Sebulan sudah berlalu dari pertemuan Adam dengan Zafran. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Adam dan keluarganya. Hari ini, untuk yang kedua kalinya Adam diwisuda karena berhasil menyelesaikan thesisnya, walaupun waktunya mundur dari yang ditargetkan, syukurlah akhirnya ia bisa menyelesaikan thesisnya berkat dorongan atau lebih tepatnya paksaan dari dosennya dan juga keluarganya.
Sedari pagi keluarga itu sudah sibuk menyiapkan pakaian yang akan dikenakan ke gedung wisuda. Semua anggota keluarga hadir tanpa kecuali. Keluarga itu terlihat sangat kompak dan bahagia. Seusai upacara wisuda, seluruh anggota keluarga Adam mengucapkan selamat.
“Alhamdulillah akhirnya anak mama lulus juga,” ucap Bu Malik sambil memeluk dan mencium pipi kanan dan kiri Adam. Adam pun tersenyum bahagia dan membalas pelukan mamanya.
“Selamat ya, Dam. Sekarang kamu bisa lebih fokus ngembangin bisnis kamu,” ucap Pak Malik sambil memeluk anak lelakinya itu. Kemudian Hawa dan suaminya juga ikut mengucapkan selamat kepada Adam.
“Congrats ya buat adeknya Mbak yang ganteng ini,” ucap Hawa sambil memeluk Adam.
“Iya Mbak, makasih juga udah support aku,” jawab Adam.
“Eits, jangan senang dulu. Target thesis beres, telah menunggu target-target yang lainnya,” ucap Hawa sambil menampilkan senyum jahilnya.
“Aelah, pasti ga jauh-jauh dari nyari istri,” tebak Adam. Sambil merapikan toganya.
“Nah itu tau. Makanya mohon disegerakan ya adikku yang tampan,” ucap Hawa sambil mencubit pipi Adam.
Adam hanya bisa meringis dan menampilkan wajah bete mendengar ocehan kakak perempuan satu-satunya itu. “Capek deh. Masih kuliah ditanya kapan lulus. Udah lulus ditanya kapan kerja. Udah kerja ditanya kapan nikah. Udah nikah ditanya kapan punya anak. Kenapa gak sekalian gitu ditanya kapan dijemput malaikat Izrail?” ucap Adam. Seluruh keluarga yang mendengar ucapan Adam pun tertawa.
Hawa pun tak mau kalah dengan Adam. “Eh, orang lain mah nih ya, kalo wisuda S-2 itu udah pada bawa pasangan kali Dam, udah bawa PW (pendamping wisuda), udah ada yang bawa buntut juga malah,” ledek Hawa pada Adam. Adam pun hanya bisa memutar bola mata jengah mendengar ledekan kakak perempuannya itu. Belum puas, Hawa pun masih melontarkan ledekannya pada Adam.
“Hus, sudah-sudah, kalian adek kakak jangan berantem terus. Ayo kita foto abis itu kita cepet pulang nyiapin pengajian buat nanti sore,” ucap Bu Malik menengahi kedua anaknya yang sedang beradu mulut itu. Seluruh keluarga Adam segera menuju studio foto langganan keluarga mereka dan bergegas pulang.
===
Untuk merayakan syukuran kelulusan Adam, Bu Malik berinisiatif membuat syukuran kecil-kecilan dengan mengadakan pengajian bersama anak yatim sekaligus merayakan ulang tahun cucu pertamanya yaitu Rama. Karena kelulusan Adam bertepatan dengan hari ulang tahun Rama. Ruang tamu dan ruang tengah sudah didekorasi dengan simple namun terkesan elegan, sehingga tampak luas dan nyaman ditempati tamu-tamu pengajian yang terdiri dari anak-anak yatim piatu dan ibu-ibu pengajian komplek.
Beberapa hari sebelumnya, Bu Malik sudah memesan snack-snack kecil pada Hana untuk konsumsi acara hari ini. Tak lupa, Bu Malik juga meminta Hana datang ke acara pengajian tersebut, dengan berdalih acara syukuran ulang tahun Rama. Selain itu, Bu Malik juga menyediakan bingkisan untuk dibawa pulang sebagai tanda terima kasih kepada tamu-tamu pengajian yang telah hadir. Sedangkan untuk makanan berat, Bu Malik sudah menyediakan beberapa tampah nasi tumpeng untuk sajian prasmanan sesuai jumlah tamu undangan yang hadir.
Seluruh keluarga Bu Malik kompak mengenakan pakaian warna biru muda. Yang lelaki memakai koko biru muda, termasuk si kecil Rama dan yang perempuan menggunakan gamis biru muda dilengkapi jilbab warna biru tua.
Satu jam sebelum acara pengajian dimulai, Hana tiba di rumah keluarga Adam sambil membawa pesanan snacknya, diantar taksi online. Seperti biasa, Hana berdandan simple, menggunakan gamis nuansa biru muda dan make up tipis. Hana pun dibantu sang supir untuk menurunkan barang-barangnya dari mobil ke teras rumah Adam.
“Assalamu’alaikum,” ucap Hana lantang.
“Wa’alaikumussalam,” ucap Bu Malik dari dalam. Tak lama Bu Malik menghampiri Hana ke teras rumah. Hana pun mencium tangan Bu Malik sebagai tanda hormatnya, kemudian mencium pipi kanan dan kiri.
“Ini Bu, pesanannya. Hana bawa ke dalam ya Bu?” ucap Hana sambil menunjuk ke arah plastic yang berisi snack-snack.
“Oh iya, gak usah Hana, kasian kamu cape. Biar Adam aja yang bawa. Daaammm….Adaammm!” panggil Bu Malik dengan suara yang agak lantang.
Tak lama kemudian Adam pun muncul menghampiri mamanya. Adam pun terkejut melihat keberadaan Hana di rumahnya.
“Eh ada Hana. Kenapa, Ma?”
Hana pun hanya bisa tersenyum membalas sapaan Adam. Perasaan Hana mulai tak enak, karena melihat pasangan ibu dan anak itu menggunakan gamis dan koko berwarna biru muda yang senada juga dengan gamisnya meskipun berbeda model.
“Ini tolong bawain snack-snack ini ke dalam ya, disimpan deket meja makan aja,” perintah Bu Malik.
“Banyak banget, Ma, mana lumayan berat lagi,” ucap Adam sambil menenteng dua plastik besar berisi sanck box di tangan kanan dan kirinya.
“Ah, payah. Anak cowok masa ngeluh. Kamu gak kuat mama suruh kaya gitu doang? Mau jadi cowok lemah?” ucap Bu Malik menyindir Adam.
Adam tak terima dibilang cowok lemah oleh ibunya. “Iihh, kata siapa Adam gak kuat, nih liat aja ya, Ma!”
Hana dan Bu Malik hanya bisa tersenyum melihat tingkah Adam. Bu Malik segera mempersilakan Hana masuk ke tempat pengajian. Di dalam sudah menunggu keluarga yang lain. Firasat Hana terbukti benar, ia memakai warna gamis yang senada dengan pakaian keluarga Adam. “Waduh, salah kostum nih, mudah-mudahan gak ada yang nyadar”, batin Hana.Hana pun bersalaman dengan yang lainnya. Tak lupa Hana memberikan kado yang telah ia siapkan sebelumnya untuk Rama.
“Selamat ulang tahun ya Rama, semoga jadi anak yang soleh, panjang umur, murah rejeki, tambah pinter dan jadi kesayangan mama-papanya Rama,” ucap Hana sambil memberikan kotak kado pada Rama.
Rama pun sangat senang menerima kado dari Hana. Rama pun mencium pipi kanan dan kiri Hana sebagai tanda ucapan terima kasih.
“Duh, Hana pake repot segala. Makasih banyak loh kadonya,” ucap Hawa berterima kasih pada Hana.
“Gak repot kok Mbak, Cuma kado sederhana aja,” ucap Hana sambil tersenyum.
“Wah, Hana tau aja kalo hari ini tema pengajiannnya nuansa biru muda. Bisa samaan gitu ya?” ucap Hawa tetiba.
Anggota keluarga lain yang awalnya acuh, jadi menyadari bahwa gamis Hana senada dengan warna pakaian keluarga Adam.
“Eh iya, ya? Bisa pas gini loh Han. Padahal kan saya gak ngasih tau apa-apa ya?” ucap Bu Malik.
“Jangan-jangan tandanya, Hawa bakal jadi bagian anggota keluarga ini lagi, Ma?” ucap Hawa. Hawa dan Bu Malik pun tersenyum penuh isyarat pada Adam dan Hana.
“Eh, kamu dikasih kado belum sama Om Adam, Ram?” tanya Hawa pada anaknya sambil melirik ke arah Adam yang sedang duduk lesehan di karpet tak jauh dari mereka.
“Belom Ma, Om Adam belom ngasih kado ke aku,” jawab Rama polos.
“Nanti, minta kado ke om Adam jangan mainan ya,” ucap Hawa.
“Yaah, terus minta apa, Ma?”
“Minta dikasih kado Aunty sama adek bayi yang lucu ya, Ram,” ucap Hawa sambil menahan tawa dan melirik bergantian ke arah Hana dan Adam.
“Emang bis,a Ma?”
“Bisa dong, masa gak bisa.” jawab Hawa.
Rama pun segera berlari ke arah Adam dan duduk di pangkuannya.
“Om, aku minta hadiah aunty baru ya sama dedek bayi gembul. Bisa kan om?”tanya Rama polos.
“Hah? Apa? Kok gak minta mainan? Kalo mau minta dedek bayi gembul, mintanya sama papa sama mama ya Ram. Jangan sama Om,” jelas Adam.
“Loh emang kenapa?”
“Ya, belom bisa lah. Om kan belom nikah.”
“Yaudah nikah aja Om, gampang kan.”
Uuuhh, ni bocah, untung aja keponakan, batin Adam.
Percakapan mereka pun terhenti karena tamu-tamu pengajian sudah lengkap. Pengajian pun dimulai dan berjalan, khidmat, khusyuk, lancar tanpa gangguan apapun. Setelah membaca ayat-ayat suci AlQur’an dan sedikit dzikir, para tamu dipersilakan menikmati hidangan nasi tumpeng beserta lauk pauk yang sudah disediakan. Hana pun berinisiati membantu anak-anak yatim yang hadir untuk menyendokkan nasi dan lauk ke piringnya. Sedangkan ibu-ibu pengajian asyik mengobrol dengan Bu Malik yang sedang duduk bersebelahan dengan Adam dan Pak Malik.
“Itu siapanya Adam, Bu Malik?” tanya salah satu ibu sambil menunjuk ke arah Hana.
“Calon istrinya ya? Pas dan cocok loh sama Adam.”
“Kayaknya bentar lagi mantu nih, Bu. Apalagi Adam udah lulus S-2, udah punya usaha juga.”
“Bener-bener calon mantu idaman.”
Bu Malik hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan ibu-ibu pengajian itu.
“Iya Bu, didoakan saja yang terbaik untuk anak saya. Semoga cepet ketemu jodohnya.”
“Aamiin.” ucap ibu-ibu itu serempak lalu kembali melanjutkan makan mereka.
Selesai menyantap hidangan nasi tumpeng, Bu Malik dan Hawa membagi-bagikan bingkisan kepada para tamu pengajian sebelum mereka pulang. Acara pengajian pun usai, rumah keluarga Adam kembali sepi. Hana pun izin pamit pada keluarga Adam.
“Bu Malik, mohon maaf saya izin pamit pulang ya,” ucap Hana.
“Loh, kok buru-buru, Han?”
“Iya, takut keburu maghrib Bu.”
“Yaudah maghrib disini aja dulu. Nanti biar Adam yang antar pulang.”
“Duh, gak usah Bu. Ngerepotin nanti.”
“Hus, udah pokonya kamu gak boleh pulang kalo gak diantar Adam. Apa mau nginep disini?”
“Eh? Ya nggak lah, Bu. Saya kan bukan siapa-siapa disini. Masa nginep di rumah lelaki yang bukan mahram. Nanti jadi fitnah, Bu,” ujar Hana.
“Kalo gitu, jadiin Adam mahram kamu, mau ga?” tanya Bu Malik.
“Eh? Apa Bu?”
“Itu loh Han, Mama mau kamu … “
“Assalamu’alaikum!” ucap seorang perempuan dari pintu luar.
“Wa’alaikumussalam,” jawab Bu Malik, Hawa dan Hana serempak.
Perempuan itu memakai baju gamis dan kerudung yang hanya diselendangkan asal di kepalanya, sama sekali tidak menutupi rambutnya. Hana seperti pernah melihat perempuan ini, tapi Hana lupa. Hana pun coba mengingat-ingatnya kembali. Ah ya, Hana ingat! Perempuan ini adalah perempuan yang bertemu dengannya dan Adam saat resepsi pernikahan Diana. Bagaimana perempuan yang bernama Diva ini bisa ke sini ya? Tanya Hana dalam hati.
“Sore, Tante, Mbak,” sapa Diva pada Bu Malik dan Hawa. Ibu dan anak itu hanya menanggapinya dengan senyuman.
“Maaf kamu cari siapa ya?” Tanya Hawa penasaran.
“Saya cari Adam, Mbak.”
Tiba-tiba Adam datang dari ruang tengah menghampiri mereka. “Loh, kok baru dateng, Va?”
“Hai, Dam,” sapa Diva ramah. Menurut Bu Malik dan Hawa, sikap Diva pada Adam agak berlebihan.
“Kenalin ini Diva, Ma, Mbak, Hana,” ucap Adam. Hawa menatap Diva dan Adma dengan tatapan sinis dan curiga.
“Maaf ya, Dam. Aku telat datengnya, habis kerjaan aku gak bisa ditinggal.”
“Iya gak apa-apa, mending kamu masuk dulu sana. Masih ada makanan kok,” suruh Adam pada Diva. Adam dan Diva meninggalkan Bu Malik, Hawa dan Hana.
“Itu siapa, Hana? Kamu kenal?” tanya Hawa.
“Iya, Mbak. Kalo gak salah itu temennya Diana, aku sempet ketemu kemarin di pestanya Diana.”
“Terus ngapain Adam ngundang tuh perempuan ke sini?” tanya Hawa heran. Hana hanya menggelengkan kepalanya tanda ia tidak tahu. Tak lama, Pak Malik menghampiri ketiga perempuan tersebut.
“Eh lagi pada ngobrol disini ternyata. Ayo kita ke ruang tengah, foto bareng dulu.”ajak Pak Malik.
Hana pun masih memaksa pamit pulang pada Bu Malik dan Hawa. Tapi Bu Malik tetap tidak mengizinkan dan malah mengajak Hana berfoto bersama keluarganya. Hana pun menolak karena jelas ia bukan bagian dari keluarga itu. Namun pasangan ibu dan anak itu terus memaksanya agar ikut foto bersama. Akhirnya Hana pun luluh juga dan ikut foto bersama. Semoga saja tidak foto ini tidak menimbulkan masalah di kemudian hari, batin Hana.