Mendengar ucapan Arya sontak membuat Dinda merasa ketakutan, ia tahu ini akan menjadi awal yang buruk baginya, tapi Ia selalu meyakinkan dirinya, bahwa Ia harus kuat menjalani ini semua demi keluarga di kampung.
"Maafkan Mas Arya yah Dinda?" Ucap Siska merasa tidak enak kepada Dinda
"Iya Mbak, gak papa" Sahut Dinda menahan rasa ngilu didadanya. Ia menghembuskan napasnya dengan pelan.
Perlahan Dinda dan Siska mulai masuk kedalam rumah, tak henti hentinya Dinda terpukau melihat seluruh isi rumah Arya dan Siska yang begitu mewah,
"Bi Ijah" teriak siska memanggil seseorang. Dan tak lama kemudian muncul seorang wanita paruh baya berusia 50 tahunan dari dalam rumah menghampiri mereka.
"Iya Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Bi Ijah setelah berada dihadapan Siska dan Dinda.
"Iya Bi , tolong bawa barang barangku ke atas yah, terus nanti antar Dinda ke kamar yang sudah saya suruh Bibi siapkan" perintah Siska.
"Baik Nyonya" Sahut Bi Ijah.
"Dinda" panggil Siska sambil menoleh ke arah Dinda.
"Iya Mbak" sahut Dinda.
"Saya ke atas dulu yah, nanti Bi Ijah yang akan menunjukan kamarmu"
"Iya Mbak, terima kasih" Sahut Dinda tersenyum
Siska hanya membalas senyuman Dinda sambil berlalu pergi menaiki tangga menuju kamarnya yang berada dilantai atas.
"Non" sapa bi Ijah.
"Eh Iya Bi" sahut Dinda terkejut menoleh kearah bi Ijah
"Mari sini Bi Ijah antarkan ke kamarnya Non" ajak Bi ijah.
"Hmm Iya Bi " sahut Dinda mengikuti Bi Ijah yang sudah duluan berjalan.
Setelah sampai dikamar, Bi ijah menunjukan posisi kamar mandi sekaligus memberitahu cara memakai alat alat yang didalamnya, karena maklum Dinda hanya seorang gadis desa, pastinya Ia tidak tahu cara memakainnya.
"Gimana Non? sudah paham kan cara pakainya?" tanya Bi Ijah.
"Hmm Iya Bi saya sudah paham" jawab Dinda mengganggukkan kepala.
Kemudian Bi Ijah pamit kepada Dinda untuk keluar kamar lalu menutup kamar Dinda.
setelah Bi Ijah pergi, Dinda bersiap siap untuk Membersihkan dirinya di kamar mandi
***
Setelah selesai Mandi Arya menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, sejenak Ia merebahkan tubuhnya karena letih.
"Mas kok kamu tidur disini sih?" tanya Siska menatap Arya yang terbaring diatas ranjangnya.
Seketika Arya langsung menoleh ke arah istrinya yang sedang bersandar di atas Springbed milik mereka.
"Loh ini kan kamarku, kenapa kamu tanya begitu Siska?" Tanya Arya sambil menghembuskan nafas.
"Hmm, kamu lupa yah Mas, sekarang sudah punya Istri lagi" jawab Siska dengan pelan sambil fokus pada gawai yang ia gunakan.
Mendengar ucapan Siska membuat Arya emosi, ia tak percaya Siska akan menyuruhnya tidur bersama Dinda.
"Jadi Maksud kamu, aku tidur dengan anak kecil itu?" tanya Arya berdengus kesal
"Iya betul, pergilah mas, pasti Dinda sudah menunggumu disana" perintah Siska dengan santai.
"Tidak-tidak, Aku tidak mau tidur dengan gadis kampung itu, mending kamu suruh aku tidur diluar dari pada.."
"pergilah Mas please, apa kamu tidak ingin mempunyai seorang anak?" tanya Siska tiba-tiba memotong pembicaraan Arya.
Seketika Arya langsung bangkit, lalu duduk ditepi ranjang meremas rambutnya.
"Benar Aku ingin punya anak, tapi bukan dengan gadis kampung itu Siska !" Seru Arya berdengus emosi.
"Lagi pula akupun tak mencintainya, jadi aku tak bisa melakukannya" lanjutnya lagi.
"Bukan tidak bisa, Kamu hanya belum mencobanya Mas, kalau kamu sudah mendekati Dinda pasti akan bisa" papar Siska berusaha membujuk Arya
"Arrrrgggh.. Lalu mau kamu apa sekarang siska?" tanya Arya emosi.
"Mau aku, kamu sekarang pergi ke kamar Dinda yah please" Siska menangkupkan kedua tangannya didepan d**a memohon agar Arya mau menyetujui permintaannya itu.
Sejenak Arya menghembuskan napasnya dengan kuat, berusaha memikirkan permintaan Siska yang menurutnya tidak masuk akal.
"Baiklah, aku akan menuruti kemauanmu" ucap Arya akhirnya.
"Beneran mas?" tanya Siska meyakinkan.
"Iya, tapi ingatlah Siska ,sampai kapanpun aku tidak akan menyentuhnya"
"Ya sudahlah, terserah kamu Mas, yang penting kamu pergi dulu sana di kamar Dinda" ucap Siska tersenyum paksa, lalu mengerjapkan matanya menatap Arya.
Sejenak Arya menarik nafasnya kemudian ia beranjak berjalan menuju pintu kamar.
"Oh Iya mas tunggu" panggil Siska
seketika menghentikan langkah Arya, kemudian menoleh kearah Siska.
"Kenapa lagi?" tanya Arya datar.
"Tolong bilang sama Dinda kalau dia ingin ganti baju, katakan saja ada baju untuknya didalam lemari, terus kalau dia mau dandan ada perlengkapan make up di atas meja rias kamar kalian sudah aku siapkan"
Setelah mendengar ucapan Siska, Ia hanya bisa mengepalkan jemarinya karena merasa kesal dengan kata kata istrinya itu, kemudian melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan Siska dikamarnya.
"Maafkan aku mas telah memaksamu, tapi aku yakin suatu saat kamu akan mencintai Dinda juga," Siska bergumam kecil, seketika tangisnya pecah karena tak bisa menahan sesak di dadanya.
***
"Akhirnya selesai juga mandi, rasanya seger banget deh" gumam Dinda berjalan keluar dari kamar mandi sambil membungkus Rambutnya dengan handuk.
kemudian Ia duduk di tepi tempat tidur, menghempaskan setengah tubuhnya diatas ranjang lalu memejamkan sejenak matanya.
Setelah Arya sampai didepan kamar Dinda, Ia mengetok pintu kamar Dinda, namun tak ada sahutan dari dalam, Ia mencoba membuka pintu kamar Dinda yang ternyata tidak terkunci.
Perlahan Arya mendorong pintu kamar Dinda lalu berjalan masuk kedalam.
"Pantesan tidak ada yang nyahut, sudah tidur rupanya dia, mana masih pakai handuk lagi dikepala, dasar kampungan hah" gumam Arya menghampiri Dinda.
Sejenak Arya duduk ditepi ranjang yang ditiduri oleh Dinda, sambil sesekali Ia menatap wajah Dinda yang polos.
"Bagaimana bisa aku tidur dengan gadis kecil ini, gayanya saja sudah tidak menggairahkanku, Aaaarrggh" teriak Arya kesal lalu memukul kasur.
Mendengar suara teriakan Arya membuat Dinda terbangun, dan saat Dinda membuka matanya tiba tiba Ia terkejut melihat Arya yang sudah berada disampingnya.
"Astagfirullah,, " teriak Dinda sambil bangkit dari tidurnya.
"Mmm..mas Arya ngapain kesini?" tanya Dinda terbata bata.
"Aku kesini mau nagih"
"Nagih apa mas? emang Dinda punya utang?" tanya Dinda kebingungan.
"Bukan, aku kesini ingin menagih janjimu sebagai Istri" ucap Arya mulai emosi.
"Janji apa mas? perasaan Dinda gak pernah janji apa apa sama Mas Arya" Dinda semakin kebingungan.
"Astaga Dinda, kamu ini bodoh atau gak ngerti sih maksud aku" dengus arya merasa kesal dengan Dinda.
"Gak ngerti Mas" jawab Dinda spontan
"ya Tuhan kenapa Siska bisa mempertemukan aku dan kamu sih!!" teriak Arya kesal.
"Karena Mbak Siska mau kita punya Anak mas" jawab Dinda polos lagi membuat Arya semakin naik emosi.
"Aku tidak sedang bertanya padamu Dinda" bentak Arya mendenguskan nafasnya
"Tapi.. tapi tadi kan Mas sendiri yang bertanya!"
"Arrrgghh.. Diamlah, atau aku akan marah besar padamu" teriak Arya
Mendengar ucapan Arya membuat Dinda ketakutan, jantungnya mulai berdegub kencang, bibirnya mengatup dengan kuat lalu Ia meremas jari jemarinya.
"Ya ampun, ganteng ganteng kok galak amat hiiiyy" gumam Dinda bergidik.
.
"Bajumu itu jelek sekali, apa kamu tidak punya baju lain hah?" tanya Arya. Namun Dinda tak menjawab pertanyaan Arya karena takut.
"Hey kalau aku tanya, dijawab"
"Tadi kan Mas suruh aku Diam, makanya aku tidak jawab pertanyaan mas" jawab Dinda
"Astaga...lama lama aku bisa jadi gila dekat denganmu, arrrrggghhh" teriak Arya langsung emosi, lalu menatap Dinda karena geram.
"hmmm aku tidak punya baju yang bagus mas, ini saja baju pemberian tetanggaku dikampung" ucap Dinda gugup sambil menundukkan wajahnya.
Sejenak Arya menghembuskan nafasnya, mencoba mengendalikan emosinya.
"Pergilah sana ganti bajumu, didalam lemari itu ada baju baru untukmu" ucap Arya yang mulai mereda.
"Yang bener Mas?"
"Iya"
"Yes, Makasih yah Mas" ucap Dinda spontan langsung memeluk lengan Arya karena kegirangan. Dan entah kenapa tiba tiba perasaan Arya menjadi aneh saat berada didekat Dinda.
"Kenapa kamu masih didekatku, pergi sana cepat ganti baju mu"perintah Arya.
"Hmm Iya Iya Mas" ucap Dinda melepas lengan Arya. kemudian Ia beranjak pergi menuju lemari yang dimaksud Arya untuk mengambil baju baru.
Saat Dinda membuka lemari itu Ia mencoba memilih baju baju yang Ia sukai, tapi ternyata tidak ada satupun yang Ia rasa cocok.
"Astaga ini baju apa ?kok begini semua, apa mas Arya tidak salah membelikan aku baju" gumam Dinda sembari membongkar bongkar isi lemari.
"kenapa lama sekali kamu pilih bajunya hah" teriak Arya yang mulai emosi lagi karena menunggu Dinda yang lama.
"Hmmm.. Maaf mas bajunya gak ada yang cocok buat aku"
"kok bisa?"
"Hmm Aku gak suka modelnya" ucap Dinda dari balik pintu Almari.
Karena merasa heran, Arya beranjak dari tempat tidur lalu berjalan menghampiri Dinda, Ia penasaran baju seperti apa yang ada didalam lemari itu sampai Dinda tak bisa menemukan satupun baju yang cocok untuknya. karena setahu Arya setiap Siska membeli baju pasti bagus dan selalu cocok ketika dipakai.
"Mana sini saya lihat, memang didalam sini baju apa sih, sampe gak cocok sama kamu" ucap Arya langsung menggeser Dinda dan memerika isi lemari itu.
Setelah arya memeriksa, ternyata di dalam lemari itu hanya berisi lingeri lingeri seksi,
"Baju sebagus ini dia gak suka, dasar gadis kampungan, pasti Siska juga sengaja membelikan ini biar aku tertarik sama anak bodoh ini hhh, tapi bagus juga sih, aku akan mengerjainya" gumam Arya dalam hati sambil tertawa jahat.
kemudian Arya menarik salah satu lingeri berwarna Pink, lalu melemparkannya ke wajah Dinda.
"Pakai itu saja" ucap Arya kesal.
"Astagfirullah, ini baju apa mas, aku gak suka, kata Mbah gak baik pakai baju seksi, apalagi didepan laki laki yang bukan mahromnya" celetuk Dinda sambil melebarkan baju dihadapannya.
Mendengar ucapan Dinda membuat Arya semakin kesal, Ia pun menutup pintu Almari itu dengan kuat hingga Dinda terjengkit kaget.
"eh copot eh copot" kata Dinda.
"Aku ini suamimu bukan?" tanya Arya dengan gusar
"Iya Suamiku"
"Sekarang pergi ganti baju itu atau aku akan berteriak dihadapanmu"
"Tapi Mas" ucap Dinda lalu menatap Arya yang sedang memelototinya,
"Hihihi.. Baik Mas aku akan memakainya" kata Dinda sambil cekikikan dan berlalu pergi ke kamar mandi.