Ciuman

1374 Words
Stella mengernyit merasakan sesuatu yang basah terus menyentuh bibirnya. Matanya masih terasa berat dan dia masih ingin melanjutkan tidurnya, tapi sentuhan itu justru semakin sering dia rasakan. Dengan setengah hati gadis cantik itu membuka matanya. Setelah beberapa kali mengerjap untuk menyesuaikan diri, Stella sudah dikejutkan dengan wajah Om-nya yang berada tepat di depannya. "O-Om." kejut Stella. "Morning, Baby." sapa Juan santai dan kembali melakukan kegiatannya, apalagi kalau bukan mengecupi bibir Stella. Dia menciumi bibir ranum Stella yang terasa sangat kenyal di bibirnya. Membuat Juan candu, ingin terus merasakan kelembutan bibir ranum itu. "Emph.. Om.. Om Juan kenapa ganggu tidur Stella sih?" kesal Stella menahan d**a Juan agar tidak terlalu dekat dengannya. Dadanya terasa sesak karena ditimpa tubuh besar Om-nya. "Udah siang, emang kamu nggak mau berangkat sekolah?" kata Juan mengelus pipi Stella dengan lembut. Menatap keponakannya dengan pandangan intens. "Males, Om. Hari ini pasti belum ada pelajaran. Kan baru selesai ujian kenaikan kelas." balas Stella sedikit gugup. Pipi chubby-nya sudah dihiasi semburat merah yang menambah aura cantiknya di pagi ini. "Jadi mau bolos?" tanya Juan menaikkan sebelah alisnya. Tangannya masih bergerak mengelus sisi wajah Stella dengan lembut. Stella tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Dasar tukang bolos." ledek Juan mendorong kening Stella dengan jari telunjuknya. "Kaya Om Juan gak pernah aja." cibir Stella. Masih dengan posisi berbaring dan Juan yang menunduk, Stella menarik leher Omnya agar semakin merapat. Sudah beberapa hari ini dia mulai terbiasa dengan kedekatannya dengan Juan. Ditambah pria itu sering kali mencuri kecupan di bibirnya yang membuat Stella juga ingin merasakannya. "Maju dikit, Om." pinta Stella. "Ini Om udah nunduk banget. Lagian kamu kenapa masih tiduran aja." balas Juan jutek. "Males bangun, mending gini enak." kata Stella tanpa merasa risih dengan kedekatannya bersama Juan. Dia merangkulkan kedua lengannya dengan santai di leher kokoh Juan. "Kamu enak, leher Om yang capek." dengus Juan dan melepaskan lilitan tangan Stella pada lehernya. Stella memberenggut karena kesenangannya diganggu. Tapi sebelum dia melontarkan kekesalannya, Juan justru ikut berbaring di sampingnya. "Lahh, kenapa Om Juan jadi ikutan baring? Emang Om gak berangkat kerja?" tanya Stella heran. "Emang kamu aja yang bisa bolos." cibir Juan, tapi tangannya menarik tubuh Stella agar merapat ke arahnya. "Iya deh yang jadi Pak Bos." cebik Stella memutar bola matanya. Kemudian keadaan menjadi hening. Stella hanya diam merasakan tangan Juan yang sesekali mengelus bahu polosnya yang hanya memakai baju tidur satin dengan dua tali tipis yang menggantung di kedua sisi pundaknya. "Berarti bentar lagi kamu naik kelas 3 ya, Stel." gumam Juan karena sibuk memberikan kecupan pada bahu mulus Stella. "Emnh.. Iya, Om. Tinggal setahun lagi Stella lulus sma." jawab Stella menormalkan suaranya yang terasa tercekat karena merasakan kecupan lembut bibir Juan pada bahunya. "Rencananya kamu mau lanjut kemana?" tanya Juan kali ini menaikkan wajahnya dan berhenti di perpotongan leher Stella. Stella sedikit menggeliat karena napas hangat pria itu mengenai kulit sensitifnya. "Stella sih pengen lanjut ke luar negeri, itupun kalau Om ngijinin." balas Stella menciut, takut Juan marah. "Di sini aja ya sama Om. Kalau kamu jauh, Om sama siapa di rumah sebesar ini." bujuk Juan terdengar manja. "Makanya cari istri Om, biar ada yang nemenin." kekeh Stella membiarkan tangan Juan melingkari pinggangnya. Pria itu menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Stella. "Ada kamu buat apa nyari istri." gumam Juan. "Om Juan ngomong apa?" tanya Stella karena tidak bisa mendengar jelas apa yang diucapkan oleh Omnya itu. "Gak ada." balas Juan singkat. Memilih memejamkan matanya. Keadaan kembali hening. Tapi bibir Juan kini sibuk mengecupi leher Stella yang membuatnya mabuk kepayang. Harum wangi tubuh Stella begitu menenangkan sekaligus memabukkan, sehingga Juan betah berlama-lama di area itu. "Emnh.. Jangan digigitin donk, Om." rintih Stella. "Kenapa emangnya?" tanya Juan bergumam. "Geli, Om. Rasanya aneh gitu." jawab Stella jujur. "Tapi enak, kan?" kerling Juan. "I-iya." balas Stella bersemu. "Pengen yang lebih enak nggak, Stel?" rayu Juan sambil mengelusi sisi wajah Stella. "Apa emangnya?" tanya Stella balik dan menghadap Juan. Juan tak menjawab, pria itu justru bergerak mengungkung keponakannya yang terbaring di atas ranjang. Jantung Stella berpacu kencang menyadari posisi mereka yang sangat intim, membuat gadis itu merasa gugup. Juan semakin merendahkan wajahnya sehingga kini jarak di antara keduanya semakin menipis. Stella terpejam, merasakan hembusan napas hangat Juan yang mengenai wajahnya. Apalagi hidung mereka sudah saling bersinggungan. Juan menelan ludahnya, terpaku menatap lekuk bibir Stella yang sempurna di matanya. Dia semakin mendekat dan akhirnya kedua bibir mereka saling bertemu. Cup~ Awalnya Juan hanya mendiamkan bibirnya yang menempel di bibir Stella. Setelahnya pria itu mulai menggerakkan bibirnya menghisap bibir atas bawah Stella. Juan merasa pening merasakan kelembutan bibir keponakannya itu. Lain halnya dengan Stella. Gadis itu merasakan sesuatu menggelitk perutnya. Dia merasakan desiran itu datang kembali. Membuatnya terbuai dengan apa yang dilakukan Omnya pada bibirnya. Juan tak henti menghisap bibir atas bawah Stella bergantian. Dia mendesis karena merasakan rasa manis yang begitu memabukkan hanya dengan mempertemukan bibirnya dengan bibir Stella. "Buka mulut kamu, Stel." desis Juan karena sudah tidak tahan lagi. Entah dengan sihir apa Juan membuat Stella seketika patuh. Dia membuka sedikit bibirnya dan Juan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia langsung menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Stella. Menyapa lidah gadis itu yang hanya diam karena belitan lidahnya. Juan menggeram, merasakan miliknya mulai tegang hanya karena berciuman dengan Stella. Pria itu mulai merangsang keponakannya sehingga Stella tanpa sadar ikut membalas belitan lidah Omnya walau dengan gerakan kaku. "Enggh... " lenguh Stella ketika Juan beralih mengulum bibirnya. "Balas ciuman Om, Stel." bisik Juan di sela ciumannya. Dengan ragu Stella mulai membalas ciuman Juan. Keduanya saling melumat dan mengulum. Juan yang terlihat lihai itu lebih agresif memainkan bibir Stella. Sedangkan Stella hanya bisa membalas setiap lumatan yag diberikan Juan denga kaku. "Emnhh.. O-omhh.. " Stella melenguh di sela ciumannya karena mulai merasa sesak. Pasokan oksigen dalam tubuhnya mulai menipis. Dengan tak rela Juan melepaskan ciumannya. Membuat benang saliva terjalin di antara bibir keduanya seperti jembatan gantung yang diapit oleh dua tebing curam. Napas Stella tersenggal karena untuk pertama kalinya dia merasakan apa yang disebut dengan ciuman. Dia tidak menyangka, rasanya akan senikmat ini saat bibirnya bertemu dengan bibir Juan dan saling bergerak. Juan kembali berbaring di samping Stella. Napasnya mulai stabil dan berangsur normal. "Gimana, Stel? Enak kan?" tanya Juan mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap tenang, walau dalam hati dia ingin meledak karena baru saja berhasil mencium keponakan cantiknya. Tak ada jawaban dari Stella, gadis itu justru memunggunginya karena terlalu malu. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Kenapa rasanya enak banget sih." jerit Stella dalam hati. Juan melirik Stella yang tak berhenti menggelengkan kepalanya. Terkekeh geli karena menyadari jika saat ini keponakannya itu tengah malu. Dengan menyeringai Juan membalikkan tubuh Stella dan menariknya sehingga kini gadis itu sudah berada di atas tubuhnya. "Coba sekarang kamu yang cium Om." kata Juan mendekap erat pinggang ramping Stella. Stella membelalak, disusul dengan kedua pipinya yang dihiasi pendar merah. Juan semakin terkekeh dan mendekatkan wajahnya kembali ke arah Stella. Mengikuti nalurinya, Stella lalu memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya ke arah Juan. Dengan ragu dia menempelkan bibirnya ke atas bibir Juan, lalu menggerakkannya dengan pelan. Juan menggeram, dia merasa tidak sabar dengan apa yang tengah dilakukan oleh Stella saaat ini. Sehingga dia menarik tengkuk Stella. Membuka bibirnya terbuka dan mulai melumat bergantian bibir atas dan bawah gadis itu. "Emphh..." suara itu keluar dari bibir Stella yang tengah dikulum oleh Juan. Gadis itu mulai terhanyut, dan memberanikan diri untuk ikut menggerakkan bibirnya seperti apa yang dilakukan oleh Juan. Saling mengulum, melumat dan menghisap tiada henti. Tak mempedulikan status terlarang di antara keduanya. Clop Juan melepaskan ciumannya. Dia menatap Stella dengan pandangan berkabut. Juan lalu memilih menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Stella. Menciuminya dengan lembut yang berhasil membuat gadis itu melenguh kecil. Stella membuka bibirnya yang telah membengkak akibat ulah Juan. Napasnya masih belum stabil, namun Juan justru kembali memberikan rangsangan pada area sensitifnya sehingga membuat tak dapat menahan lenguhan yang mendesak keluar dari bibirnya. "Emnhh..O-Omhh..." rintih Stella karena merasakan gigitan-gigitan kecil pada lehernya. "Nikmatin aja, Stel." bisik Juan dengan suara serak. Akhirnya pagi itu, di hari senin yang harusnya keduanya beraktivitas di luar rumah kini lebih memilih menghabiskan waktunya di dalam kamar Stella. Juan tak henti memberikan sentuhan ringan di bagian tubuh Stella yang tidak seharusnya dia sentuh. Tak hanya itu, dia juga kembali mencumbu bibir Stella. Membuat bibir ranum gadis itu membengkak karena ulahnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD