THE LEGEND 08

1266 Words
Xiu Zuan menidurkan kepalanya di pangkuan Tao. Sambil mendengarkan pemuda itu bercerita. Begitu nyaman, tanpa ada yang mengganggu kebersamaan mereka berdua. "Em, Xiu-er ... ini adalah kalung peninggalan keluargaku, benda ini sangat berharga untukku. Dan aku memberikanya padamu," Tao memberikan sebuah kalung berliontinkan bulan kepada Xiu Zuan. "Kenapa kau memberikanya padaku?" Xiu Zuan mendudukan dirinya, menatap bingung ke arah sang kekasih. "Aku tak tau, entah hanya firasatku saja atau apa. Jika suatu saat nanti terjadi hal buruk padamu, pergilah ke luar great wall. Carilah orang yang bernama Liu Chang Quon, dia penyihir seperti Tuan Zhen. Teman masa kecilku  dia akan mempertemukanmu dengan saudara jauh ku, Minghau. Orang itu akan menyelamatkanmu." tutur pemuda tersebut. Xiu Zuan hanya bisa mengerjap pelan, mencerna semua perkataan kekasihnya. "Kenapa kau tak lari dari sini, Tao? Bahkan kakakmu ada di luar tembok besar ini?" tanya Xiu Zuan, penasaran. Tao hanya bisa menggeleng kecil dan menyibak baju bagian belakangnya memperlihatkan sebuah tanda segel di bagian tengkuknya. "Dulu kaumku sangat berhubungan baik dengan kerajaan Zhang. Namun entah ada permasalahan apa hanya ayahku yang tau. Tiba-tiba berendus kabar bahwa kaumku berhubungan dengan kaum Zhi Zhu.  Raja pun marah dan mengurung sebagian kaum kami di dalam great wall. Lalu menyegel tubuh kami. Apa bila kami berani keluar dari jalur tembok besar. Maka dengan seketika tubuh kami akan hancur," terang Tao, tertunduk sedih. "Aku masih tak habis pikir dengan peraturan gila raja itu. Di sukuku tak ada peraturan macam ini. Semua bebas." imbuh Xiu Zuan. Tao terkekeh. "Andai aku bisa memilih, aku lebih ingin hidup sepertimu tanpa ada yang mengekang. Dan hidup penuh kebebasan." "Ya! Kami bebas, tapi bukan berati hidup suku kami baik-baik  saja, kami selalu di jajah oleh kaum-kaum yang lebih tinggi. Xiumin juga menyebut suku kami sebagai suku rendahan dan liar." ujar Xiu Zuan. "Tapi kau beruntung, Xiu ... karena kau tidak tersegel sepertiku." Xiu Zuan terdiam. Kau salah Tao ... Xiumin membebaskanku karena dia meninggalkan cakranya di tubuhku, di manapun aku berada, Xiumin bisa mencium keberadaanku. Seperti waktu di hutan dulu. Batin gadis itu, miris. Tao memeluk tubuh Xiu Zuan dengan penuh kasih sayang. Menyalurkan kesedihan mereka masing-masing. *** Rasanya sudah beberapa Minggu ini Xiumin tak mengunjungi kelincinya. Semua disebabkan oleh pekerjaanya yang sangat menumpuk. Dari mengurus semua politik strategi yang sedang terjadi, hingga menyusun acara festifal perayaan untuk hari jadi kerajaan Zhang. Xiumin akan mengadakan acara yang begitu meriah hingga tujuh hari tujuh malam lamanya. Dia adalah raja yang baik bagi rakyat-rakyat wilayah kerajaan Zhang. Xiumin ingin sekali mengunjungi kelici manisnya. Terakhir kali ia melihat kelinci itu tersenyum bahagia entah apa sebabnya. Ia sudah tak sabar bermain-main lagi dengan sosok yang keras kepala dan pemberontak itu. Apalagi Zhen belum memberi kabar perihal Xiu Zuan mengandung atau belum. Padahal ia sudah melakukan berkali-kali di gua itu dua bulan yang lalu. Tapi tak masalah jika gadis itu belum mengandung, dia bisa melakukanya lagi, dengan senang hati. Lorong menuju kamar Xiu Zuan sangatlah sepi, di tengah malam. Xiumin dengan angkuhnya berjalan menyusuri setiap lorong demi lorong menuju kamar sang istri. Hingga ia melihat seorang pemuda berjalan ke arahnya sembari menunduk dengan wajah memerah. BRUGG!!! Pemuda itu menabrak tubuh Xiumin, hingga terjatuh. Xiumin menatap pemuda itu dengan tatapan dinginnya. Tao menyadari bahwa Xiumin lah yang baru saja di tabraknya. Dengan segera mungkin, Tao bersujut mohon ampun di hadapan sang raja. "Pergi!" ketus Xiumin. Tanpa menjawab pemintaan ampun dari pemuda di hadapannya. Pemuda itu dengan tergesa-gesa segera bangkit dan pergi. Namun, sebelum Xiumin tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Tunggu!" Xiumin mendekati tubuh pemuda itu, mendongakkan dagunya. Dan mencium aroma tubuh pemuda tersebut. "Kenapa kau bisa memiliki aroma cakra tubuhku?" desis Xiumin. Ia baru ingat orang satu-satunya yang memiliki aroma tubuhnya adalah Xiu Zuan. Karena dia memberikan cakra di tubuh gadis tersebut. Dan sekarang pemuda ini juga memiliki aroma yang sama dengan tubuhnya. Berarti sudah dipastikan jika Xiu Zuan sudah melakukan hubungan dengan pemuda ini. "Sial! Beraninya kau Xiu Zuan!" geramnya. "Penghianat!" Xiumin menajamkan kedua matanya, meredam emosi yang sudah membuncah di dalam hatinya. Tanpa memiliki belas kasihan, Xiumin langsung menyeret tubuh Tao. Tao hanya bisa pasrah, ia benar-benar takut. Harusnya dia tau bahwa berurusan dengan raja-nya pasti akan berakibat fatal dan berujung dengan nyawanya. Harusnya ia menghentikan hubunganya dengan Xiu Zuan. Tapi apa boleh buat? Semua sudah terjadi dan sekarang raja sudah mengetahui hubungan percintaanya dengan  Xiu Zuan Ia hanya bisa pasrah dan menerima semua konsekuensinya. Xiumin mendongakkan wajah Tao, kasar.  