Chapter 44

1043 Words
Grace melangkah ke dalam kamar. Ia sebal pada ibunya. Grace dipaksa menginap di hotel ini. Dan ia harus menerima kenyataan bahwa kini ia harus tidur sekamar, sekasur bersama Edward. Dan ini adalah malam pertamanya. Menyebalkan bagi Grace.  Oh lihatlah hiasan mawar diatas seprai. Membuat Grace menjadi muak melihatnya. Ia tahu betul pasti Ibunya yang telah menghias kamarnya kali ini. Sangat berlebihan. Bagaimana Grace bisa tidur nyenyak jika ada banyak kelopak bunga mawar diatas kasur. Kelopak mawar yang dibentuk menjadi hati. Itu sangat mengganggu.  Baru saja Grace ingin membereskan kelopak mawarnya. Terdengar suara pintu ditutup.  "Apa yang kau lakukan?" tanya Edward.  Grace menoleh tangannya yang sedang menggengam kelopak mawar. Kini kumpulan kelopak mawar tersebut sudah tidak berbentuk hati lagi karena Grace yang sudah merusaknya. Grace kemudian menoleh kepada Edward dan menjawab. "Aku sedang membersihkan ini."  "Kenapa dibersihkan?" tanya Edward melangkah mendekat. "Ini akan mengganggu tidurku, Ed." "Jadi kau tidak menyukainya?" "Tentu saja. Ini sangat mengganggu." Edward menghela napas. Raut wajahnya terlihat kecewa. "Padahal aku sengaja membuat ini agar malam pertama kita terkesan romantis." ucap Edward.  "Tapi ya sudah. Kalau kau tidak suka, biar aku yang membersihkannya." Kini Edward mengambil kotak sampah yang berada di sudut kamar. Ia mulai membuang kelopak demi kelopak mawar tersebut ke tempat sampah. Sedangkan Grace hanya mengamati. "Grace, kenapa kau malah menatapku? Sekarang sebaiknya kau ganti gaunmu itu, dan hapus make up diwajahmu." ucap Edward.  "Baik." sahut Grace. Ia kemudian mengambil pakaiannya di dalam koper. Lantas Grace melangkah ke kamar mandi.  Sedangkan Edward hanya menatap pergerakan Grace dengan tatapan datar.  "Kukira perempuan menyukai hal-hal yang romantis. Ck. Dia benar-benar berbeda dari yang lainnya. Aku menjadi tertantang." Edward berdecak kesal.  Setelah membersihkan kelopak bunga mawar yang tertata diatas kasur. Sembari menunggu Grace selesai mengganti baju, Edward mendudukkan dirinya dengan santai di sofa. Ia berniat untuk mandi. Hanya sekedar menyegarkan badannya yang terasa penat. Grace keluar dari kamar mandi dengan baju tidurnya. Grace kini hanya perlu menghapus make up diwajahnya. "Aku akan mandi." ujar Edward.  Grace tidak menyahut. Ia segera menuju meja rias untuk menghapus make up nya.                           ---- Grace bersandar diatas kasur sembari memijat-mijat kakinya. Tidak hanya kaki, badannya terasa pegal. Tidak bisa dibayangkan betapa banyaknya tamu yang hadir di pesta pernikahannya. Namun dibalik banyaknya tamu undangan yang datang. Grace tidak melihat teman-teman SMAnya. Bahkan ia juga tidak menjumpai Selline. Padahal Grace sangat ingin bertemu dengan sahabatnya itu. Edward memutar knop pintu dan keluar dari kamar mandi. Ia hanya memakai handuk putih yang dipikirkan dipinggangnya. Lengkap dengan rambut basah akibat keramas. Grace yang melihat Edward bertelanjang d**a membulatkan matanya. Jantungnya berdetak dengan cepat.  Ini pertama kalinya Grace melihat pria dewasa bertelanjang d**a seperti itu. Dan Edward kini terlihat begitu sexy di mata Grace dengan air yang menetes perlahan dari rambutnya. "Kau menyukainya?" tanya Edward dengan seringaiannya. Grace segera memalingkan wajahnya. Pipinya merona. Ia merasa malu tertangkap basah menatap Edward seperti itu. Tapi percayalah, Grace mengagumi bentuk tubuh Edward. Sangat sempurna dan jantan. "Cepat pakai bajumu!" titah Grace. Wajahnya merah padam saat ini.  "Kenapa? Bukankah kau menyukainya?" tanya Edward dengan kerutan di keningnya. "Tidak." sahut Grace tanpa menoleh. Edward melangkah menuju kopernya. Mengambil kaos hitam polos. Kemudian memakainya, sehingga dapat mencetak jelas bentuk tubuhnya. Ia mengambil celananya. Kemudian menoleh pada Grace. "Apa?" tanya Grace ketika melihat pergerakan Edward terhenti.  "Aku akan memakai celana disini."  "Kau gila!" pekik Grace. "Kenapa? Bukankah aku suamimu sekarang. Jadi tidak ada salahnya kan jika kau melihat seluruh tubuhku" ucap Edward. Pipi Grace kembali merona. Ia segera mengambali bantal untuk menutupi wajahnya.  Sedangkan Edward memakai celananya sambil tertawa. Setelah selesai, Edward lantas mendekati Grace dan menarik bantal yang menutupi wajah Grace. "Kau ternyata pemalu juga ya ms.Arogan. Ku kira kau wanita yang agresif." ujar Edward. "Terserah apa katamu." "Ini malam pertama kita bukan." ucap Edward. Dan ucapannya tadi sukses membuat darah Grace terasa mendesir. Ia belum siap. Dan Grace juga tidak mau melakukan apapun malam ini. Ia kelelahan. Dan malas juga meladeni Edward. "Aku lelah." sahut Grace cepat.  Edward terkekeh dan mengelus pipi Grace. Namun secepat kilat, tangan Edward ditepis oleh Grace.  "Kau tahu, Grace. Aku sudah mati-matian menahan gairahku sejak kita berciuman di altar tadi. Mungkin jika saja tidak banyak orang disana, aku pasti sudah menelanjangimu." Grace bergidik ngeri. Ia masih ingat bagaimana tadi Edward menciumnya dengan lembut dan lama. Hingga Grace mendorong d**a Edward perlahan untuk mengakhiri ciumannya itu. "Padahal aku ingin segera melakukannya malam ini."  "Melakukan apa?" tanya Grace dengan tatapan sinis.  "Bercinta denganmu. Agar Edward junior segera hadir di dunia ini." Grace merasa geli mendengar ucapan Edward. 'Edward junior?' Grace hanya bungkam. Ia tidak tahu apa yang diucapkan untuk membalas perkataan Edward. Ia jamin playboy itu sedang berpikiran yang aneh sekarang. "Tapi kau kelihatan sangat lelah. Aku tidak ingin kau kelelahan dan menjadi sakit. Kita bisa melakukannya besok pagi, setelah kau melakukan istirahat yang cukup." Edward kini membelai rambut Grace. "Aku tidak akan sudi disentuh oleh playboy sepertimu. Lagipula kenapa kau tidak memanggil jalang saja untuk memuaskan gairah bejatmu itu." ujar Grace. Edward menyeringai. Ia berusaha sabar menghadapi wanita arogan seperti Grace. Jika bukan karena cintanya. Mungkin malam ini Edward sudah telanjang bulat bersama jalang di sebuah hotel. "Aku ini suamimu. Dan untuk apa aku mencari jalang jika aku sudah memiliki istri. Ah ya. Aku tahu kau tidak menyukaiku. Kau juga selalu menolakku. Tapi.. Setidaknya jaga sedikit cara bicaramu padaku. Aku sekarang adalah suamimu, mrs.Jacob." ujar Edward dengan penekanan. "Aku ingin tidur. Aku lelah." ucap Grace. Ia segera mengambil posisi. "Aku tidak akan memaksamu. Tapi  Aku tidak menerima penolakan. Dan aku akan membuatmu jatuh cinta padaku." "Silahkan saja jika kau mampu." ucap Grace. Ia mulai menata bantal, menumpuknya sehingga terbentuk pembatas yang seolah membelah kasur menjadi dua bagian. "Dan dengar mr.Edward Jacob. Karena aku menghormatimu sebagai suamiku. Aku mengizinkanmu untuk tidur sekasur bersamaku. Tapi ingat jangan memanfaatkan keadaan untuk menyentuhku ataupun melakukan kontak fisik tanpa izin dan sepengetahuanku. Dan jangan melewati pembatas ini." tunjuk Grace pada beberapa bantal yang ia tumpuk sedemikian rupa sebagai pembatas. "Malam ini kau boleh bersikap sok jual mahal padaku. Tapi bisa kupastikan besok kau akan mendesah dan ketagihan sentuhan dariku." "Cih.. In your dream mr." Grace segera mematikan lampu . Dan menutup matanya. "Selamat malam, Grace. I love you." ujar Edward. Dan Grace merasakan detak jantungnya kembali berdetak dengan cepat. 'Sadar Grace. Dia itu adalah pembual.' batin Grace mengingatkan..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD