Bab 10

1140 Words
Felix duduk menatap Lucy yang sibuk membongkar isi lemari yang seingatnya baru saja perempuan itu bereskan sore tadi. "Kamu ngapain sih dari tadi di sana?" tanya Felix yang mulai jengah dengan tingkah Lucy. Lucy berbalik membawa dua baju di tangannya "Menurutmu aku pakai yang mana di antara dua gaun ini?" tanya dia meminta saran. Felix berdecak lidah sambil berdiri menghampiri Lucy, mengambil baju di kedua tangan perempuan itu lalu melemparnya di atas tempat tidur beralih menggandeng tangan Lucy keluar dari kamar. "Mau kemana?" katanya bingung. Felix menoleh lalu mengerlingkan sebelah matanya. Lucy mengikuti saat Felix melewati beberapa lorong dan berjalan di pinggir kapal lalu naik ke beberapa tangga hingga mereka berada di puncak. Di sana ternyata juga ada beberapa orang namun Felix kembali membawanya jauh dari mereka, hampir dekat dengan bagian belakang kapal di mana di tempat itu hanya ada Lucy dan Felix. Felix melepas jaketnya dan meletakkan di lantai kapal menyuruh Lucy duduk di sana agar baju yang lucy pakai tidak kotor. "Langit berbintang seperti ini akan lebih indah jika di lihat dengan hembusan angin yang menyejukkan" Felix tersenyum lalu merangkul Lucy dari samping dan perempuan itu menyandar di lengan Felix begitu nyaman. Lucy dapat melihat lampu lampu rumah yang ada di pinggiran pantai. Kapal belum jauh dari tepian sehingga pemandangan saat ini begitu indah, pantulan lampu dan langit berbintang memang sangat indah rasanya saat ini suasana begitu romantis. Perasaan Lucy menghangat saat Felix mengecupnya di kening. Benda kenyal itu menyalurkan rasa aman di benaknya seakan tak ada yang perlu ia khawatirkan. "Felix. Hal apa yang aku lupakan saat sebelum aku pindah ke jerman?" tanya Lucy. Felix menoleh. "Kenapa tiba-tiba?" "Aku hanya ingin mengingatnya. Rasanya begitu sesak ketika ada hal yang ingin aku ingat tapi tak bisa ku lakukan" Felix mengecup puncak kepala Lucy "Jangan memaksakan pikiranmu untuk mengingat apapun yang ingin kamu ketahui. Terkadang memang ada hal yang tidak perlu kamu tau untuk kesehatanmu sendiri" Lucy mendongak, Felix tersenyum tipis. "Suatu saat kamu pasti akan mengingatnya, tapi jangan di paksakan. Meskipun jika kamu mengingat semuanya akan ada hal besar yang tidak akan kamu sadari akan terjadi di antara kita" ucap Felix meskipun ada rasa nyeri di dadanya ketika mengatakan kalimat itu barusan. "Dan kamu membuatku penasaran" sahut Lucy kesal. Felix terkekeh pelan dan semakin mengeratkan pelukannya. "Aku akan tetap menyayangi mu seumur hidupku. Percayalah, karena aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu" Lucy tersenyum manis. Keduanya mendongak menatap langit berbintang tanpa bulan. Entah pergi kemana benda bulat bersinar yang hanya muncul malam hari itu. Keduanya hanyut dalam perasaan masing-masing, mata memang memandang ke langit tapi pikiran jauh melayang entah kemana. Namun suara perut Lucy membuyarkan suasana romantis itu. Felix tidak bisa menyembunyikan tawanya, lelaki itu langsung tertawa begitu saja, Lucy menatapnya Jengkel. "Lapar?" Tanya Felix. Lucy mengangguk. "Ayo kita cari makan" Felix berdiri lalu mengulurkan tangan. Lucy menerima tangan Felix dan tangan satunya membawa jaket Felix yang ia pakai sebagai alas duduk. Felix meninggalkan Lucy duduk sendiri di saat Felix mengambilkan makanan. Lucy melihat para tamu sangat banyak hingga matanya melihat keberadaan sosok Gama tengah duduk menikmati segelas wine di dekat kolam yang ada di tengah ruangan. Senyum di bibir Lucy mengembang meskipun Gama sekarang tidak sedang melihatnya, sepertinya Gama juga tidak menyadari dirinya duduk di sana, sekitar lima meter dari Gama. Perasaan nya terasa sangat senang tanpa alasan yang jelas hingga seseorang terlihat menyapa Gama, pria itu menoleh namun seorang yang menyapa Gama justru menghalangi pandangan Lucy untuk melihat wajah Gama. Dan orang yang berbicara pada Gama tak lama pergi, akhirnya Lucy melihat wajah Gama. Lelaki itu menggerakkan wine di dalam gelas sebelum matanya bertemu dengan sepasang manik mata Lucy, Gama tersenyum ke arahnya. Saat itu juga jantungnya berdetak seperti orang habis lari maraton. Tanpa sadar Lucy melambaikan tangan menyapa Gama. Lelaki itu menunduk seperti menahan tawa hingga akhirnya Felix datang menghalangi wajah Gama dari hadapannya. Lucy sedikit kecewa. "Kamu suka dengan makanan laut kan? Ini aku bawakan lobster panggang dan udang krispy" ucap Felix sambil memberikan dua jenis makanan laut itu pada Lucy. "Terima kasih. Lalu kamu sendiri tidak makan?" Felix menggeleng, tak lama seorang pelayan datang membawa kereta dorong berisi makanan aneka jenis berhenti di dekat mereka. "Oohh pantesan" kekeh Lucy lalu menyantap makanannya. ______ Ke esokan harinya pesta formal di gelar untuk sumpah janji sepasang pengantin yang sangat cantik dan tampan hari ini dengan balutan gaun putih dan tuksedo dengan warna senada. Setelah mengadakan ritual sakral itu mereka mengadakan acara sesi foto di lanjutkan dengan acara lain-lain yang tidak Lucy tau namanya apa karena dia tidak ikut bersama ke acara begitu Felix membawanya ke pinggiran kapal tak jauh dari tempat resepsi. "Kamu mabuk laut?" tanya Lucy. Felix menggeleng. "Tuan Schroder kan?" sapa seorang pria yang memakai balutan jas hitam yang pastinya mahal. Lucy dan Felix menoleh. "Bisa bicara sebentar pak. Beruntung saya bisa bertemu anda di sini" ucap pria itu lagi. Lucy menepuk bahu Felix dan tersenyum sebelum pamit dan bergabung pada yang lain selagi Felix berbicara masalah pekerjaan dengan pria tadi. Sepasang mata Lucy melihat sekeililing sebelum seorang pria datang menghampiri nya. "Hai cantik" ucap Pria yang usianya sekitar 20 an tahun. Sepantaran dengannya. Lucy tersenyum paksa "Hai" "Sendirian aja nih. Bareng yuk, aku lagi jomblo gak punya pasangan" ucap pria itu lagi, Lucy akan menjawab jika seseorang tidak menarik pria tadi menjauh darinya. "Elah Dam. Tinggal bentar aja udah godain cewek orang" orang itu kemudian menatap Lucy "Maaf ya mbak. Temenku emang rada gak waras kalo gak minum obat" "Eh k*****t lo Dika. Ngatain gue gak waras" Sahut pria yang di panggil Dam oleh Dika lalu kedua pria itu pergi. Lucy terkekeh pelan, sepertinya kedua orang tadi adalah teman yang kocak. Saling ejek tapi tidak marahan. Lucu juga. Lalu Lucy kembali melihat ke arah Felix dan cowok itu kini berbicara pada dua orang yang tidak Lucy kenal. Sampai Lucy merasa tangannya di tarik pelan, Lucy mendongak melihat siapa yang membawanya, kemudian dia tersenyum menyadari itu adalah tindakan Gama. "Sendiri di tempat ramai bahaya. Kamu bisa kena senggol terus jatuh gimana?" ucap Gama dan dia berhenti untuk melepaskan tangan Lucy. "Kenapa sendirian? Bodyguard mu kemana?" "Maksudnya Felix? Tuh dia di sana" Lucy menunjuk tempat Felix. Gama mengangguk kemudian menyuruh Lucy duduk. "Kamu sendiri datang sama siapa? Pacar ya?" goda Lucy. "Aku datang sendiri. Lagian aku ingin dekat denganmu jadi aku sengaja tidak mengajak siapapun datang bersamaku" katanya sambil menatap Lucy. Lucy tersenyum malu. "Apa tidak bosan datang sendiri. Apalagi ku dengar nanti malam akan ada pesta dansa lalu siapa yang akan jadi pasangan dansamu?" Gama mengedikkan bahu "Kamu. Siapa lagi" jawabnya. "Tapi aku akan bersama tunanganku. Maaf sekali" Gama terkekeh pelan "Aku tidak suka berdansa" jawabnya sambil menatap kedua manik mata Lucy seakan menyelaminya mencoba melihat apakah masih ada ketertarikan lucy terhadapnya. Dan hasilnya ada. Terlihat bagaimana mata itu justru terlihat berbinar dan senyum yang begitu manis itu hanya di berikan kepadanya. Gama harap begitu. Tiba-tiba Felix datang membawa Lucy menjauh dari Gama. "Gama aku duluan" ucap Lucy cepat saat Felix menariknya. Gama tersenyum geli meskipun Lucy di bawa Felix. "Dasar anak penyu" Gumam Gama. Namun masih dapat di dengar oleh telinga Lucy. Anak penyu? Sepertinya ia pernah dengar dan merasa akrab dengan panggilan itu. Tapi kapan? _____,,_____ To be Continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD