Xiumin membawa tubuh Xiu Zuan ke vapiliun utama istana Zhang. Ia memanggil seluruh pelayan wanita maupun pria yang masih muda, untuk datang ke ruangan tersebut.
Tubuh Xiu Zuan dibaringkan, di sebuah ranjang king size. Dan di kelilingi para pelayan tadi. Semua bingung apa yang akan di lakukan oleh tuan rajanya. Hingga mengumpulkan seluruh pelayan ke vapiliun utama.
"Kunci semua pintu!!" perintah Xiumin, dingin. Tanpa menunggu lama, beberapa pelayan pun langsung mengunci semua pintu.
Xiumin melanjutkan ucapannya.
"Kalian tau?! Kenapa aku mengumpulkan kalian semua di sini?" tukas Xiumin. Tak ada satu pelayan pun yang menjawab. Mereka hanya menunduk, takut.
"Aku akan menunjukan pada kalian semua bahwa Yang Xiu Zuan, adalah istriku, dia hanya milikku, siapapun yang berani mendekatinya akan bernasib sama seperti pelayan Yihua dan pengawal Tao.
Ucapan Xiumin sukses membuat bulu kuduk semua pelayan bergidik ngeri. Mereka tak mau itu terjadi tentunya.
Xiumin kembali menotok leher Xiu Zuan hingga wanita itu kembali tersadar. Xiu Zuan mengernyitkan dahinya, heran. Mengapa semua pelayan berkumpul di sini? Dan apa lagi yang akan di lakukan Xiumin padanya? Semua pertanyaan berkecamuk di otak Xiu Zuan.
"Akan ku tunjukan pada kalian semua bahwa Xiu Zuan adalah milikku!" Raja Xiumin berseringai.
Kemudian berjalan berlahan menuju ranjang, menatap tajam ke arah Xiu Zuan di sana. Xiu Zuan meringsut mundur, ia tau apa yang akan dilakukan oleh raja gila ini, padanya. Tapi tidak harus di depan semua orang juga kan? Xiu Zuan sudah merasa bagaikan jalang di sini.
"Xiumin, ku mohon ... jangan lakukan ini!" mata doe itu berkaca-kaca meminta belas kasihan.
Xiumin tentunya tak menghiraukanya. Ia melanjutkan aksinya, membuka paksa pakaian Xiu Zuan di depan para pelayan. Dan menyetubuhinya dengan paksa. Tak ingin mendengar jeritan kesakitan yang di rasakan oleh sang istri. Yang Xiumin inginkan hanya memberitaukan ke semua orang, bahwa Xiu Zuan hanya miliknya seorang. Ia tak mau kejadian dimana Xiu Zuan dan Tao diam-diam menjalin hubungan terulang kembali. Ingatan itu masih terbayang di dalam otak Xiumin hingga saat ini.
Ia tak mau kehilangan Xiu Zuan lebih tepatnya. Namun karna ego dan keras kepalanya. Membuatnya buta dan tak melihat kesakitan yang di rasakan istrinya tersebut.
"Xiumin ... sakittt!! Hentikannnn ...," Xiu Zuan meraung kesakitan. Keringat dan air mata membasahi wajah dan tubuhnya. Ia hanya menutup mata tak sanggup untuk melihat sekitar. Rasa malu menjadi tontonan ratusan pasang mata, membuatnya ingin mati saat ini juga.
"Buka matamu, Yang Xiu Zuan! Dan lihat para pelayan itu. Mereka melihat aku menyetubuhimu, mereka melihat kau mendesah untukku, mereka melihat jika kau milikku!!"
Xiu Zuan tak habis pikir dengan jalan ota Xiumin. Ia benar-benar merasa tak punya harga diri. Semua hancur benar-benar hancur. Ia seakan tak ingin hidup lagi.
"Bunuh aku Xiumin! Aku tak ingin hidup." Xiu Zuan menangis sejadinya di tengah hujaman laknat Xiumin.
Semua pelayan sudah gemetar, mereka tak tega melihat Xiumin menyiksa Xiu Zuan. Namun mereka bisa apa, selain diam menunduk.
"Tidak semudah itu, kau harus melahirkan anakku dan aku akan dengan senang hati membunuhmu, kau tau ... aku sudah memasukan cakra lebih tinggi di dalam tubuhmu bocah. Apa pun yang akan kau lakukan sekalipun itu tindakan bunuh diri. Maka cakraku akan mencegahmu. Dan aku akan menghentikanmu di saat itu juga!"
Xiu Zuan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya lemah. Ia tersiksa, benar-benar tersiksa. Kenapa ia di takdirkan seperti ini?.
Entah sudah berapa lama Xiu Zuan terkurung di dalam kamar. Xiumin sama sekali tak mengijinkan gadis itu keluar, semenjak kejadian malam itu. Ia menatap nanar ke arah luar jendela. Perutnya sudah mulai terlihat membuncit. Bahkan Xiu Zuan tak peduli dengan nyawa yang ada di dalam kandungannya. Ingin membunuhnya saja andai dia bisa.
Hingga seorang pelayan wanita masuk dan memberikan makan siang padanya.
Xiu Zuan tak merespon keberadaan sosok pelayan itu. Xiu Zuan justru berdecih, ia merasa bagai hewan piaraan saja posisinya saat ini. Bahkan hewan di luar sana saja masih bisa bebas. Tapi tidak untuknya, entah sebutan apa yang pantas untuk dirinya.
Kemudian atensinya tertuju pada laci kecil di bawah mejanya. Ia mengambil kalung yang pernah diberikan Tao untuknya. Butiran air mata kembali membasahi pipi gembil wanita tersebut. Ia rindu, sangat rindu pada sosok pemuda itu.
Tak berapa lama Zhen masuk dan membawakan segelas ramuan untuknya. Xiu Zuan yang menyadari kehadiran pemuda tersebut, dengan segera menghapus air matanya. Dan mendudukan dirinya di ranjang.
"Kau akhir-akhir ini tak banyak makan Xiu-er? Setidaknya pikirkan bayimu." ucap Zhen, lembut.
"Dia bukan bayiku!" ketus Xiu Zuan, dengan raut wajah datarnya.
"Tapi dia ada di dalam dirimu, hidupnya tergantung padamu, jangan egois!" Zhen begitu jengah menghadapi makhluk gembul yang sangat keras kepala ini.
"Tapi aku tidak menginginkannya, Zhen! Kenapa kalian semua memperlakukan aku seperti alat?!" Xiu Zuan benar-benar murka. Menurutnya semua orang di tempat ini sama saja.
"Xiu-er, bayi ini bukan hanya untuk kepentingan raja, namun juga untuk kelangsungan kerajaan Zhang" Zhen menjelaskan.
Xiu Zuan menoleh ke arah Zhen cepat, dan menajamkan tatapanya.
"Apa kau bilang, Zhen? Demi kerajaan? Sukuku tak pernah bergantung pada kerajaan ini, bahkan Xiumin sendiri jijik dengan sukuku dia bahkan menyebutnya sebagai suku rendahan. Dimana raja! Saat sukuku dibantai penjahat? Dimana raja saat sukuku kelaparan? Di mana raja saat sukuku kesakitan? Tidak ada Zhen. Sukuku hidup tergantung pada alam. Kami hidup di luar great wall. Jadi aku tak merasa berhutang pada kerajaan ini."
Zhen terdiam. Karena memang benar semua yang dikatakan Xiu Zuan. Xiumin tak pernah peduli dengan kehidupan di luar great wall.
"Kau benar Xiu-er, bahwa kau tidak berhutang pada kerajaan. Maka di sini aku yang berhutang padamu, lahirkan pangeran ... ku mohon. Dan sebagai gantinya, kau boleh meminta apapun padaku," tutur Zhen.
"Sebenarnya, apa yang dilakukan Xiumin padamu, Zhen? Kenapa kau sangat bertekuk lutut padanya?" geram Xiu Zuan.
"Aku ...--
"Cukup Zhen! Aku tak mau mendengar penjelasanmu!" Xiu Zuan memotong pembicaraan.
Zhen terdiam sejenak, sebelum kemudian melanjutkan ucapannya.
"Aku melakukan ini bukan karena keinginanku. Tapi keinginan ayahku sebelum beliau meninggal. Ayahku sangat mengapdi pada Xiumin, dan beliau ingin aku membuat Xiumin bahagia dalam hidupnya, maka dari itu ... aku tak mau Xiumin sedih, aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri Xiu-er," ujarnya lirih.
Xiu Zuan lagi-lagi hanya bisa terdiam. Ia akhirnya tau apa alasan Zhen mengabdi pada pada Xiumin. Setidaknya dilandasi dengan alasan pribadinya.
"Kau tadi bilang, bahwa kau berhutang padaku kan Zhen? Aku ingin menagihnya sekarang,"
"Apa yang kau inginkan Xiu-er?"
"Aku ingin bebas! Tolong ... bebaskan aku dari sini,"
Zhen membelalakan matanya. Tidak! Itu permintaan yang mustahil. Tapi ia terlanjur berhutang pada bocah ini.
"Tidak bisa Xiu-er ... kau tau sendiri bahwa Xiumin menaruh cakranya di dalam tubuhmu, kau tidak akan bisa lari kemanapun. Xiumin akan menemukanmu dimanapun kau berada." tutur Zhen memberi pengertian.
"Aku hanya ingin ke makam pelayan Yihua dan pengawal Tao. Kalian menguburnya di luar great wall kan? Aku ingin mengunjunginya sendirian." pinta Xiu Zuan, itu hanya akal-akalanya saja tentunya.
Zhen berpikir keras dan memandang wajah Xiu Zuan. Ia merasa iba dan akhirnya menuruti kemuan wanita tersebut. Walau ia takut jika Xiu Zuan berhianat, maka akan berakhir ada banyak nyawa yang melayang nantinya.
"Besok adalah puncak acara perayaan, Xiumin akan berada di aula sampai pagi menjelang. Kau punya waktu untuk melarikan diri selama 10 jam. Dan kau bisa pergi mulai pukul 9 malam besok. Aku akan mengatur semuanya. Tapi kumohon padamu, kembalilah sebelum senja pagi menjelang." ucap Zhen sedikit ragu.
Maafkan aku Zhen, aku tidak mungkin akan kembali ke sini ... aku akan pergi jauh dan membunuh anak yang ada dalam kadunganku, maafkan aku karena membuatmu celaka ... maafkan aku. Batin Xiu Zuan miris.