Nazhan mendapat jatah istirahat, baik sebagai bodyguard atau pun sebagai seorang mahasiswa. Ya, kini Nazhan tidak perlu berangkat kuliah, karena hari ini adalah hari libur. Hal tersebut juga berlaku pada Puti. Karena itulah, Nazhan bisa menikmati waktu bersantainya, selagi Puti memang tidak memiliki kegiatan di luar ruangan. Pagi tadi, Nazhan melihat Puti sudah masuk ke dalam perpustakaan pribadinya, dan menolak untuk diganggu oleh siapa pun. Nazhan tentu saja memilih untuk menjauhkan diri dari nona mudanya itu. Meskipun baru beberapa minggu menjadi pengawalnya, Nazhan sudah lebih dari cukup untuk mengenal bagaimana karakter Puti.
Nazhan yang bosan berada di dalam kamar pribadi yang disediakan khusus untuknya, memilih untuk ke luar dari kamar. Ya, Nazhan memang mendapatkan fasilitas yang lengkap sebagai seorang bodyguard pribadi dari sang nona muda yang ia layani. Berbeda dengan para bodyguard lain yang mendapatkan tempat tinggal terpisah dengan kediaman utama Risaldi, Nazhan memiliki salah satu kamar yang layak dan nyaman di bagian belakang kediaman luas Risaldi. Tentu saja Nazhan sendiri bersyukur mendapatkan fasilitas seperti itu dari tuannya.
Selain karena Nazhan bisa menghemat uang dan tidak perlu repot mencari tempat untuk tinggal yang memungkinkan dirinya dengan cepat mencapai kediaman Risaldi di waktu-waktu yang mendadak, Nazhan juga merasa jika ini adalah hal yang sangat menguntungkan. Tentu saja karena itu artinya intensitas dirinya bertemu dengan Tahani lebih besar. Kenapa? Karena Tahani sebagai seorang pelayan, juga diharuskan untuk tinggal di kediaman Risaldi. Tentunya, seperti para bodyguard yang mendapatkan kamar pribadi, para pelayan juga mendapatkan kamar yang terpisah dari kediaman utama Risaldi. Jadi, di area luas milik keluarga Risaldi, setidaknya ada tiga bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal.
Bangunan utama digunakan untuk keluarga Risaldi, serta beberapa pelayan atau bodyguard yang melayani secara pribadi. Sisanya masing-masing digunakan untuk tempat tinggal bodyguard serta tempat tinggal pelayan. Tentu saja, bangunan di area kediaman Risaldi tidak hanya itu. Namun, yang memang digunakan sebagai kediaman memang hanya tiga bangunan tersebut. Sisa bangunan meskipun tidak terpakai setiap hari, tetap dibersihkan secara berkala dan memastikan jika tidak ada satu sudut pun yang berdebu.
Tiba di luar bangunan kediaman utama, Nazhan pun melangkah kakinya menuju taman yang katanya didesai secara khusus oleh Puti. Nazhan sendiri setiap harinya selalu saja dibuat terkejut dengan apa yang ia dengar mengenai nona muda yang ia layani tersebut. Kabarnya, Puti adalah seorang jenius yang hampir menguasai segala bidang dalam kehidupan. Entah itu dalam bidang akademik atau non akademik, Puti selalu bisa melakukan semuanya dengan sangat sempurna. Karena hal itulah, bukan satu dua orang teman Nazhan yang mengatakan jika Puti sangat memesona sebagai seorang perempuan.
Namun, Nazhan secara pribadi merasa jika pesona Puti kalah dengan pesona Tahan. Nazhan menatap Tahani yang tengah berkonsentrasi mengurus bunga-bunga yang tertata rapi di taman. Nazhan memang tahu jika Tahani adalah pelayan yang bertugas untuk mengurus kebun buatan Puti ini. Nazhan sendiri merasa aneh, kenapa Tahani dan beberapa pelayan lainnya yang mendapatkan tugas ini? Padahal, Nazhan sendiri tahu jika ada juga tukang kebun yang bertugas untuk merawat tanaman. Jadi, Nazhan tidak bisa menahan diri untuk berpikir jika Tahani mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari para pelayan lain yang jelas lebih senior daripada dirinya.
Nazhan menggeleng dan memilih untuk melangkah mendekati Tahani. Nazhan berjongkok di samping Tahani dan berkata, “Kamu akan membuat tanaman itu rusak. Perhatikan akarnya dengan baik-baik. Tanaman seperti ini sangat sensitif pada akarnya. Jadi, kita harus sangat memperhatikan akarnya agar tidak ada yang rusak.”
Tahani jelas saja terkejut saat Nazhan tiba-tiba muncul di sampingnya dengan memasang sebuah senyuman yang membuat wajahnya begitu tampan. Tidak berhenti sampai di sana saja, Nazhan juga mengejutkan Tahani dengan pengetahuannya mengenai bunga yang semula akan Tahan pindahkan dari pot, ke taman sesuai dengan instruksi tukang kebun tadi pagi. Tahani mengernyitkan keningnya dan bertanya, “Kenapa bisa kamu mengetahui semua hal tersebut?”
“Tentu saja. Semua itu aku dapatkan dari ibuku. Ibu sangat menyukai bunga. Dulu, saat Ibu muda, Ibu bahkan memiliki sebuah kebun bunga kecil yang setiap harinya selalu mendapatkan pesanan bunga. Jadi, tentu saja aku bisa mengetahui semua hal mengenai bunga dari beliau,” ucap Nazhan.
“Wah, itu sangat mengagumkan. Ah, lalu aku harus bagaimana dengan bunga ini?” tanya Tahani sembari mengangkat bunga yang akan ia pindahkan.
Nazhan mengambil alih bunga tersebut dan berkata, “Mari, akan kutunjukkan bagaimana caranya untuk menangani bunga seperti ini. Seperti yang aku katakan sebelumnya, kamu perlu hati-hati dengan akarnya yang sangat sensitif.”
Nazhan lalu menunjukkan cara yang benar dan membuat Tahani kembali terkagum. Nazhan benar-benar terampil dengan semua yang ia lakukan. Benar-benar tidak mengherankan jika Nazhan mengatakan jika dirinya adalah seorang anak dari seseorang yang memang sudah terbiasa merawat tanaman hias. Raut kekaguman yang ditunjukkan oleh Tahani tentu saja tertangkap oleh Nazhan. Tentunya, suasana hati Nazhan melambung begitu baik. Hal itu membuat Nazhan semakin bersemangat untuk menunjukkan kemampuannya pada Tahani. Nazhan tidak akan membuang waktu untuk membuat Tahani jatuh hati padanya sesegera mungkin.
Setelah selesai menunjukkan caranya, Nazhan pun memberikan kesempatan pada Tahani untuk melakukan apa yang sudah ia contohkan. Tahani tampak begitu berkonsentrasi. Nazhan tampak begitu terhanyut dengan kegiatan tersebut, ia begitu takjub dengan Tahani yang tampak begitu cantik di matanya. Saat Tahani tanpa sengaja membuat wajahnya terkotori karena tanah, saat itulah Nazhan melepaskan sarung tangan berkebunnya dan mengulurkan tangan untuk menyeka tanah yang mengotori pipi lembut Tahani.
Tahani yang mendapatkan perlakuan manis tersebut tentu saja mengucapkan terima kasih. Nazhan yang melihat pipi memerah Tahani tanpa bisa menahan diri berkata, “Kamu sangat manis saat merona seperti itu.”
Mendapatkan pujian seperti itu, tentu saja Tahani tidak bisa menahan diri untuk semakin memerah. Tentunya, Tahani merasa begitu tersanjung mendapatkan pujian seperti itu dari Nazhan. Keduanya terus melakukan kegiatan itu dengan selingan perbincangan ringan yang menyenangkan. Saking menyenangkannya, keduanya sesekali tertawa, hingga tidak menyadari kehadiran sosok mungil yang menampilkan ekspresi tidak senang yang begitu kentara. Ya, sosok mungil tersebut tak lain dan tak bukan adalah Puti.
Gadis satu itu rupanya baru selesai berlatih golf dengan ayahnya. Karena ada sebidang tanah di area kediaman Risaldi yang memang digunakan sebagai lapangan golf. Di tangan Puti, masih ada tongkat golf yang dihadiahkan oleh Agam saat dirinya berulang tahun. Puti tampak tidak tahan saat melihat Nazhan dan Tahani yang masih saja tertawa dan tidak menyadari kedatangannya. Dengan langkah anggun, Puti mendekat pada keduanya, dan berdeham. Ternyata, deheman Puti sudah lebih dari cukup untuk mmebuat Nazhan dan Tahani menghentikan tawa mereka. Keduanya segera berdiri dan memberikan hormat pada Puti yang tampak begitu cantik dengan setelan yang ia gunakan saat berlatih golf.
Puti menatap Tahani, lalu berpindah menatap Nazhan. Puti tentu saja bisa menilai jika keduanya ternyata sudah bersama-sama mengerjakan tugas dalam memindahkan bunga-bunga yang semula Puti instruksikan pada tukang kebun. Puti pun bertanya pada Nazhan, “Apa kamu juga memiliki tugas untuk mengurus kebun seperti ini?”
“Saya tidak memiliki tugas seperti itu,” jawab Nazhan kembali menggunakan nada formal. Tentu saja Nazhan membuat Puti mengernyitkan dalam-dalam.
Tahani yang mulai merasakan jika Puti tengah merasa tidak senang dengan apa yang ia dengar. Karena itulah, Tahani maju untuk menjelaskan agar Nazhan dan dirinya tidak mendapat kemarahan Puti. “Nona, Nazhan menawarkan bantuan pada saya. Karena Nazhan melihat saya yang memperlakukan bunga dengan cara yang salah, maka Nazhan membantu untuk menunjukkan cara yang benar. Nazhan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas untuk merawat bunga dan kebun, Nona,” jelas Tahani.
Puti menatap Tahani dan berkata, “Aku sama sekali tidak bertanya padamu, jadi aku tidak membutuhkan penjelasan darimu.”
Tentu saja mendapatkan perkataan sedemikian tajamnya dari Puti, Tahani menunduk dan menggigit bibirnya kuat-kuat. Nazhan yang melihat reaksi Tahani tersebut tentunya merasa tidak senang. Nazhan tidak senang saat perempuan yang ia sukai diserang oleh kata-kata tajam tersebut. Sayangnya, Nazhan lupa jika dirinya kini tengah berada di hadapan nona muda yang cerdas dan tidak memiliki empati. Puti yang melihat kilas tidak senang pada kedua netra Nazhan, menyeringai dengan tajamnya. “Jangan berpikir, jika sikapku ini jahat. Karena aku memiliki sikap yang lebih jahat daripada ini.”
Puti mendorong Tahani dan Nazhan untuk memberikan dirinya ruang. Puti pun mengangkat tingi-tinggi tongkat golf yang ia pegang dan mulai mengayunkannya dengan penuh semangat. Ayunan tangan Puti seakan-akan Puti tengah mencoba untuk memukul bola golf, tetapi kini yang menjadi objek pukulannya tak lain adalah bunga-bunga yang baru saja dipindahkan oleh Tahani serta Nazhan. Puti hampir menghancurkan sepertiga bunga yang berada di sana, sebelum menghentikan aksinya tersebut.
Puti lalu berbalik dan menatap kedua orang yang tampak syok dengan apa yang telah ia lakukan. Masih dengan kelopak bunga yang berterbangan dan menghujaninya, Puti memasang sebuah senyum apik. Puti menumpukan kedua tangannya pada tongkat golf dan berkata, “Karena kemampuan berkebunmu yang baik, maka aku memberikan tugas tambahan untukmu, Nazhan. Selain menjadi pengawalku, kamu akan menjadi pengurus kebun buatanku ini. Esok, aku akan memberikan rancangan baru kebun yang aku inginkan. Dan kamu, Tahani, aku mengganti tugasmu menjadi membantu staf dapur.”
Tentunya, apa yang dikatakan oleh Puti tidak bisa diganggu gugat. Nazhan sendiri menilai, di bawah hujan kelopak bunga dan dengan rupa yang begitu menawan seperti ini, Puti terlihat tidak seperti malaikat lembut yang memberikan kasihnya pada semua orang. Bagi Nazhan, Puti lebih mirip seperti seorang iblis yang siap membuat setiap orang yang ia lihat menderita karena ulahnya. Namun, apa yang bisa Nazhan dan Tahani lakukan? Keduanya hanya bisa menelan semua protes yang mereka miliki, daripada malah membuat si iblis cantik kembali menunjukkan tanduknya.
**
Nazhan ke luar dari kamarnya dengan setelan jas formal yang menjadi seragam bertugasnya. Nazhan menatap jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangannya. Masih tersisa waktu tiga puluh menit sebelum jam delapan tiba, tetapi Nazhan harus segera menuju kamar Puti dan bersiap di sana. Hari ini, suasa hati Puti sama sekali tidak baik, dan Nazhan tidak ingin membuat hal itu semakin memburuk. Karena itulah, Nazhan setidaknya harus membuat semua yang Puti perintahkan terlaksana dengan baik.
Nazhan pun melangkah menuju kamar Puti yang berada di lantai dua. Malam ini, akan ada tamu penting yang datang ke kediaman Risaldi ini. Karena itulah, semua orang sudah bersiap untuk menyambut kedayangan tamu tersebut. Nazhan sendiri, diwajibkan untuk bersiap dan berpakaian formal untuk mendampingi Puti nantinya. Sebenarnya, hanya akan diselenggarakan makan malam bersama, tetapi Agam ingin semua orang melakukan persiapan sesempurna mungkin dan serapi mungkin. Karena Agam tidak ingin membuat tamu yang akan datang merasa tidak nyaman.
Nazhan tiba di depan pintu kamar Puti. Namun, sebelum dirinya mengetuk pintu, Puti sudah membuka pintu. Puti tampil dengan aura yang menakjubkan padahal, Puti sama sekali tidak berdandan dengan berlebihan. Puti terlihat berdandan seperti biasanya, tetapi kali ini ia menggunakan gaun anggun berwarna hitam berlengan panjang. Nazhan sendiri, sepertinya tidak pernah melihat Puti yang mengenakan pakaian mini. Sepertinya, Puti adalah tipe perempuan yang tidak senang mengenakan pakaian jenis seperti itu. Namun, Nazhan merasa jika itu adalah hal yang sangat baik. Bukankah perempuan memang diharuskan untuk menjaga diri dengan baik dengan menutupi tubuhnya dengan baik-baik?
Puti mengernyitkan keningnya saat melihat tampilan Nazhan. Bukan karena Nazhan tidak terlihat tampan atau tidak sedap untuk dipandang, melainkan karena Nazhan menggunakan sesuatu yang membuat Puti terganggu. Puti mendekat pada Nazhan dan menahan pria yang berstatus sebagai pengawalnya tersebut dengan kedua tangannya. Puti melakukan hal tersebut, karena Nazhan memang berusaha menjaga jarak darinya. “Diam,” desis Puti dan Nazhan tentu saja diam karena melakukan perintah Puti.
Ternyata Puti melepaskan dasi kupu-kupu yang dikenakan oleh Nazhan dan menggantinya dengan dasi biasa. Belum cukup sampai di sana, ternyata Puti juga menyimpulkan dasi tersebut dengan rapi. Nazhan mematung, terkejut dengan perlakuan Puti dan merasa bingung dengan reaksi seperti apa yang harus ia berikan pada Puti. Namun, belum juga Nazhan menemukan reaksi seperti apa yang harus ia berikan pada Puti, ternyata Puti sudah lebih dulu selesai dengan apa yang ia lakukan. Puti merapikan simpul dasi dengan gerakan yang cepat sebelum berkata, “Kamu lebih cocok menggunakan dasi bersimpul seperti ini, daripada dasi kupu-kupu.”
Puti lalu mengambil langkah mundur dan menatap penampilan Nazhan dengan seksama. “Jika seperti ini, barulah penampilanmu terlihat sempurna,” tambah Puti sembari menyunggingkan senyuman manisnya.
Saat itulah Nazhan bisa sadar dari keterkejutannya dan menatap Puti sebelum menjawab, “Terima kasih, Nona.”
Puti hanya mengangguk sekilas. Nazhan lalu memberikan jalan bagi Puti untuk memimpin jalan. Namun, Puti sama sekali tidak mau melangkah. Puti malah memiringkan kepalanya sembari menatap Nazhan. Seakan-akan mengerti dengan apa yang tengah diminta oleh Puti, Nazhan pun dengan ragu mengulurkan tangan kanannya pada Puti. Saat itulah Puti menerima uluran tangan tersebut. Pada akhirnya, Nazhan meletakkan tangan Puti pada sikunya yang terlipat dan melangkah menyusuri lorong. Waktu sudah berjalan dengan cepat, dan keduanya harus segera turun untuk menyambut tamu yang akan datang.
Di tengah perjalanan yang singkat tersebut, Puti pun mengisinya dengan pembicaraan singkat. “Aku tidak suka dengan hal yang seperti ini, tapi aku tidak bisa menolak permintaan Bunda. Jadi, meskipun kamu tidak menyukainya, kamu juga harus mau karena aku yang memintanya.”
Nazhan tidak menjawab dan hanya mengangguk. Kepatuhan Nazhan rupanya lebih dari cukup membuat suasana hati Puti membaik. Namun, beberapa saat kemudian Puti berkata, “Ah, jangan lupa jika besok kamu harus memulai tugasmu untuk menata ulang kebun bunga sesuai dengan desai yang telah aku siapkan. Karena aku sedikit senang, aku akan memberikan izin agar para tukang kebun untuk memberikan bantuan untuk mengurus kebun.”
“Terima kasih, atas ke—”
“Jangan menyebut aku orang baik. Karena pada kenyataannya, aku bukan orang baik. Aku sosiopat. Seseorang yang tidak memiliki empati atau kasih sayang. Ah, mungkin aku tidak sepenuhnya sosiopat, karena pada dasarnya aku sangat menyayangi Bunda dengan sepenuh hatiku. Namun, hal itu tidak bisa menghapuskan fakta dokter pernah mendiagnosa diriku sebagai seorang sosiopat. Jadi, kesimpulannya, aku tetap bukan orang baik,” ucap Puti dengan menyunggingkan sebuah senyuman yang membuat Nazhan mematung.
Nazhan sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menjawab ucapan Puti, karena dirinya harus berhati-hati saat meniti tangga, apalagi dirinya tengah menggandeng Puti. Tiba di lantai satu, ternyata semua orang sudah berada di depan pintu utama untuk menyambut kedatangan tamu yang baru saja tiba. Nazhan menyempatkan diri untuk mencari keberadaan Tahani. Ternyata, perempuan yang ia sukai tersebut, juga ada di sana dan tengah berbaris dengan para pelayan lainnya. Puti tidak melepaskan tangan Nazhan dan malah menarik Nazhan untuk melangkah ke depan. Ia dan Nazhan berdiri di dekat ibu dan ayah Puti.
“Selamat malam, Om,” sapa Beltran dengan ramah dan tentu saja tidak melupakan sopan santun yang harus digunakan saat berhadapan dengan orang tua.
Saat itulah Puti melihat Beltran yang tampak begitu tampan dengan gaya yang melekat dengan dirinya. Beltran mencium tangan Agam dan Yasmin, lalu memasang senyum manis pada Puti. Tentu saja Puti tidak tergerak untuk membalas senyuman tersebut. Puti merasa jika bukan kewajiban baginya untuk membalas senyuman tersebut. Namun, Puti mengeryintkan keningnya saat seorang pria yang berperawakan tinggi besar yang mengingatkan dirinya pada sosok Nazhan muncul di belakang Beltran.
Puti mengernyitkan keningnya bukan karena sosok pria tersebut, melainkan karena reaksi tubuh Nazhan yang menegang. Tangan Puti yang masih mengait pada tangan Nazhan, lebih dari cukup untuk merasakan reaksi tersebut. Saat Puti menoleh dan menatap wajah Nazhan, saat itulah Puti melihat jika raut Nazhan terlihat tidak baik-baik saja. Ketika Beltran berkata, “Perkenalkan, ini Theo Harmono. Direktur Utama cabang perusahaan Al Karafi.” Saat itulah raut wajah Nazhan semakin terlihat tidak baik. Namun, Puti tidak bisa menahan diri untuk menyeringai.
Puti mendekatkan dirinya pada Nazhan dan berbisik, “Wah, ternyata kenalanmu adalah orang yang sangat berkelas.”
Nazhan tidak bisa menahan semua bulu kuduknya untuk tidak berdiri saat itu juga. Nazhan merasa jika kini si iblis cantik sudah mencengkram dirinya dengan kuat-kuat. Jika sudah seperti ini, Nazhan harus mencari cara untuk melepaskan diri dari cengkraman si iblis cantik ini. Karena jika tidak segera melepaskan diri, Nazhan tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Puti selanjutnya padanya. Mungkin, Puti akan memperbudak dirinya dengan jahatnya.