sayangnya, aku sama sekali tidak merasa jika apa yang kamu katakan itu masuk akal. Jadi, aku tidak akan menuruti permintaanmu. Aku, memiliki hak untuk menyukai siapa pun. Aku juga memiliki hak untuk memilih siapa pun yang akan mendapatkan hatiku. Dalam kedua hak yang kumiliki ini, siapa pun tidak ada yang bisa menghalanginya, termasuk dirimu, Nazhan.”
Nazhan yang mendengar ucapan Puti mau tidak mau menghela napas lelah. Rasanya, Nazhan sama sekali tidak bisa berbicara dengan Puti. Gadis satu ini terlalu keras kepala untuk diajak bicara atau dimintai untuk berbicara dengan baik. Nazhan baru saja akan kembali membuka suaranya sebelum Puti memberikan isyarat agar Nazhan tidak mengatakan apa pun. Ternyata, Puti masih belum selesai dengan apa yang ia katakan. Karena itulah, Nazhan bungkam. Nazhan kembali membiarkan Puti untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan.
“Kamu mengatakan perihal hatimu yang sudah dimiliki oleh Tahani? Apakah kamu yakin? Ah, maksudku, apakah kamu yakin jika kamu benar-benar menyukai Tahani?” tanya Puti membuat Nazhan mengernyitkan keningnya. Apa maksud Puti menanyakan hal tersebut? Bukankah jelas jika dirinya memang merasakan cinta yang besar pada Tahani? Namun, Nazhan sama sekali tidak bisa memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang diberikan oleh Puti. Entah kenapa ada sebuah keraguan yang entah datang dari mana, keraguan tersebutlah yang membuat Nazhan tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh Puti.
Melihat Nazhan yang tampak ragu untuk memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang diberikan olehnya, Puti tentu saja tidak bisa menahan senyum. Ternyata, semua buku yang Puti baca memang ada benarnya. Rasanya, Puti sangat beruntung karena bisa mengingat semua hal yang sudah ia baca. Di saat-saat seperti ini, Puti bisa menggunakan semua hal yang ia dapatkan dari ribuan buku yang sudah ia baca. Puti menyembunyikan seringai kemenangan yang hampir saja terukir dengan apik pada wajahnya. Tidak, ini bukan saatnya Puti menunjukkan senyumannya di depan Nazhan. Permainan psikologi akan sangat berperan penting di sini, dan sangat membantu Puti untuk membaca apa yang dipikirkan serta dirasakan.
“Asal kamu tau Nazhan, hati mungkin saja bisa salah menilai. Kemungkinan, saat ini kamu tengah salah menilai rasa ketertarikan yang kamu miliki untuk Tahani, sebagai rasa cinta,” ucap Puti membuat Nazhan tersentak. Hal itu tidak terlepas dari pengamatan Puti. Mungkin, Puti memang tidak memiliki empati, tetapi Puti memiliki kemampuan pengamatan dan pertimbangan yang sangat baik. Dua kemampuan tersebut, adalah hal yang sangat penting dan bisa digunakan sebagai senjata yang akan ia gunakan untuk menghadapi Nazhan serta menjerat pria yang berstatus sebagai pengawal pribadinya itu.
Tentu saja Nazhan terkejut. Nazhan sama sekali tidak pernah memikirkan hal yang tengah dikatakan oleh Puti ini. Karena jujur saja, Tahani adalah perempuan pertama yang sanggup membuatnya tertarik. Jadi, Nazhan sama sekali tidak bisa membedakan rasa ketertarikan biasanya, dengan rasa cinta yang selama ini dibayangkan olehnya. Nazhan menatap Puti. Ia merasa jika Puti sepertinya sudah sangat berpengalaman perihal jatuh cinta. Sayangnya, Nazhan sangat salah. Karena Puti sama sekali tidak pernah jatuh cinta. Puti sama butanya dengan Nazhan.
“Tidak perlu bingung. Kamu bisa tenang, karena aku ada di sini. Aku yang akan membuatmu sadar, jika kamu sama sekali tidak jatuh cinta pada perempuan itu. Selama aku membuatmu sadar, aku pun akan membuatmu jatuh cinta padaku. Karena seberapa pun kamu berusaha, kamu sama sekali tidak akan bisa menolak pesona yang aku miliki. Persiapkan dirimu, untuk jatuh cinta padaku. Sebab, jika kamu sudah jatuh pada pelukanku, aku sama sekali tidak akan pernah melepaskanmu,” ucap Puti lalu memberikan senyuman manis yang membuat Nazhan mematung.
Puti mundur dan berbalik untuk memilah buku yang akan ia beli. Puti mengabaikan Nazhan yang masih saja menatapnya. Puti menyembunyikan seringai yang terukir apik di wajahnya yang manis. Puti sama sekali tidak akan melepaskan Nazhan. Seperti apa yang dikatakan olehnya tadi, Puti akan membuat Nazhan sadar dan pada akhirnya jatuh hati padanya. Ya, Puti akan memastikan jika Nazhan akan jatuh ke dalam pelukannya.
**
“Ini, untukku?” tanya Nazhan tidak percaya dengan apa yang diberikan oleh Tahani padanya. Nazhan lalu menatap Tahani yang duduk di sampingnya. Gadis pelayan tersebut masih saja terlihat cantik seperti biasanya di mana Nazhan.
Tahani yang mendengar apa yang ditanyakan oleh Nazhan tentu saja mengangguk denga antusias. Tahani menunjuk camilan berupa beberapa potong kue yang dihias dengan cantik dengan beberapa buah segar dan krim yang lezat. Melihatnya saja, sudah membuat Nazhan bisa menyimpulkan jika camilan ini akan sangat lezat. Nazhan tidak sabar untuk mencicipi makanan tersebut, tetapi Nazhan harus bersabar dan menunggu jawaban Tahani. Setidaknya, Nazhan harus menggunakan waktu sebaik mungkin untuk berbincang ringan dengan perempuan yang sangat ia sukai ini.
Tahani tersenyum dan dengan bangga menjawab, “Iya, itu untukmu. Dan aku yang membuatnya sendiri. Cobalah, menurut teman-teman yang lainnya, kue buatanku cukup lezat, karena itulah aku membuatkannya khusus untukmu. Aku harap, itu sesuai dengan seleramu.”
Nazhan tentu saja merasa senang, karena ternyata Tahani jugalah yang membuatkan camilan ini khusus untuknya. Nazhan menatap kue-kue yang berada di dalam kotak yang masih berada di atas tangannya. “Wah, pasti kue-kue ini terasa sangat lezat. Aku sangat tidak sabar untuk mencicipinya. Aku sangat berterima kasih. Aku cicipi, ya,” ucap Nazhan lalu mengambil satu potong kue dan menggigitnya. Nazhan menahan diri untuk tidak mengernyitkan keningnya saat merasakan rasa manis yang berlebihan baginya. Nazhan memang tidak terlalu suka makanan manis. Dirinya memang berbeda dengan ibunya yang sangat menyukai rasa manis.
Namun, karena ini adalah makanan yang dibuatkan oleh Tahani, maka Nazhan akan berusaha menghabiskannya. Kini, Nazhan berusaha untuk mengatur ekspresinya. Nazhan tersenyum lebar dan tampak begitu menikmati kue yang tengah ia makan. Nazhan menoleh pada Tahani dan berkata, “Ini sangat lezat. Terima kasih karena sudah mau repot-repot membuatkan kue selezat ini untukku.”
Tahani yang mendengar ucapan tersebut tentunya merasa senang. “Syukurlah jika itu sesuai dengan seleramu,” ucapnya sembari menatap Nazhan yang kini kembali mengambil potongan kue kedua. Tahani tampak berpikir serius, seakan-akan tengah menimbang apa yang akan ia bicarakan dengan Nazhan selanjutnya.
Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, Tahani pun memutuskan akan mengatakan apa yang ia pikirkan. Ah, lebih tepatnya bertanya. Ya, Tahani ingin menanyakan sesuatu pada Nazhan. “Nazhan, jadi bagaimana tentang aku dan Tuan Theo? Apa kamu sudah menceritakan mengenai diriku pada Tuan Theo?” tanya Tahani dengan penuh rasa penasaran. Pertanyaan Tahani sudah lebih dari cukup membuat Nazhan menghentikan gerakan tangannya yang baru saja akan membawa sepotong kue buatan Tahani untuk kembali ia nikmati.
Kini, Nazhan tampak menatap Tahani dengan dalam. Nazhan meletakkan potongan kue yang akan ia makan ke atas kotak. Nazhan menghela napas panjang. “Maafkan aku. Aku belum sempat mengatakan apa-apa pada Theo. Sekali lagi, maafkan aku, Tahani. Bukannya aku tidak membantumu, hanya saja dia terlalu sibuk, dan aku sulit untuk menghubunginya. Aku harap, kamu bisa mengerti dengan apa yang terjadi,” ucap Nazhan penuh rasa penyesalan.
Bohong rasanya jika Tahani tidak merasa kecewa. Karena jujur saja, Tahani sudah sangat berharap jika Nazhan bisa memberikan bantuan padanya. Namun, ternyata semua yang Tahani harapkan tidak terjadi. Nazhan bahkan belum bisa menghubungi Theo. Malah, kini Tahani sedikit menyangsikan hubungan antara Theo dan Nazhan. Apakah mungkin, hubungan keduanya sama sekali tidak memiliki hubungan baik seperti yang dibayangkan oleh orang-orang, termasuk dirinya. Namun, Tahani tidak bisa pesimis dan menyerah terlalu awal. Karena saat ini, hanya Nazhan yang bisa dimintai bantuan olehnya, perihal hubungannya dengan Theo nantinya.
Tahani memasang senyum dan mengangguk. “Tidak perlu merasa cemas atau merasa bersalah, aku mengerti dengan situasinya. Tuan Theo memang orang yang sibuk. Tapi, aku tetap meminta bantuamu, Nazhan. Aku benar-benar butuh bantuanmu, karena hanya kamu yang memang memiliki relasi dengan Tuan Theo dan sudah dipastikan mau memberikan pertolongan padaku,” ucap Tahani dengan penuh harap.
Nazhan yang mendengarnya tentu saja mau tidak mau mengangguk dan tersenyum. “Iya, aku akan berusaha untuk membuat kalian berkenalan dan menjalin hubungan yang lebih dari sekedar kenalan saja.” Nazhan menekan rasa kecewa yang mendera hatinya saat ini. Ayolah, Nazhan tengah menjanjikan jika dirinya akan mengenalkan perempuan yang ia sukai dengan sahabatnya sendiri. Bagaimana mungkin Nazhan tidak merasa kecewa jika perempuan yang ia sukai ini malah tengah jatuh hati pada sahabatnya yang bahkan hanya baru sekali ia temui?
Namun, Nazhan tentu saja tidak bisa menunjukkan rasa kecewa dan tidak sukanya pada hal tersebut. Nazhan bahkan belum pernah mengungkapkan perasaannya ini pada Tahani. Nazhan tidak memiliki hubungan lebih selain rekan kerja dengan perempuan ini, karena itulah Nazhan samas ekali tidak memiliki hak untuk mengatakan pada Tahani jika dirinya tidak boleh tertarik bahkan sampai jatuh hati pada pria lain selain dirinya. Hal yang bisa Nazhan lakukan sekarang adalah mendekati Tahani dengan perlahan. Untuk sekarang, Nazhan akan menjadi pria yang selalu bisa diandalkan oleh Tahani dan akan selalu berada di sisinya.
Mendengar jawaban Nazhan, Tahani pun terlihat sangat puas. Tahani bangkit dari duduknya dan berkata, “Kalau begitu, aku tinggal dulu ya Nazhan. Jam kerjaku sudah kembali tiba. Aku harus kembali ke dapur. Dah, Nazhan!”
Setelah kepergian Tahani, Nazhan pun menghela napas panjang. Nazhan meletakkan kotak kue yang sebelumnya diberikan oleh Tahani di atas kursi yang semula diduduki oleh perempuan yang ia sukai. Nazhan menatap kue-kue tersebut dalam diam sebelum mengeluarkan ponselnya. Nazhan mengotak-ngatik ponselnya beberapa saat sebelum menempelkannya pada telinganya. Rupanyanya, Nazhan tengah menghubungi seseorang. “Halo?” sapa Nazhan saat sambunga telepon diangkat.
“Ya, halo? Ada apa, Nazhan? Kenapa tiba-tiba menghubungiku? Bukankah kamu tengah menikmati waktumu?” tanya suara yang tak kalah berat dengan suara Nazhan sendiri.
“Apa sekarang kau tengah mengejekku, Theo?” tanya balik Nazhan dengan nada yang tak kalah kesal. Ya, sosok yang tengah berbicara dengan Nazhan tersebut adalah Theo, pria yang sudah berhasil mencuri hati Tahani.
“Hei, jika kamu hanya menghubungiku untuk meluapkan rasa kesalmu padaku, sebaiknya kuputuskan saja sambungan telepon ini. Aku memiliki banyak tugas yang perlu aku selesaikan. Hah, sebenarnya selama hidupku, aku tidak pernah bekerja sekerasa ini dan memiliki tugas sebanyak ini,” ucap Theo dengan setengah kesal.
“Rasakan! Aku juga sama tersiksanya denganmu.”
“Memangnya apa yang membuatmu tersiksa? Bukannya seharusnya kini kamu merasa bahagia karena sudah memiliki kedekatan dengan perempuan yang sudah mencuri hatimu?” tanya Theo tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
Nazhan menghela napas panjang. Ya, Nazhan merasa sangat lelah dengan apa yang terjadi saar ini. “Bagaimana jika aku tidak tersiksa, jika perempuan yang aku sukai, malah menyukai orang lain?”
“Memangnya, siapa yang dia sukai?” tanya Theo memang ingin tahu siapakah pria yang sudah mencuri hati perempuan yang disukai oleh sahabatnya.
“Kamu. Tahani menyukaimu,” ucap Nazhan membuat Theo meledakkan tawanya begitu saja. Hal tersebut membuat Nazhan mengernyitkan keningnya tak suka. Nazhan merasa kesal bukan main. Jika saja saat ini Theo ada di hadapannya, sudah dipastikan jika Nazhan menghadiahkan sebuah bogeman mentah pada wajah sahabatnya itu.
“Apa kamu sudah puas tertawa?” tanya Nazhan sarkas saat Theo baru saja menghentikan tawanya.
Theo menghentikan tawanya dan menjawab, “Ah, maaf. Aku sama sekali tidak bisa menghentikan tawaku. Jadi, bagaimana? Apa kamu akan menyerah?”
Nazhan menghela napas panjang dan memilih untuk menyandarkan punggungnya dan menatap langit yang mulai dihiasi semburat jingga. Untung saja, kini Nazhan memang tengah memiliki waktu lengang. Sang nona muda yang ia kawal tengah sibuk dengan kedua sepupunya hingga Nazhan bisa menikmati waktunya. Awalnya, Nazhan sangat bersyukur karena Tahani mau mengajak dirinya bicara lebih dahulu bahkan memberikannya camilan yang ia buat sendiri. Namun, Nazhan sama sekali tidak mau bersyukur jika pada akhirnya ia hanya harus mendengar jika Tahani memang sangat menyukai Theo bahkan dirinya sudah sangat ingin untuk berkenalan dengan sahabatnya itu.
“Sayangnya, aku sama sekali tidak akan menyerah,” ucap Nazhan membuat Theo yang berada di ujung sambungan telepon menyeringai. Theo memang sangat senang ketika Nazhan sudah seperti ini. Kenapa? Karena dirinya bisa melihat sisi polos Nazhan yang sering terlupakan. Theo sendiri tidak mengerti bagaimana bisa seorang Nazhan bisa memiliki sisi seperti ini? Rasanya, sikapnya ini begitu berbanding terbalik dengan tampangnya yang sudah begitu menunjukkan seorang pria dewasa yang memiliki kematangan emosi. Hei, bukannya Nazhan belum dewasa, hanya saja ada satu sisi dalam dirinya yang memang belum tersentuh. Ya, sisi romansa dalam diri Nazhan belum mendapatkan pengalaman sedikit pun.
Di sisi lain, Nazhan sendiri tengah berpikir untuk tidak akan menyerah dengan mudah. Nazhan dididik untuk berjuang keras guna mendapatkan apa yang ia inginkan. Jadi, Nazhan tidak akan membiarkan Tahani pergi begitu saja, apalagi untuk jatuh ke dalam pelukan sahabatnya sendiri. Lagi pula, Nazhan tahu jika Theo sama sekali tidak tertarik pada Tahani, Theo memiliki seorang gadis yang ia sukai. Jadi, sangat tidak mungkin jika Theo menyukai Tahani.
“Tentu saja kamu tidak boleh menyerah secepat ini. Kamu sudah mengambil risiko sebesar ini hanya untuk mengejar perempuan yang kamu sukai itu.”
Nazhan kembali menghela napas panjang. “Ya, aku bahkan sampai bertukar posisi denganmu, Theo. Semua itu hanya untuk mendapatkan perempuan yang aku sukai. Karena itulah, aku tidak mungkin akan menyerah semudah ini. Aku akan berusaha hingga titik terakhir. Aku yakin, ia akan beralih menyukaiku, karena sadar jika aku lebih menawan daripada dirimu,” ucap Nazhan penuh percaya diri.