Happy Reading!!!
_____
Lucy berjalan masuk ke ruang kerjanya dia langsung duduk melepas lelah karena pengunjung yang datang cukup banyak. Sepertinya tiga orang karyawan saja masih kurang dan dirinya harus merekrut orang baru lagi.
Begitu ia duduk ponselnya berdering tertera nomor asing di layar utama.
"Hallo"
Hening...
Lucy menatap layar ponsel nya. Panggilan masih terhubung tapi kenapa tidak ada jawaban.
"Dengan siapa saya bicara?" tanya Lucy.
"Ini aku Gama. Kau masih mengingatku?"
Lucy tersenyum "Iya tentu saja. Apa yang bisa ku bantu"
"Aku ada di butikmu mungkin kamu bisa membantuku memilihkan pakaian mana yang cocok denganku"
"Tunggu sebentar"
Lucy meletakkan ponsel ke meja kemudian bergegas mencari keberadaan Gama. Entah kenapa mendengar suara Gama saja perasaan nya bergetar aneh, seperti ada rasa senang yang tidak bisa di deskripsikan. Bibirnya tertarik membentuk senyuman manis saat melihat keberadaan Gama yang juga menatapnya sambil tersenyum.
Oh astaga tampan sekali.
Lucy segera menggeleng cepat membuat pikiran itu menghilang. Berusaha bersikap biasa saja karena jika Felix tau pria itu pasti akan marah meskipun Lucy belum pernah melihat Felix marah sebelumnya.
Gama sendiri masih berdiri menunggu Lucy datang menghampiri. Tapi sialnya bayangan Foto lucy yang ia lihat tiba tiba terbayang dan entah bagaimana caranya hingga Gama membayangkan Lucy berjalan dengan pakaian yang sama seperti yang di foto.
Otaknya sekarang tambah m***m saja setelah lama tidak menyentuh wanita. Namun begitu melihat Lucy dan senyum manisnya tiba-tiba Gama ingin mendekap perempuan itu dan membuatnya berteriak memanggil namanya.
"Sudah dari tadi ya datangnya?" Tanya Lucy yang mampu membuat Gama bangun dari mimpi blangsaknya.
"Tidak juga" jawab Gama "Oh ya apa kamu punya koleksi sejenis pakaian formal?" Tanya Gama sambil berjalan melihat deretan baju.
"Apa kau akan Dinner bersama istrimu?" Kekeh Lucy "Aku punya beberapa yang cocok" sambungnya sembari masuk ke salah satu ruangan di mana kualitas dan bahan pakaian formal terpajang rapih di sana.
Gama ingin mengatakan dirinya belum menikah dan kalau pun dia menikah maka pengantin wanita nya sekarang sedang ada di depan matanya, tersenyum cantik bagaikan bidadari.
"Ku pikir warna coklat ini cocok denganmu dan pasti dinner bersama istrimu nanti akan romantis" Lucy menarik satu baju dari beberapa baju lain.
"Bagus juga pilihanmu. Bagaimana bisa kamu tau aku sangat menyukai warna coklat?" Tanya Gama mengambil baju di tangan Lucy "Oh iya asal kamu tau saja jika aku belum menikah" setelah itu Gama mengerling nakal.
Lucy terkekeh geli.
"Maaf. Ku kira kamu sudah memiliki seorang istri atau bahkan seorang anak"
"Jika kamu mau menjadi istriku maka kita akan membuat anak nanti. Bagaimana?"
Lucy membulatkan matanya kemudian tertawa kecil "Kamu pintar bergurau. Tapi aku sudah akan menikah tapi tidak dengan mu" Jawab Lucy namun hatinya tiba-tiba merasa tidak senang, senyum di wajahnya pudar.
Ada perasaan yang tidak dapat di ungkapkan. Sulit di jelaskan tapi membuat hatinya sesak tanpa alasan yang jelas. Sesuatu mengganjal namun sulit tuk di hilangkan.
"Apa kamu tidak enak badan?" Gama sedikit memiringkan kepala melihat respon Lucy yang hanya memberikan senyum terpaksa.
Menatap Wajah Gama dengan serius kemudian dahinya berkerut "Apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?"
Kalimat dari bibir Lucy barusan membuat Gama membeku untuk sesaat. Apa Lucy sudah mengingatnya? Mengingat memori yang terlupakan itu?
Lucy tertawa menyadari pertanyaan yang ia lontarkan itu tidak beralasan.
"Tidak mungkin. Aku baru saja datang ke indonesia mungkin hanya perasaan ku saja" katanya lagi.
"Maaf Gama aku tidak bisa menemanimu memilih pakaian. Tiba-tiba aku tidak enak badan. Maaf ya" pamit Lucy, ia berbalik meninggalkan Gama.
Tangan Gama terulur ingin menghentikan Lucy dan mengatakan bukan hanya saling kenal tapi dialah orang yang sama yang telah mencintai nya selama sembilan tahun. Namun tangan itu perlahan di tarik kembali, sadar Jika Lucy tidak akan mengingatnya semudah itu setelah sekian banyak luka di masa lalu.
Bahu Gama merendah lemah, semangatnya langsung berkurang tapi sebisa mungkin ia harus membuat Lucy perlahan mengingat nya.
Gama kembali menghampiri mobilnya kemudian pergi menuju cafe untuk sekedar menikmati minuman dingin menyejukkan pikiran nya yang kacau memikirkan Lucy terus menerus.
"Gama!"
Merasa namanya di panggil Gama menoleh. Sosok perempuan dengan perut besarnya datang menghampiri, sejenak alis Gama berkerut namun begitu ia sadar dia langsung berseru
"Ah Nadine ya. Wah udah ada calon dedek bayinya, selamat ya Nadh, badanmu makin gemukan aku jadi pangling tadi" Ucap Gama.
Nadine tidak bisa menyembunyikan raut wajah senangnya saat melihat Gama.
"Kamu udah bisa jalan lagi Gam. Aku seneng liatnya" mata Nadine berkaca kaca.
Gama kelabakan "Nah loh kok malah nangis ini gimana ceritanya. Aku kan gak ngapa ngapain kamu wong megang aja kagak"
Nadine tertawa "Ini hormon ibu hamil Gam. Kamu sendiri bagaimana kabarnya?"
"Aku baik. Oh iya Sini duduk dulu, kasian adek bayinya kalo mamanya berdiri terus" Gama menarik salah satu kursi kemudian Nadine duduk di sana.
Setelah sekian lama sejak pernikahan mereka di batalkan waktu kecelakaan itu Gama tidak pernah lagi bertemu Nadine. Dan sekarang saat di pertemukan kembali Nadine sedang berbadan dua dan lebih gemuk dari tiga tahun lalu.
"Sayang kok malah-" Suara panggilan itu berhenti saat seorang pria kini menatap Gama.
Gama tersenyum "Ini suamimu ya Nadh? Perkenalan aku Gama temen Nadine jaman kuliah" Gama menjabat tangan suami Nadine.
"Saya Rendra. Senang bisa bertemu teman dari kampusnya nadine, Boleh duduk di sini juga?"
"Oh silahkan" Gama mempersilahkan. Rendra juga ternyata pria yang ramah beruntungnya Nadine memiliki pengganti dirinya dengan pria seperti ini.
Ketiga nya terlibat percakapan ringan sesekali tertawa. Sejenak Gama mulai tidak terlalu memikirkan masalahnya. perasaan Gama terhadap Nadine sudah selesai tiga tahun lalu. Sekarang pun Gama sudah tidak memiliki perasaan apapun terhadap mantan calon istrinya ini.
Ternyata waktu berputar begitu cepat. Dunia sangat sempit hingga mempertemukan dirinya kembali dengan nadine terlebih pertemuan ini Nadine membawa serta keluarganya.
Gama jadi berpikir jika sekarang dirinya juga sedang membawa Lucy dan anak anak mereka kelak. Bermain bersama, menghabiskan waktu dan bahagia bersama pasti sangat membahagiakan.
Namun perjuangan Gama untuk mendapatkan Lucy baru saja di mulai kembali. Ada Felix di balik dinding pembatas mereka, semoga Lucy cepat sadar jika yang sebenarnya perempuan itu cintai bukan Felix melainkan dirinya.
Tak lama Nadine dan Rendra pergi meninggalkan Gama seorang diri dengan gelas minuman dingin yang masih setengah.
"Aku yakin jika lucy ditakdirkan untukku. Dari sekian banyak hukuman atas kesalahanku di masa lalu kenapa harus ingatan Lucy yang di ambil?" batin Gama.
Gama menunduk sambil mengaduk minumannya dengan sedotan.
"Ternyata di posisi mencintai dan tak dicintai itu tidak enak tapi kenapa Lucy mampu bertahan hingga sembilan tahun?"
"Gadis selugu itu tidak pantas menerima hukuman yang harusnya jadi milikku. Kenapa bukan aku saja dulu yang tidak mengingat apapun, kenapa harus lucy, seorang gadis yang tidak tau apa-apa"
"Semakin banyak cobaan aku semakin yakin jika suatu saat takdir menyatukan aku dan Lucy untuk hidup bahagia"
Gama meminum juice nya sebelum dia pergi. Perasaan nya sudah mendingan dari yang tadi dan sekarang dia harus mempersiapkan diri karena mulai besok hingga lima hari kedepan ia akan lebih sering bertemu Lucy.
Apapun yang terjadi Gama akan berusaha membuat sedikit demi sedikit agar Lucy mengingatnya kembali.

_____
Salam sayang dari
SILAN
❤❤❤❤