"Ndah, kamu baik-baik saja? Kenapa justru melamun? Kalau pun kamu tidak bersedia, aku tidak masalah, Ndah. Mungkin memang aku ditakdirkan bukan menjadi pasanganmu," lirih Reyhan. "Bukan begitu, Rey. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatiku." "Adit?" singkatnya. "Semua keputusan ada di tanganmu. Aku mencintaimu. Meskipun aku harus berkelahi dengan perasaanku sendiri. Aku hanya ingin sembuh dan mencoba menerima masa lalumu. Menjadi aku sangat tidak enak. Tapi meskipun aku bicara seperti ini, bukan berarti aku memaksamu untuk menerimaku," ujar Reyhan lagi membuatku terdiam. "Kalau boleh jujur, aku juga cinta sama kamu. Meskipun kamu sering sekali nyakitin hati aku dengan ucapan kamu. Sempet aku berpikir membuang kamu dari ingatanku dan membuka hati untuk laki-laki baru." "Aku b