Matahari senja mulai menampakkan diri, dengan warna jingga yang mendominasi, tapi Marta dan Perly belum juga menemukan kesatria yang mereka cari.
"Bagaimana bisa kita mengenali para kesatria itu hanya dengan kalung dan tanda di lengan kanannya. Kamu tidak lihat? Tadi kita melewati pasar, dan di sana pasti banyak yang menjual kalung yang serupa," ucap Perly mulai kesal.
Bagaimana tidak, mereka hanya beristirahat sebentar dan kembali berjalan. Sungguh malang nasib kakinya.
Marta berhenti dan berbalik menatap Perly yang ada di belakangnya. Gadis itu bahkan sudah berjongkok di bawah memasang wajah ingin menangis. "Ya sudah. Ayo kita istirahat dan kembali ke rumah Tier," ucap Marta.
Perly hanya mengangguk dan berjalan menuju sebuah rumah yang ada di seberang jalan untuk beristirahat. Sepertinya rumah itu tidak dihuni lagi.
"Apa kau membawa tumbuhan energi? Aku sangat membutuhkannya sekarang," ucap Perly bersandar pada dinding rumah itu.
Gelengan kepala dari Marta membuat Perly kembali lemas. Sungguh, energinya terkuras habis saat ini.
"Tumbuhan energi akan kering jika berada di darat terlalu lama, dan itu tidak akan berkhasiat sama sekali," jelas Marta. Marta kemudian mengeluarkan tabung air, "Ini, kita masih punya sedikit air yang tadi Tier berikan. Minumlah." Marta memberikan tabung itu pada Perly.
Perly langsung mengambilnya dan meminumnya. Dia tak menghabiskannya, dirinya masih punya hati untuk menyisakannya untuk Marta.
"Ini, kamu juga minum. Aku tau kamu juga haus."
Marta tersenyum dan menerimanya ternyata gadis ini memiliki sisi manis juga, "Terima kasih," ucap Marta.
Terdiam cukup lama, mata Perly mengedar melihat daerah ini, menelisik seluk beluknya, "Aku pikir, dunia fairy itu aneh. Ternyata sama saja seperti dunia manusia, rumah, buah-buahan, dan bahkan di sini juga ada pasar. Hanya saja bedanya di sini penuh dengan magic, dan daerahnya cukup kecil."
Marta terkekeh mendengar ucapan Perly yang terakhir, "Tentu saja kecil, ini hanyalah daerah pengendali Earth. Masih ada tujuh daerah pengendali lainnya yang belum kita kunjungi."
Pernyataan Marta sukses membuat Perly membulatkan bola matanya, rahangnya bahkan terasa terjatuh karena menganga. Jadi ini bukan daerah keseluruhan dari para pengendali? Pantas saja dia hanya melihat pengendali earth di sini.
Tanpa ingin mendengar pertanyaan Perly, Marta dengan sendirinya menjelaskan, "Di dekat air terjun es fairy adalah daerah Pengendali Froz, Snow, dan Pengendali Storm. Di dekat pegunungan fairy adalah daerah Pengendali Lightning dan Pengendali Plants, di dekat laut fairy adalah daerah Pengendali Pearl dan Pengendali Fire. Dan di sini adalah daerah Pengendali Earth," jelasnya.
Dari penjelasan Marta, kembali timbul pertanyaan di otak kecil Perly, "Tunggu. Kau menyebutkan delapan pengendali, lalu kenapa kita hanya mencari tujuh pengendali?" tanya Perly bingung.
"Karena kamu adalah salah satu dari mereka. Selain itu, salah satu tujuan kita mencari para kesatria itu adalah untuk memperjelas identitasmu," jawab Marta.
"Aku tidak mengerti."
"Kamu akan tau nantinya." Perly hanya mengangguk pelan tak ingin mendesak Marta untuk memberitahunya.
"Bolehkah aku bertanya lagi?"
"Kau sudah bertanya omong-omong," ucap Marta yang berhasil membuat Perly menampilkan ekspresi datarnya. Marta terkekeh, setidaknya ada hiburan untuknya saat melihat ekspresi kesal Perly di balik wajah datarnya itu, "Silahkan saja," lanjutnya kemudian.
"Kenapa kamu tau semua tentang ini? Tentang aku, ibuku, daerah ini, dan semua yang berhubungan dengan dua dunia ini? Bukankah kamu hanya satu tahun di atasku? Apakah semua pengendali memang mengetahui semua ini sama sepertimu?" tanya Perly.
Marta tersenyum lalu menadahkan telapak tangannya ke atas, "Fatum liber"
Setelah mengucapkan mantra itu, tiba-tiba sebuah buku muncul di atas telapak tangan Marta. Buku takdir yang dulu pernah dia baca.
"Aku mengetahui semuanya dari buku ini, dan dari cerita ayahku." ucap Marta. Perly mengambil alih buku itu dari Marta dan melihatnya, "Jadi semua pengendali memiliki buku ini?" tanya Perly.
Marta menggeleng, "Tidak. Hanya orang tertentu yang mempunyainya, termasuk ketujuh kesatria yang sedang kita cari."
"Kalau begitu, mereka sudah tau kalau aku akan datang mencari mereka?" tanya Perly lagi yang hanya diangguki oleh Marta. Dan anggukan itu semakin banyak menimbulkan berbagai pertanyaan di kepala Perly.
"Tapi bagaimana caranya kita saling mengenali? Kau bilang, kau pun tidak tau rupa mereka seperti apa."
Marta menjentikkan jarinya dan buku yang ada di tangan Perly hilang seketika. Katanya, "Lambang yang ada di punggung jarimu, itulah tanda yang akan mereka kenali untuk menemukanmu, Lambang itu adalah lambang yang sama dengan lambang dari kalung yang mereka punya, dan itulah tanda yang akan kamu kenali untuk menemukan mereka," jelas Marta.
Perly menatap punggung-punggung jarinya. Marta kembali bersuara, "Kamu tau kenapa lambang itu belum memiliki warna?" tanya Marta membuat Perly menggeleng tanda tak tahu.
"Karena lambang itu akan memiliki warna ketika kamu sudah menemukan mereka. Itulah kenapa aku bilang, tujuan lain kita mencari mereka juga untuk menyempurnakan identitasmu."
Perly menganggukkan kepalanya mengerti. Perly tidak pernah mengira kalau tanda yang ada dipunggung jarinya itu begitu pentingnya. Dia pikir ini hanya hiasan semata.
"Ya sudah. Ayo kita kembali ke rumah Tier. Ini sudah hampir malam," ucap Marta.
Perly mengangguk, "Ayo."
Brakk
"Aduh!"
Seseorang menabraknya.
Orang itu segera membantu memasukkan barang-barang yang berjatuhan kembali ke dalam tas Marta, setelah dirinya merapikan barang-barangnya juga. Gadis itu menatap Perly, "Maaf. Aku minta maaf, tadi aku terlalu buru-buru," ucap orang itu pada Perly.
Marta dan gadis itu membantu Perly berdiri, "Iya tidak masalah. Lagi pula aku juga tidak melihatmu berlari tadi," jawab Perly tersenyum.
"Sekali lagi aku minta maaf. Aku harus pergi sekarang, kamu benar tidak apa-apa bukan?" tanya orang itu memastikan.
"Tidak apa. Aku baik-baik saja. Kamu pergi saja. Mungkin urusanmu memang mendesak," ucap Perly.
Orang itu mengangguk dan kembali berlari pergi dari sana.
"Kau benar tidak apa-apa? Ada yang sakit atau luka?" tanya Marta memastikan kembali keadaan Perly dan hanya di jawab gelengan oleh Perly, "Tas Tier bagaimana?"
"Tidak apa-apa. Hanya kotor sedikit, tapi sudah kubersihkan. Ayo."
Marta menggenggam tangan Perly dan pergi dari tempat itu.
•
"Ah kalian kembali rupanya," ucap Tier saat melihat Perly dan Marta berjalan mendekat padanya.
"Yaa ... hanya di sinilah tempat kami di daerah ini," jawab Perly membuat Tier tersenyum senang.
"Kau sedang apa?" tanya Marta setelah meletakkan tas milik Tier di bangku depan rumah pemuda itu.
"Oh itu. Aku hanya sedang melatih kekuatanku. Kalian tau? Sang penyelamat yang ada di buku takdir itu kabarnya sudah datang. Dan semua pengendali di dunia fairy akan mengadakan festival untuk penyambutannya," ucap Tier semangat, matanya benar-benar memancarkan rasa senang.
Perly dan Marta tentu saja terkejut. Apa mereka sudah tau mengenai Perly? Dan dengan cepat, Perly menyembunyikan tangannya ke belakang.
"Apa kalian sudah tau bagaimana rupanya?" tanya Marta lagi memancing informasi apa saja yang Tier dapat.
"Tidak ada yang tau bagaimana rupanya. Tapi walau begitu kami tetap akan mengadakan festival," jawab Tier membuat Perly dan Marta bernafas lega.
Seakan teringat sesuatu, Tier melempar pertanyaan, "Bagaimana tentang saudara kalian? Kalian sudah bertemu? Atau ada informasi tentang dia?" tanya Tier lagi.
"Huftt ... kami belum bisa menemukannya. Kami akan kembali mencarinya besok," jawab Perly.
Tier hanya mengangguk mengerti.
Kembali teringat akan sesuatu, Tier segera menatap Marta, "Tasku, di mana?" tanyanya dan Marta menunjuk kursi tempat dia tadi meletakkan tas Tier. Melihat tas tersebut, Tier langsung berjalan menuju tasnya dan melihat ke dalam tasnya. Namun matanya melotot saat barang yang dia cari tidak ada di dalam tas itu. Hanya ada tabung air dan beberapa buah yang masih tersisa.
"Kau sedang apa? Kau sedang mencari sesuatu di tas itu?" tanya Marta.
Tier menoleh sekilas, "Iya. Aku tidak menemukan kalungku di sini," ucap Tier pelan, kembali fokus mencari kalungnya.
"Kalung?" tanya Perly mengernyitkan dahinya.
•
Matahari sudah terbenam, yang menjadi penerang saat ini hanya cahaya bulan dan lentera yang ada di setiap rumah penduduk. Namun Perly, Marta dan Tier masih berada di luar rumah, tepatnya kembali ke tempat di mana tadi Marta dan Perly beristirahat saat akan pulang.
"Tier, maafkan aku. Aku benar-benar tidak menyadari kalau di dalam tas itu ada kalungmu. Aku benar-benar minta maaf," ucap Marta merasa sangat bersalah.
Tier yang masih sibuk mencari keberadaan kalungnya, berbalik menatap Marta, "Aku tidak menyalahkanmu. Aku yang salah tidak memberitahu kalian terlebih dahulu," jawabnya tersenyum lalu kembali mencari kalung itu.
"Di mana sih kalungnya ..." gumam Perly.
Hampir dua jam mereka berkeliling di tempat itu, bahkan mereka juga menanyainya kepada orang-orang di sekitar tempat itu. Namun kalung itu belum juga ditemukan.
Tier yang sedang berjongkok, berdiri dan menghela nafas panjang, "Huft ... sudahlah. Aku akan mencarinya kembali besok. Ini sudah larut malam, sebaiknya kita pulang saja," ucap Tier tiba-tiba membuat Marta dan Perly berhenti mencari kalungnya.
Mereka menatap sedih pada Tier. Kalung itu pasti sabgat berharga sampai Tier rela mencarinya malam-malam begini. Perly berpendapat, "Atau jangan-jangan kalungmu terbawa oleh wanita yang menabrakku tadi," ucap Perly.
Seakan baru teringat, Marta kembali memutar ingatannya pada kejadian tadi, "Itu bisa saja. Karena tadi wanita itu juga memungut isi tasnya yang juga berserakan di tanah," timpal Marta.
"Apa kalian ingat bagaimana wajahnya?" tanya Tier.
Marta sudah akan menjawab tidak dengan gelengan kepala, namun Perly dengan cepat menganggukkan kepalanya, "Ya aku ingat, tapi sepertinya dia bukan dari pengendali Earth, karena dia memakai baju berwarna biru tua. Rambutnya juga," jawab Perly.
Dan itu adalah jawaban terpolos yang Perly berikan. Bisa-bisanya gadis itu menjawab demikian yang pastinya akan membuat Tier curiga. Maka Marta akan kembali menyelamatkan mereka daei pertanyaan Tier tentang Perly, "Iya. Dia pengendali Froz," ucap Marta membuat Tier beralih menatapnya.
Tier menghela nafas panjang mendengarnya. Bertambah sulit lagi baginya untuk menemukan kalung itu. Dan Perly, gadis itu baru saja menyadari ucapannya segera menutup mulutnya dan melotot pada Marta yang sudah lebih dulu memelototinya. Dia benar-benar tidak sengaja.
"Sepertinya kalung itu tidak akan aku dapatkan lagi," ucap Tier lemah.
"Kenapa? Kita bisa saja mencarinya ke daerah Pengendali Froz. Kita pasti bisa mendapatkannya," ucap Perly yakin di angguki Marta. Meski tak seratus persen yakin, tapi mereka tetap harus meyakinkan diri, ini adalah akibat dari kecerobohan mereka. Mereka harus mempertanggung jawabkannya.
"Kalian lupa? Aku sedang berlatih untuk mempersiapkan festival, jika kita pergi ke daerah Pengendali Froz, itu akan memakan waktu yang lama," ucap Tier.
"Kamu benar ..." gumam Perly pelan.
"Aku rasa aku punya cara," ucap Marta setelah lama berpikir.
"Kau bilang, seluruh pengendali di fairy akan mengadakan festival bukan? Itu artinya seluruh pengendali akan datang ke bukit fairy. Dengan begitu kita bisa mencari Froz yang membawa kalungmu," jelas Marta membuat Perly tersenyum lebar. "Cerdas! Itu ide yang sangat bagus dan masuk akal. Lagi pula aku masih ingat bagaimana wajahnya, itu akan memudahkan kita menemukannya," timpal Perly.
"Apa cara itu bisa berhasil?" Tier terlihat ragu membuat mereka berdua ikut sedikit ragu, "Aku tak terlalu yakin. Tapi apa salahnya kita mencoba? Mungkin saja akan membuahkan hasil nantinya. Dan ini juga merupakan kesalahan kami, kami akan bertanggung jawab untuk itu," ucap Marta.
"Baiklah. Terimakasih karena sudah membantuku," ucap Tier yang hanya diangguki oleh mereka berdua, "Ayo kita pulang, lanjutnya.
Mereka kembali berjalan, menuju jalan pulang ke rumah Tier.
"Tapi Tier, kenapa kamu begitu menyayangi kalung itu? Bukankah itu hanya pemberian dari seseorang? Apakah dia itu orang yang spesial bagimu?" tanya Perly di tengah perjalanan mereka.
Tier menoleh, setidaknya dalam dua hari ini dia tau kalau ternyata Perly adalah seorang gadis yang penuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dirinya mengangguk, "Ya begitulah. Kalung itulah yang membantuku untuk mencarinya nanti," jawab Tier tersenyum.
"Wah ... Marta, apa kau tak patah hati mendengarnya?" Perly menaik turunkan alisnya menggoda Marta, sedangkan Marta hanya memelototkan matanya pada Perly. Marta beralih menatap Tier, "Jangan didengarkan, dia hanya sedang mengantuk," ucapnya membuat Tier tertawa kecil.
Ya begitulah, di sepanjang jalan mereka hanya diisi oleh suara Perly yang sangat suka menggoda dan menjahili Marta.
"Awas!"
Perly dan Marta terduduk akibat tarikan kuat yang Tier lakukan.
Di sana, di depan mereka, seorang pemuda berpakaian serba hitam, lengkap dengan sayap hitam di punggungnya, menyeringai menatap mereka, "Pengendali Earth," ucapnya pelan.
Perly mengalihkan penglihatannya pada pohon yang di samping kirinya. Pohon itu berubah menjadi hitam dan mengering hingga bersatu dengan tanah di bawahnya. Apa jadinya jika serangan itu tepat mengenai dia dan Marta tadi?
"Dark," gumam Marta yang masih dapat di dengar oleh Perly. Perly mengalihkan tatapan, menatap orang menyeramkan itu. Ternyata begini bentuknya pengendali dark? Pikirnya.
Marta menyeret Perly untuk berdiri di belakangnya, lalu berbisik pada Tier, "Jika nanti terjadi perkelahian, kumohon, lindungi Perly apapun yang terjadi. Jika terjadi sesuatu padaku, anggap saja ini adalah permintaan terakhir dariku." Dan itu berhasil membuat Tier terdiam untuk sesaat, sebelum perhatiannya kembali dia tujukan pada pemuda itu.
"Mau apa kau datang ke wilayah kami?" tanya Tier berdiri di depan Perly dan Marta, melindungi kedua gadis itu.
"Kau lupa? Pengendali Dark-lah yang menguasai dunia ini," ucapnya kemudian tertawa jahat.
Tier balik memancing dengan tersenyum miring, "Apakah kau tidak mendapat kabar bahwa penyelamat kami sudah datang? Seharusnya kau bersiap-siap untuk pergi dari dunia ini," ucap Tier tersenyum meremehkan.
Tawa pemuda itu menghilang, digantikan oleh wajahnya yang penuh amarah.
Perly yang ada di samping Marta dapat merasakan hawa menyeramkan dari pemuda itu, apalagi sekarang kuku-kuku hitamnya semakin bertambah panjang dan tajam, "Akan kumusnahkan kalian terlebih dahulu!" teriaknya.
Dengan gerakan cepat dia menyerang Tier dan Tier membalasnya tak kalah cepat. Tier dan pemuda itu sama-sama mengeluarkan senjatanya, lalu kembali bertarung.
"Perly, kau tunggu di sini. Aku akan membantu Tier," ucap Marta.
"Aku juga akan membantunya," ucap Perly akan berjalan menuju Tier.