Menatapnya begitu tajam. Memancarkan cahaya hitam dan menyorot ke arah bola mata pemuda di hadapannya. Seketika Tao seakan terhipnotis oleh tatapan mata  Xiumin. "Sudah berapa lama kau berhubungan dengan istriku?" bisiknya. "Satu bulan, Tuan." ucap Tao, dengan tatapan kosong. "Siapa saja yang mengetahui hubunganmu denganya, katakan!" Tao mengangguk. "Pelayan Yihua, dia mengetahui semuanya, kami merahasiakannya dari, Tuan Raja." Xiumin merepal kedua tanganya. Memanggil pengawal dan menyuruhnya memanggil pelayan Yihua. Pengawal itu menyeret pelayan Yihua, ke hadapan sang raja. "Sudah ku katakan, bahwa Xiu Zuan itu milikku,  dia asetku! Kenapa kau malah membiarkanya berhubungan dengan penagawal itu, hah?" murka Xiumin, ia paling benci bahwa miliknya di sentuh orang lain. "Maafkan hamba, Tuan ... tolong ampuni hamba ..." Yihua bersujud dan menangis histeris. Memohon ampun, sedang Tao hanya mematung tak bergerak karena masih dalam hipnotis Xiumin. "Pengawal ...!!! Beri hukuman gantung malam ini pada mereka berdua!!!" teriak Xiumin, murka. Dua pengawal itu pun menyeret pelayan Yihua dan pengawal Tao secara paksa. Menurut Xiumin, kelakuan pemberontakan Xiu Zuan sudah sangat keterlaluan. Beraninya dia bersekongkol pada dua pelayan dan memanipulasi dirinya. Dia tidak suka ada pembangkangan dan penghianatan di kerajaannya. Ke esokan paginya. Xiu Zuan bangun lebih awal dari biasanya baru tadi malam ia bertemu kekasihnya, dan sekarang sudah sangat merindukan sosok pemuda itu lagi. Xiu Zuan tersenyum sembari melihat ke arah pintu. Biasanya setiap pagi pelayan Yihua akan datang bersama dengan Tao. Tapi kenapa sekarang belum muncul? Gumamnya. Namun, beberapa saat kemudian beberapa pelayan yang entah siapa, Xiu Zuan tak tau namanya, masuk ke dalam ruang kamarnya. "Di mana pelayan Yihua dan juga pengawal Tao?" tanya Xiu Zuan, penasaran. "Saya pelayan baru yang di tugaskan menjaga Ratu, perkenalkan nama saya, Yizi." "Aku tidak bertanya siapa namamu. Yang aku tanyakan, di mana pelayan Yihua dan juga pengawal Tao berada?!" Xiu Zuan meninggikan suaranya. Namun para pelayan itu hanya menunduk diam. Xiu Zuan yang sudah kehilangan kesabaran pun beranjak pergi keluar kamar. Mengabaikan pelayan yang kini meneriakinya. Xiu Zuan menelisik ke sekeliling lorong-lorong kamarnya. Namun tak kunjung menemukan dua orang yang di carinya. Hingga ia memutuskan untuk keluar lorong istana. Menuju Aula utama. Atensi pandanganya berhenti di suatu titik. Berlahan ia melangkahkan kedua kakinya. Tidak ... ini tidak mungkin, ini mimpi kan? Batin Xiu Zuan dalam hati, saat dirinya melihat sesuatu yang belum pernah terbayangkan dalam benaknya. Xiu Zuan tak berkedip melihat dua sosok yang tergantung di depan pintu masuk lorong terakhir. Ya! Dua sosok itu adalah pelayan Yihua dan pengawal Tao. Mereka tergantung mengenaskan dengan darah yang terus mengalir dari mulutnya. "Ta-Tao ... pelayan Yihua ... kenapa bisa begini?! Bangunlah ... aku tak punya siapa-siapa di sini, bawa aku pergi bersama kalian!!!" teriak Xiu Zuan histeris dan memeluk tubuh pucat kekasihnya. Yang kini masih dalam posisi tergantung mengenaskan. Kenapa baru saja ia merasakan kebahagian dan sekarang harus direnggut begitu saja darinya. Xiu Zuan tak bisa terima. Ia harus membalas dendam atas kematian kedua orang yang paling ia sayangi. Xiu Zuan mengusap air matanya, kasar. Ia melihat ke sekeliling pengawal dan pelayan yang menatap iba padanya. Sontak kedua matanya tertuju pada belati yang terselip di pinggang salah satu pengawal di sana. Lalu Xiu Zuan mengambil benda tersebut secara paksa. Dan bergegas menuju keruangan aula istana. Ia ingin menuntut balas pada tirani kejam itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD