Annyeong! Sebelumnya aku ingatkan kalau PASUTRI BUCIN ini sekuelnya NIKAH KILAT. Jadi yang belum baca NIKAH KILAT alangkah lebih baiknya baca dulu ya. Karena cerita ini sangat-sangat bersangkutan dengan NIKAH KILAT ❤️ Namanya juga sekuel hehe....
Follow yang belum follow ya temen-temen sayang ❤️ Happy Reading!
•••••
Menikah secara kilat atau tiba-tiba tidak pernah ada dalam daftar masa depan Shena Adreena. Terlebih lagi dengan sosok pemuda asing yang telah menabrak sang ayah sampai meninggal dunia. Tidak ada pilihan lain untuk Shena menolak permintaan pemuda itu sebagai pertanggung jawabannya. Shena memiliki seorang adik yang buta dan Shena tidak mau, adiknya merasakan kepahitan hidup yang berkepanjangan. Terlebih lagi, Shena hanya seorang pelayan kafe biasa.
Aaron Ricardo, pemuda yang berprofesi sebagai Presdir itulah yang telah mengucap ijab kobul dengan menyebut nama Shena. Aaron yang baru merasakan patah hati luar biasa, harus dihadapi dengan masalah baru lagi. Rasa bersalahnya membuat Aaron tanpa sadar mengajak Shena untuk menikah.
Terlahir dari keluarga sederhana, membuat Shena harus berjuang untuk bisa mendapatkan hati sang ibu mertua yang hanya memandang kasta. Meski sulit tapi tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Shena percaya itu. Sampai akhirnya, hati wanita tua itu telah ia dapatkan.
•••••
Sudah lima menit berlalu dan Shena masih nyaman dalam dekapan hangat sang suami. Satu tangannya terulur membelai lembut rahang lelaki itu. Senyumnya tercetak kala mengingat kegiatan panas beberapa jam yang lalu. Rona merah menghiasi kedua pipi Shena. Permainan tadi Shena lebih mendominasi karena kaki Aaron yang masih sakit.
Shena meringis malu. Menyembunyikan wajah di ceruk leher sang suami yang masih nyaman terlelap. Masih ada waktu lima belas menit sebelum adzan subuh berkumandang.
Jari-jari tangan Shena bergerak membentuk pola abstrak disekitaran dadaa bidang Aaron. Hal itu membuat tidur Aaron terganggu. Kedua matanya mulai terbuka. Tersenyum melihat apa yang sedang dilakukan oleh Shena. Aaron mengusap puncak kepala Shena, membuat Shena tersadar jika suaminya sudah bangun. Begitu Shena mendongak, ia langsung mendapat kecupan manis pada keningnya.
"Morning, Babe. Kamu udah bangun dari tadi, hm?" tanya Aaron dengan suara berat khas orang baru bangun tidur.
Shena mengangguk tanpa memudarkan senyum. "Mas yang mandi duluan atau Shena dulu?"
"Kalau bisa berdua kenapa harus satu-satu?" goda Aaron, sambil memainkan kedua aslinya.
Shena mengulum senyum. Melayangkan cubitan pelan pada pinggang suaminya. "Nggak mau ah. Nanti kalo berdua bukan cuma mandi. Makin buang waktu terus nanti keburu adzan subuh."
Aaron membelai lembut pipi Shena. "Ya udah Mas dulu yang mandi," ucapnya diakhiri kecupan pada kening Shena.
Aaron menyikap selimut. Memperlihatkan roti sobek menggiurkan favorit Shena. Lelaki itu sudah mengenakan boxes hitam. Entah kapan dipakainya karena Shena sendiri masih dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.
Shena bangun dari posisi tidurnya. Duduk bersandar pada kepala ranjang. Menaikkan selimut untuk menutupi dua gunung kembarnya. Kemudian ia meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Sembari menunggu Aaron selesai membersihkan diri, Shena asik scroll di beranda media sosialnya.
Hari ini mereka akan pergi ke butik Vanya untuk mencari dress yang akan dikenakan Shena pada acara pernikahan Derry dan Angela.
Selang beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Memperlihatkan Aaron yang keluar dengan handuk melilit dari bawah pusar. Lelaki itu tampak lebih fresh dengan tetesan air pada rambut basahnya.
"Mandi, Sayang." Aaron melangkah menuju lemari.
Shena melirik sekilas pada suaminya. "Ya ampun, Mas. Shena lupa nyiapin baju buat Mas Aaron."
"Nggak apa-apa, Sayang. Sekarang mandi gih, nanti kita sholat berjamaah."
Shena mengangguk. Menyimpan ponselnya kembali ke atas nakas. Melilitkan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Lantas melangkah ke arah kamar mandi. Melihat itu Aaron tersenyum miring, padahal ia sudah melihat bahkan menyentuh setiap jengkal tubuh molek istrinya.
•••••
Pagi ini Shena turut membantu Zoya dan Bi Marni untuk menyiapkan sarapan. Beberapa menu masakan sudah tersaji di atas meja makan. Satu persatu anggota keluarga Ricardo mulai berdatangan untuk sarapan bersama.
"Udah kumpul semua. Ayo sekarang makan," ucap Zoya setelah memastikan semua anggota keluarganya sudah kumpul di meja makan.
Lebih dulu, Zoya mengambilkan makanan untuk Thony. Lalu diikuti oleh Shena yang mengambilkan nasi untuk suaminya, Aaron.
"Nasinya segini cukup atau mau lagi, Mas?" tanyanya.
"Cukup, Sayang. Segitu aja," jawab Aaron.
Shena mengangguk. Beralih mengambilkan lauk pauknya kemudian menyerahkannya pada Aaron.
"Terima kasih, Sayang."
Shena hanya tersenyum merespon ucapan Aaron.
Moza berdecak pelan menyaksikan apa yang ada di hadapannya. "Tolong pengertiannya untuk para zomblowati di sini. Please jangan bikin jiwa jomblo aku meronta," ucapnya membuat yang lain tertawa pelan.
"Nasib jomblo itu emang selalu mengenaskan ya. Apalagi untuk oknum bernama Moza Ricardo Angelin," ledek Derry.
Moza memicingkan mata pada Derry sambil mengembungkan kedua pipinya. "Apa maksud? Mentang-mentang mau halalin anak orang. Sombong amat!"
"Kenapa lo? Panasss ya? Iri? Atau dengki?" Derry semakin menjadi-jadi dalam menggoda adiknya.
Belum sempat Moza melayangkan sendok di tangannya, lebih dulu Zoya menimpali perdebatan mereka.
"Shuttt! Udah diem. Kenapa malah jadi ribut sih? Ayo cepetan makan."
"Bang Derry duluan tuh!" seru Moza tak terima.
"Apa lo?"
"Hey, nggak denger tadi Mama bilang apa?" Zoya menatap tajam kedua anaknya satu persatu.
Moza menghembuskan napas pelan. "Maaf, Ma."
Derry menjulurkan lidahnya pada Moza saat gadis itu kembali menatapnya. Agaknya mood Derry sedang bagus pagi ini.
Moza membalasnya dengan mengangkat jari tegah. "Fuckk you, Man!" ucapnya tanpa bersuara.
•••••
Aaron sengaja menghentikan laju mobilnya di tepi jembatan yang sepi. Shena mengedarkan pandangan ke sekeliling.
"Lho, Mas kenapa berhenti di sini?" tanya Shena yang masih sibuk menatap sekeliling.
"Turun dulu yuk," ajak Aaron seraya melepaskan seat belt yang terpasang pada Shena. Kemudian ia keluar dari dalam mobil dengan diikuti oleh istrinya.
Aaron meraih tangan Shena membawanya ke dalam genggaman. Keduanya saling menatap. Lantas Aaron mengajak Shena ke arah bangku taman yang terdapat di bawah pohon besar. Mereka duduk di atas bangku berwarna putih tersebut. Shena mengerutkan kening menatap bunga-bunga aster yang terdapat di sekelilingnya. Seperti yang sudah disiapkan sebelumnya. Bahkan ada gitar juga yang terletak di samping bangku. Fix! Aaron yang telah menyiapkan ini.
"Mas, ini kamu yang nyiapin?"
Aaron hanya melempar senyum. Lalu ia mengambil gitar di sampingnya. "Karena hari ini adalah hari ulang tahun pertama setelah ada kamu di sisi Mas. Maka izinkan Mas untuk menyanyikan lagu spesial untuk orang yang spesial juga."
Aaron mencolek hidung mancung sang istri. "This song is for you."
Bibir Shena mengulas senyum yang begitu manis. "Please sing now, Babe."
"Sure...."
Petikan gitar mulai terdengar mengalun merdu. Dengan tatapan menyorot dalam pada kedua mata Shena, Aaron mulai menyanyikan sebuah lagu romantis. Suara nyanyian laki-laki itu selalu damai terdengar.
Kedua mata Aaron memancarkan sinar ketulusan cinta pada perempuan di hadapannya.
Satu bulir air mata menetes membasahi pipi Shena begitu Aaron selesai menyanyi. Lelaki itu meraih tangan Shena, mengusap lembut punggung tangan perempuan itu lalu memberikan kecupan cukup lama di sana.
"Tiada kata yang bisa mewakili hatiku selain aku cinta kamu...."
"I'm always lost in everything you do to me. I love you too my husband."