Chapter 47

1164 Words
Edward memasuki kamar. Cukup melelahkan mengurusi pekerjaannya seharian ini. Meskipun ia mendapat libur satu minggu. Bukan berarti Edward libur dari tanggung jawabnya. "Mau kemana?" tanya Edward ketika melihat Grace tampak rapi. Lebih tepatnya, rapi seolah akan bepergian. "Belanja bersama Devani."  "Kau tidak mengajakku?" tanya Edward. "Tidak. Lagi pula aku dan Devani akan menghabiskan banyak waktu saat berbelanja. Jika kau ikut pasti hanya akan membuatmu bosan menunggu." "Aku tidak keberatan jika menunggu." "Sudahlah. Kau lebih baik di sini saja." "Dan kau tidak memasak untuk makan malamku? Sedangkan kau bersenang-senang bersama temanmu itu." Grace menoleh kepada Edward.  "Um, maaf sebelumnya mr.Edward. Tapi setahuku, anda memiliki banyak uang kan untuk membeli makanan cepat saji. Atau kau bisa mendatangkan chef untuk membuatkanmu makan malam. Aku akan pergi berbelanja. Tidak sampai tengah malam, kok." "Aku baru tahu jika ada istri yang sekejam dirimu." Edward membuka laci nakas. "Siapa suruh menjadikanku istrimu." "Karena aku mencintaimu. Tapi jika kau ingin berbelanja, ya sudah. Hati-hati. Jangan pulang larut malam" ujar Edward. "Ini." Edward menyodorkan dompetnya. Grace mengerutkan kening. "Untuk apa?" "Kau ingin berbelanja, kan? Ini pakai uangku." "Aku masih punya uang. Lagipula kau tidak perlu memberi dompetmu seperti itu." "Ambil saja. Dan beli apapun yang kau inginkan." "Aku masih punya uang, Edward. Jadi kau tidak perlu memberiku dompetmu. Aku tahu didalamnya ada banyak kartu dan uang. Tapi terimakasih, aku akan menggunakan uangku saja." Edward berdecak kesal. "Dasar arogan." Ia kemudian melangkah meninggalkan kamar. Namun Grace menahan lengannya. "Nanti akan aku usahakan pulang sebelum jam makan malam. Dan aku akan memasak untukmu." ujar Grace. Senyum terukir di wajah Edward.  "Baiklah. Hati-hati. Selamat berbelanja." ujar Edward mengacak pelan rambut Grace.                            ---- Grace memutuskan tidak jadi berbelanja. Ia dan Devani akhirnya hanya berbincang di sebuah kafe. Banyak hal yang ingin Grace ceritakan. "Jadi bisa ucapkan hal apa yang ingin kau ceritakan?" tanya Devani. Grace tidak menjawab. Ia terlihat berpikir.  "Baiklah, kalau begitu biar aku yang bertanya." Devani mendekat ke arah Grace.  "Bagaimana malam pertamamu?" tanya Devani dengan berbisik. Pertanyaan pertamanya langsung mendapat tatapan tajam dari Grace. "Ayolah ,Grace. Ceritakan padaku." pinta Devani. Grace menghela napas kasar. Ia ingin mengeluarkan segala keluh kesahnya. Bahkan Grace sangat ingin menceritakan mengenai Leo kepada Devani. Tetapi Grace merasa ini belum tepat. Grace ingin mendapatkan solusi atas masalahnya.  Grace ingin melupakan Leo. Namun hatinya tidak bisa. Grace merasakan sakit bukan karena kesalahan Leo. Namun karena kesalahan dirinya sendiri. Dan peluang untuk mendapatkan Leo sangatlah kecil, bahkan tidak ada. Grace telah menikah, dan Leo telah bahagia bersama kekasihnya. Mengingatnya saja sudah membuat hati Grace terasa nyeri. Edward. Grace tidak tahu ia harus bersikap seperti apa pada Edward. Ia sebenernya tidak suka pada sikap Edward yang playboy, suka bergonta-ganti pasangan. Suka mempermainkan wanita. Dan sering tidur bersama jalang. Sikap yang sangat buruk menurut Grace. Dan tipe seperti Edward bukanlah tipe pria idaman Grace. Sama sekali bukan. "Aku bingung." ucap Grace. "Kenapa?"  "Aku tidak tau harus bersikap seperti apa pada Edward."  "Maksudmu?" Grace berdecak kesal. Sulit menjelaskannya pada Devani. "Aku tidak menyukainya. Ya, kau tahu bahwa ia adalah pria b******k yang sering meniduri wanita. Dan aku tidak mau disentuh oleh pria seperti itu. Tapi justru sekarang dia adalah suamiku." "Maksudmu, kau belum melakukan apa-apa dengan Edward?" tanya Devani. Grace mengangguk. "Aku tidak akan pernah sudi disentuh oleh dia." "Astaga, Grace. Begini." Devani terlihat menarik napas. "Edward memang b******k. Tapi dia adalah pria yang baik. Alex bilang dia sudah berubah, Grace."  "Aku tidak percaya."  Kini giliran Devani yang berdecak kesal. "Aku tahu kau memiliki tipe pria idaman. Dan kau menginginkan pria yang sempurna. Tapi ketahuilah, Grace. Tidak ada manusia yang sempurna." "Ada, Dev. Ada."  "Baiklah, jikapun ada. Lihatlah dirimu. Apakah kau sudah layak? Apa kau layak untuk mendapatkan pria yang sempurna untuk menjadi suamimu. Grace, jodoh itu adalah cerminan diri. Jika kau menikah dengan Edward. Itu artinya dia memang yang Tuhan pilihkan untukmu. Seharusnya kau bisa menerima dia dan segala kekurangannya." "Jodoh adalah cerminan diri. Aku setia, sedangkan Edward tidak. Itu artinya dia bukan jodohku." Devani terlihat menggeram.  "Dia saja mau menerimamu. Dia mencintaimu, Grace. Meskipun kau selalu menolaknya, mengatakannya playboy dan b******k. Tapi dia tetap sabar kan menghadapimu. Harusnya kau bersyukur mendapat suami seperti Edward." "Sudah ku bilang aku tidak menyukainya, Dev. Dia itu breng-" "Grace, dengar. Aku tidak tahu kenapa kau tidak menyukai Edward. Asal kau tahu, dia itu sangat mencintaimu. Aku bisa melihat dari tatapan matanya. Setidaknya, perlakukan dia dengan baik sebagai suamimu. Kelak kau akan merasa menyesal karena bersikap sangat ketus kepadanya." "Kenapa kau terkesan membela Edward, Dev?" tanya Grace. "Tentu saja aku membelanya. Dia baik, meskipun dia suka mempermainkan wanita seperti katamu. Dia masih menghargaimu bukan." Devani beranjak dari duduknya. Entah mengapa Devani menjadi kesal sendiri dengan tingkah Grace yang selalu mengharapkan pria sempurna dalam hidupnya. Sedangkan Grace tidaklah selayak itu untuk mendapat pria sempurna. "Kau mau kemana?"  "Aku ingin pulang. Fero sendirian di rumah. Aku tidak bisa berlama-lama meninggalkannya." "Baiklah. Ayo , aku akan mengantarmu." "Tidak usah. Aku pulang naik taksi. Lebih baik kau segera pulang, Grace. Aku yakin suamimu menunggu di rumah. Aku duluan." "Tapi.." melihat Devani yang pergi meninggalkan Grace dengan terburu-buru membuat Grace merasa sedikit kesal.  Namun Grace merasa cukup tertampar akan ucapan Devani barusan. 'Apakah aku tak layak untuk mendapatkan pria idamanku?' ----- Seminggu berlalu "Bagus. Kita melewatkan satu minggu libur hanya untuk membungkus diri di dalam apartment!" ujar Edward. "Ya memang bagus. Itu lebih baik." Timpal Grace. "Kau senang? Aku mendapat banyak sekali wejangan dari Ayahmu maupun Daddy. Bahkan aku harus memutar otak untuk mencari alasan yang tepat." Grace menoleh. Ia mengerutkan keningnya. "Kau bisa memutar otakmu? Wah, hebat sekali." Edward berdecak kesal.  Seminggu berlalu dan mereka hanya menjalani kesibukan masing-masing. Edward sibuk mengurusi pekerjaannya melalui laptop. Sedangkan Grace sibuk menonton film. Dan hari ini adalah hari pertama untuk bekerja setelah mereka libur satu minggu. Dan mereka tidak berbulan madu. Edward terpaksa mengalah karena Grace terus saja mendebatnya. Setiap hari mereka sibuk berdebat. Edward bisa saja membawa Grace bepergian saat Grace sedang tertidur. Dan saat Grace bangun, mereka telah tiba di tempat yang berbeda. Namun ucapan Grace masih terngiang di telinga Edward. Membuat Edward harus memegang teguh ucapan. "Kau bilang kau tidak akan memaksaku kan? Kau bilang kau akan membuat aku jatuh cinta padamu. Ya sudah, jangan paksa aku! Bagaimana aku bisa cinta padamu jika kau terlalu memaksa!" Dan sejak ucapan itu terlontar dari bibir Grace. Edward hanya mampu terdiam dan mengalah. "Ini masih pagi, Grace. Tolong jangan menyulut emosiku." ujar Edward.  "Aku tidak berniat begitu." "Aku sudah selesai." Edward berdiri. Ia memang baru saja menghabiskan sarapannya. "Bisa tolong pakaikan dasiku?" Edward menyerahkan dasi pada Grace dan langsung disambar oleh Grace begitu saja. Edward menatap Grace sangat lekat. Jarak wajah mereka hanya beberapa cm. Grace bisa mencium bau parfum Edward, begitu pula sebaliknya. Grace menjadi sedikit tidak fokus. Terlebih saat hembusan napas Edward secara lembut menerpa wajahnya. "Sudah." ucap Grace saat selesai merapikan dasi Edward. Grace ingin menjauh namun tiba-tiba Edward menarik pinggangnya dan Cup Edward mengecup singkat bibir Grace. "Morning kiss, baby." ujarnya dengan seringaian. Grace hanya mampu Mematung dan menatap Edward.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD