Hari berganti hari, semua tetaplah sama. Walau Xiumin tak lagi kasar kepada Xiu Zuan. Namun Xiu Zuan tetaplah bersikap dingin, masih enggan untuk memaafkan kesalahan Xiumin, yang teramat menyakitkan menurutnya.
Sedang Xiumin begitu menginginkan Xiu Zuan seperti dalam mimpinya. Ia akan mencoba membuang semua egonya. Ia lelah, sangat lelah hidup dalam kebencian.
Seperti saat ini, Xiumin mencoba mendekati istrinya yang sedang termenung di taman belakang istana.
"Xiu Zuan! Bisakah aku bicara dengan mu?" tutur Xiumin penuh permohonan.
"Katakan! Apa yang ingin kau katakan?!" ketus Xiumin datar, tanpa melihat ke arah Xiumin.
"Aku ingin kita memulai hidup baru. Maukah kau memaafkanku?" mendengar permintaan Xiumin, Xiu Zuan hanya menyunggingkan sebelah bibirnya.
"Begitu gampang, kau memintaku untuk memaafkanmu, Xiumin? Aku bahkan tak tau bagaimana caranya untuk memaafkan semua kesalahanmu!" Xiu Zuan merasakan sesak di dalam dadanya. Pandanganya mulai buram dan air mata berlahan menuruni pipi mulusnya.
"Aku mohon! Aku lelah kau mengabaikanku. Katakan Xiu Zuan ... aku harus apa? Agar kau bisa memaafkanku? " Xiumin berlutut dan mulai terisak.
Raja yang pada awalnya arogan, dingin dan keras kepala, kini bertekuk lutut oleh seorang wanita imut yang bernama Yang Xiu Zuan. Sungguh sesuatu yang langka.
Zhen yang memandang dari kejauhan hanya bisa menunduk, menatap sayu sosok yang sudah lama di anggapnya sebagai adik itu.
Kenapa kau baru menyesali kesalahanmu sekarang Xiumin? Taukah kau, jika Xiu Zuan sudah sangat tersiksa selama ini, dan aku juga tak yakin, kalau Xiu Zuan akan memaafkanmu. Mungkinkah ini karma? Aku hanya bisa berdoa semoga hidupmu bisa bahagia. Dan Xiu Zuan bisa menerimamu." batin Zhen.
"Kenapa kau baru menyadari kesalahanmu sekarang Xiumin? Di saat hatiku sudah mati rasa,"
"Aku hanya ingin kau memaafkanku, Xiu Zuan ...! Sungguh aku sangat tersiksa."
"Ch! Apa kalau aku memaafkanmu, maka keluargaku bisa kembali? Katakan Xiumin! Katakan!!!" teriak Xiu Zuan dengan isakan tangis yang memilukan.
"Aku tidak bisa mengembalikan itu semua. Tapi kau bisa membunuhku, asal kau bisa memaafkanku." Xiumin menunduk dan meremat ujung jubahnya. Sungguh sesakit inikah rasanya mencintai seseorang yang sudah ia buat menderita?.
"Aku memang ingin membunuhmu, tapi apa bedanya aku denganmu, kalau sampai aku membunuhmu? Aku tak sekejam dirimu, kalau kau mati siapa yang akan mengurus anak ini?!" lirih Xiu Zuan, mengelus perut besarnya.
"Aku ingin memulai hidup baru denganmu dan anak kita kelak. Aku berjanji akan memperbaiki semuanya, aku berjanji."
Xiu Zuan hanya bisa menangis, sungguh hatinya pedih. Ia teringat akan siksaan demi siksaan, hinaan, cacian yang telah diberikan Xiumin padanya. Andai semua itu tidak terjadi
Mungkin ia masih bisa membuka hatinya sedikit untuk pemuda tersebut.
"Kenapa kau seperti ini? Apa kau masih belum puas menyiksaku, Xiumin? Apakah ini salah satu trikmu untuk mempermainkanku? Maaf aku tidak akan tertipu!" ketus Xiu Zuan.
"Aku sungguh-sungguh mencintaimu Xiu Zuan, aku harus bagaimana agar kau bisa menerimaku? Katakan, aku harus apa?" Xiumin bersujud di hadapan Xiu Zuan dan menggenggam erat kedua tangan putih wanita imut itu.
Xiu Zuan sedikit tertohok, bagaimana bisa seorang Raja Zhang Wang Xiumin, yang terkenal akan ke angkuhanya bisa bertekuk lutut di hadapanya? Benarkah ini bukan mimpi?
"Xiumin ..! Apa yang kau lakukan? Bagaimana kalau ada yang melihatmu seperti ini? Jangan bodoh! Hentikan." Xiu Zuan sedikit iba. Bahkan sorot onyx hezel itu tak menyiratkan ada kebohongan sedikitpun.
"Tolong maafkan aku! Beri aku kesempatan untuk membahagiakanmu. Setidaknya maafkan aku demi anak kita."
Xiu Zuan memejamkan kedua matanya. Perasaanya sungguh di lema saat ini. Ia bingung bagaimana, haruskah ia mencoba memaafkan pemuda di hadapannya ini? Namun rasa bencinya terlalu besar.
"Hah ... baiklah, aku akan memaafkanmu, demi anak yang ada di kandunganku, tapi ...---"
Xiu Zuan menjeda kata-katanya. Membuat Xiumin mengernyit bingung.
"Tapi apa Xiu Zuan?" tanya Xiumin penasaran.
"Tapi ... masih ingatkah kau tentang ucapanmu. Setelah anak ini lahir, maka kau akan melenyapkanku?" Xiu Zuan menatap sayu ke arah Xiumin.
DEGGG!!!
Tubuh Xiumin membatu, entah mengapa tatapan mata Xiu Zuan sungguh menyakitkan, tergambar jelas akan kesedihan dan keputus asaan.
Tanpa menunggu lama Xiumin langsung memeluk tubuh ringkih itu.
"Tolong jangan katakan itu. Mana mungkin aku melenyapkan orang yang telah mencairkan hatiku,"
"Ucapan seorang Raja bukankah harus di tepati, Xiumin? Aku tidak masalah bila harus kau lenyapkan. Aku lelah ...,"
CUPPP!!!
Xiumin membungkam mulut Xiu Zuan dengan ciumannya. Sungguh ia tak ingin mendengar kata-kata laknat itu lagi.
"Jangan katakan itu lagi. Hatiku sangat sakit mendengarnya. Aku tak akan pernah melakukan itu semua." Xiumin membelai kedua pipi mulus istrinya.
"Walaupun kau tak melakukanya. Aku akan tetap lenyap, Xiumin ... itu sudah takdirku. Itu alasanku tetap membencimu. Cintamu hanya akan menambah penderitaanku." tangis Xiu Zuan dalam hati.
"Ayo! Sekarang istirahat. Aku tidak mau kau sakit." Xiumin menuntun tubuh Xiu Zuan menuju ranjangnya dan membaringkannya. Mengelus perut besar wanita tersebut. Agar wanita itu nyaman dan terlelap.
"Terima kasih Xiu Zuan, telah memaafkanku. Sungguh kau seorang malaikat bagiku." Xiumin mengecup kening Xiu Zuan. Entah mengapa Xiu Zuan merasa nyaman akan perlakuan Xiumin saat ini. Namun kalau teringat masa-masa yang menyakitkan itu lagi, membuat hatinya kembali merasa berdenyut sakit.
Beberapa hari telah berlalu. Sesuai dengan ucapan Xiumin tempo hari. Ia begitu menyayangi Xiu Zuan selayaknya seorang istri. Menuruti semua kemauanya. Bahkan ia rela tak mendatangi aula kerajaan untuk menemui rekan kerajaan. Hanya demi menemani istri cantiknya. Saat ini.
"Xiumin ... apa kau tidak sibuk?"
"Aku sudah mempercayakan tugas-tugas ku pada Zhen. Aku ingin menemanimu, sampai anak kita lahir nanti."
"Jangan begitu! Lakukan kewajibanmu sebagai raja, sungguh aku tak spa-apa, tenang saja aku akan menjaga anak kita dengan baik."
"Dia juga anakku. Aku juga akan menjaganya," Xiumin pun mencium perut sang istri berkali-kali. Membuat mereka terkekeh.
"Sku sudah memutuskan hidupku, Xiumin. Di saat hari-hari terakirku, aku akan mencoba membuatmu bahagia."
"Xiumin ... aku ingin ke tempat di mana sukuku berada dulu, aku merindukan kedua orang tuaku," lirihnya.
"Baiklah! Ayo aku antar, tapi dengan satu sarat, kau harus tetap tersenyum dan jangan bersedih."
"Iya-iya ... aku berjanji padamu,"
Mereka pun bergegas pergi keluar tembok besar, menuju tempat di mana suku Yang terdahulu berada. Walau sekarang berubah menjadi perbukitan padang rumput. tak bisa di pungkiri, tempat itu adalah saksi di mana suku Yang di bantai oleh pasukan Xiumin sendiri. Ingatan itu masih terputar apik di benak pemuda tersebut. Tanpa sadar hatinya merasa teriris. Namun ia mencoba tenang, berusaha agar tetap terlihat bahagia. Di mata sang pujaan. Hanya itu yang ia bisa lakukan saat ini.
Begitu pula dengan Xiu Zuan. Ia berusaha tetap tersenyum. Walau batinya sungguh tersiksa. Ingatan itu membuatnya kembali membenci pemuda yang merangkap sebagai suaminya itu. Bagaimana pun ia mati-matian menepis semua kisah sedih masa lalunya. Ia akan membuat pemuda itu bahagia dan merubahnya menjadi lebih baik. Itu lah janjinya.