Kontras dengan perjalanan sebelumnya, perjalanan pulang diselimuti keheningan yang cukup mencekam—setidaknya bagi Kirana. Dalam hati dia mengutuki Maya karena mengatakan hal yang tidak-tidak. Kenapa tadi tidak dia pukuli saja si b******k itu? Diam-diam Kirana melirik Leonard. Jantungnya berdebar kencang melihat lelaki itu duduk diam seperti patung. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi sedikit pun sehingga Kirana tidak dapat menebak apa yang sedang dipikirkan Leonard. Apakah dia harus mengambil inisiatif untuk mencairkan suasana? Kirana pura-pura batuk. Tidak ada respon sama sekali. Dia pun menggigit jari. Tampaknya Leonard sudah berniat mengabaikannya. Hati Kirana terasa sedih, seolah dirinya divonis tanpa dapat membela diri. Ya sudahlah. Mungkin ada baiknya juga menikmati pemandangan.