Seperti dejavu, Leonard duduk berhadapan dengan Kirana di meja makan. Wanita itu menggigit bibir menahan tawa melihat bekas lima jari di wajah si lelaki. Sungguh, dia tidak bermaksud menampar Leonard. Dia melakukannya atas dasar pembelaan diri. Siapa suruh lelaki itu melakukan hal yang bersifat mengancam? "Tertawa saja. Jangan ditahan," cetus Leonard. "Bukan salahku. Kamu yang cari gara-gara," sahut Kirana—yang masih menahan tawa. "Tidak akan terjadi kalau kamu bicara jujur." "Suka-suka gue dong." Kirana mencibir. "Kirana." "Apa, Leonard?" Kirana bertanya balik dengan nada mengejek. Leonard mengabaikan ejekan itu dan bertanya, "Siapa kamu sebenarnya?" Kirana diam seribu bahasa. Jemarinya memainkan ujung rambut yang tergerai melewati bahu. Mata hijaunya menatap waspada, memperlihatk