Chapter 24

985 Words
Grace jadi merasa terganggu akan berita yang tidak benar itu. Ini adalah pencemaran nama baik. "Dan si playboy itu hanya diam saja saat media memberitakan hal tidak-tidak tentangku dan dia. Aku harus membereskan semua ini." ucap Grace "Apa maksudmu? Kau mau kemana?" tanya Devani saat Grace bergegas. "Mendatangi media. Lalu melakukan jumpa pers untuk mengklarifikasi kabar tidak benar ini." ucap Grace. "Tunggu dulu Grace. Kalau kau melakukan itu, media semakin senang memburumu." Grace menghela napas. "Tapi dengan diam saja disini, itu akan memunculkan spekulasi baru. Dan justru masyarakat akan mengiyakan kabar itu jika aku hanya bungkam." Devani memutar bola matanya. Grace adalah tipe orang yang akan sangat terusik jika ada sedikit masalah atau isu buruk mengenai dirinya. Devani berusaha menenangkan Grace dengan menyuruhnya duduk kembali. "Grace. Abaikan saja gosip itu. Jika kau meladeninya, berita ini akan terus berkembang dan tidak akan ada hentinya. Sudahlah Grace, gosip ini berhenti dalam beberapa hari. Itu hanya kerjaan beberapa media yang kurang bahan sehingga mereka  sampai memberitakan hal mengenai para pebisnis." "Tapi Dev-" "Grace. Kau itu CEO, bukan artis. Edward juga. Jadi wajar saja kalian makan bersama. Dan lagipula waktu itu pakaian kalian terlihat formal sehingga kalian lebih terlihat seperti CEO yang akan membahas proyek direstoran daripada pasangan yang sedang kencan." Grace menghela napas, ia mengalah. Ia akhirnya menuruti saran Devani untuk mengabaikan gosip mengenai dirinya dan Edward.  Sepertinya Grace akan kesulitan tidur malam ini. ----- Sehari setelah kabar mengenai kedekatan Edward dan Grace tersiar dia acara infotainment. Seisi rumah Grace menjadi gempar. Terlebih Angelina yang melontarkan banyak pertanyaan pada Grace. Dan kembali mengungkit-ungkit mengenai pernikahan. Seperti pagi ini saat sarapan. Sebelum Grace pergi kekantor. "Banyak teman ibu yang bertanya mengenai hubunganmu dengan Edward. Sebenarnya ibu sangat setuju kalian berpacaran dan ingin membenarkan kabar itu pada teman-teman ibu. Tapi ibu hanya bisa menjawab 'itu urusan pribadi mereka' . Jadi kapan Grace kau akan mengenalkan pria pada ibu? Usiamu sudah 25 tahun. Seharusnya kau sudah menikah." ucap Angelina.  Namun Grace hanya terdiam dan menikmati makanannya dengan santai. Begitu pula Gabriella. Gadis itu juga terdiam. Tidak ada yang ingin ia katakan. Semalam Grace sudah menceritakan semuanya. Tentang Edward yang bersikap aneh meskipun mereka baru mengenal. Tentang pemberian pemberian Edward. Serta alasan dibalik kejadian mereka makan siang berdua beberapa hari lalu.  Segala rasa penasaran Gabriella terjawab sudah. Jadi ia hanya terdiam. "Kau sudah dewasa dan sudah siap untuk menikah. Apa perlu Ayah menjodohkanmu?" ujar Federico. Kini Grace menoleh dengan sedikit terkejut, namun tak lama ia berusaha mengkondisikan kembali wajahnya menjadi sedatar mungkin. "Aku berangkat" Grace berdiri kemudian berniat berpamitan. "Grace, Ibu dan Ayahmu sudah semakin tua. Kami ingin segera melihatmu bahagia dengan suamimu. Kami tidak bisa selamanya menjagamu, kami ingin ada yang menjagamu saat nanti kami sudah tidak bisa menjagamu lagi." ujar Angelina. Entah mengapa ucapan itu menyentuh hati Grace. Benar, tidak selamanya orang tua Grace mampu menjaganya. Grace sudah dewasa, dan itu bukan lagi tugas orang tua Grace, melainkan tanggung jawab suaminya. Tapi Grace masih belum siap menikah. Grace kemudian melangkah menuju garasinya. Memasuki mobil kemudian menuju kantornya untuk bekerja. ----- Grace tidak terlalu fokus menyetir. Ucapan Angelina tadi masih terngiang dipikiranya. Grace menghela napas. Ia jadi teringat beberapa hari lalu. Ia melihat pria yang selama ini di nantinya. Pria yang sangat ia rindukan. Namun jarak tetap saja menjauhkan dia. Seolah takdir tidak mendukung.                              ---- Tidak perlu waktu lama kini Grace telah tiba dikantornya.  Melewati lobi. Beberapa orang menyapa dengan ramah pada Grace. Namun ada beberapa orang yang terlihat bisik-bisik ketika melihat Grace. Membuat Grace menatap mereka dengan tatapan tidak suka. "Aku menggaji kalian bukan untuk menggosip dipagi hari." ujar Grace membuat beberapa karyawati yang tadi terlihat menggosip langsung menunduk takut. Grace lantas menuju ruanganya dan mulai mengecek beberapa laporan. Dan ia mulai terlarut pada kesibukanya hingga waktu makan siang tiba.                                 ---- "Ayo, Dev kita makan. Perutku sudah sangat lapar." ajak Grace.  Merekapun menuju restoran yang terletak disamping kantor. Restoran tempat biasa mereka makan siang. ---- Grace dengan sangat lahap menyantap makan siangnya. Ia sangat lapar. Dan Devani sangat memahami hal itu. Jika Grace kelaparan, tidak akan ada perbincangan santai saat mereka mengunyah makanan. Grace akan sangat fokus pada makanannya dan menikmati sehingga dia akan mengabaikan lingkungan sekitar. Grace sibuk menyantap makanannya. Baginya ini sangat lezat dan ia harus segera menghabiskannya. Ia sudah tidak tahu apalagi yang Devani bicarakan. Yang Grace tahu, ia sangat lapar siang ini. "Kau terlihat sangat kelaparan."  Suara bariton membuat Grace menoleh dan membulatkan matanya.  Grace mendadak batuk karena tersedak akibat terkejut. Buru-buru Edward memberikan segelas air dihadapannya pada Grace yang langsung diminum habis. Setelah batuknya reda, Grace menatap Edward dengan geram. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Grace dengan geramnya. "Aku hanya ingin makan siang."  Menyadari ada yang aneh. Grace melirik sekelilingnya . "Dimana Devani? Kau mengusirnya?" Edward hanya tersenyum. "Dia kembali duluan keruangannya. Kau terlalu fokus pada makananmu sampai tidak menyadari dia pergi." "Kenapa kau kemari?" tanya Grace. Ia mulai merasa risih saat beberapa karyawati melirik kearahnya dan Edward lalu terlihat saling berbisik. "Sudah ku bilang aku ingin makan siang." jawab Edward. "Tapi restoran bukan hanya disini. Harusnya kau pergi ketempat lain!" Edward tersenyum. Grace semakin terlihat menggemaskan jika dia seperti ini. "Tapi aku ingin disini. Karena aku juga ingin bertemu denganmu." Grace berdecih, ini adalah bagian paling memuakkan jika bertemu dengan Edward.  Tapi tiba-tiba Grace teringat sesuatu. "Seharusnya kau tidak disini! Kau tahu? media menggosipkan kita." ucap Grace dengan berbisik. "Biarkan saja." ujar Edward dengan santai.  Seorang waiters datang membawakan pesanan Edward. Sebelum Edward menghampiri Grace ke mejanya. Ia memang sudah memesan makanan terlebih dahulu. "Kapan kau memesan?" tanya Grace. "Sebelum aku duduk disini." jawab Edward. "Ayo makan. Lanjutkan dulu acara makanmu. Baru nanti kita mengobrol lagi." ucap Edward. "Aku sudah tidak berselera."  "Benarkah? Padahal tadi kau terlihat sangat kelaparan." "Kau membuat nafsu makanku hilang." Edward terkekeh.  "Wah. Aku sepertinya membuatmu langsung kenyang hanya dengan kehadiranku saja." Edward tersenyum berniat menggoda Grace. "Kau terlalu percaya diri. Justru makananku langsung terasa tidak enak jika menatapmu!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD