"Cepat buka gerbangnya, manis!" Xiumin menaik-turunkan kedua alisnya. Menggoda gadis di hadapannya.
"Matamu rabun, ya? Tak lihat, aku kehilangan kuncinya!" ketus Xiu Zuan kesal.
"Ya sudah ... kalau begitu panjat temboknya!" pinta Xiumin, sengaja ingin mengerjai Xiu Zuan.
"Ka-Kau?! Menyuruhku memanjat? harusnya kau yang memanjat! Kau kan lelaki. Jadi pantas memanjat bukan aku!" elak Xiu Zuan tak mau dibodohi Xiumin.
"Heii, kau kan yang menjual tempat ini. Harusnya kau yang berjuang, bukannya aku!"
"Ck, tapi kan aku seorang wanita," lirih Xiu Zuan, hampir berbisik.
Xiumin bersemirk. Mungkin hobynya sekarang adalah menggoda istri imutnya ini.
"Ayolah ... panjat saja! Aku sudah kepanasan." ucap Xiumin, seraya menutup keningnya dengan telapak tangannya.
"Iya, iya ... astaga, dasar manja." gerutu Xiu Zuan. Sedang Xiumin sudah menahan tawanya sedari tadi. Sebenarnya tanpa Xiu Zuan memanjat dan mencari kunci cadangan, Xiumin pun bisa dengan mudah membuka gerbang besar itu dengan tangan kosong. Tapi ... ia masih senang mengerjai istri tercintanya ini.
Xiu Zuan pun mulai memanjat tembok. Dengan susah payah. Sekuat tenaga, akhirnya ia sampai di atas pagar tembok pinggiran gerbang tersebut. Sungguh ia sangat takut ketinggian asal kalian tau.
"Huft ..." Xiu Zuan membuang napas lelah. "Demi bonusan dari kak Suho, tak apa. Aku harus semangat ... semangat ... semangat ..., " tanpa sadar gadis itu teriak-teriak seperti seorang bocah.
Xiumin hanya terkekeh geli melihat kelucuan Xiu Zuan. Sungguh ia sangat berbeda jauh dengan Xiu Zuan di masa lalu. Xiu Zuan di masa depan begitu konyol dan ceria. Sedang Xiu Zuan di masa lalu cenderung pendiam dan dingin. Kalau boleh, Xiu Zuan lebih menyukai sosok Xiu Zuan yang ada di depannya ini.
Terlalu lama menunggu sosok gadis yang kini masih bergelantungan di atas tembok pagar, Xiumin memutuskan untuk membuka gerbang di hadapannya. Xiumin dengan mudahnya membuka pintu gerbang tersebut. Dan masuk dengan raut wajah tak berdosa. Sedang Xiu Zuan hanya melongo dengan memasang wajah syok. Kalau Xiumin saja bisa dengan mudah membuka gerbang. Lalu kenapa lelaki itu menyuruhnya untuk memanjat tembok? Begitulah pikir Xiu Zuan.
"Woi ... elien bodoh! Bantu aku turun!" teriak Xiu Zuan dari atas sambil mengepalkan tangannya geram.
"Kau bisa naik, kan? Jadi, kau pasti juga bisa turun, tanpa bantuan." datar Xiumin, sambil melenggang pergi meninggalkan Xiu Zuan di atas sana.
"Ck, sial! Bagaimana caraku untuk turun? Astaga ... aku bersumpah, jika kau akan joblo seumur hidup, alien bodoh!!" teriak Xiu Zuan, seraya mengangkat kepalan tangan kanannya.
Dan!
SRETTT!!!
BRUGG!!!
Xiu Zuan terpeleset dan jatuh dengan tidak elitnya. Kakinya terkilir, membuatnya meringis kesakitan. Sungguh, rasa sakit ini tak main-main.
Xiumin yang mendengar suara orang terjatuh segera berlari menghampirinya. Kedua bola matanya sontak terbelalak. Astaga! Bukan maksudnya menyakiti sosok kesayangannya.
"Istriku.?! Kau tak apa-apa? Yang mana yang sakit, hm?" reflek Xiumin menampilkan kekhawatirannya. Xiu Zuan hanya terdiam mematung, mencerna setiap kata-kata pemuda di hadapannya.
'istri' dia bilang 'istri'? Heol! Apa mungkin orang di depannya ini benar-benar gila?. Sangat disayangkan dia sangat tampan.
Xiu Zuan memegang kening Xiumin, dengan punggung telapak tangannya.
Jikalau saja sosok di depannya ini sedang tidak waras.
"Kenapa kau memegang keningku?" bingung Xiumin.
"Aku kira kau sedang sakit." beo Xiu Zuan, sambil memiringkan kepalanya dan mengerjapkan kedua matanya lucu.
Xiumin sempat merasa geram, ingin sekali menerkam istrinya saat ini juga.
Berlanjut Xiumin menggendong tubuh Xiu Zuan, membawanya masuk ke dalam apartemen. Reflek Xiu Zuan mengalungkan kedua tangannya di leher Xiumin. Sontak sepasang mata mereka bersitatap. Entah mengapa, jantung Xiu Zuan tiba-tiba berdetak kencang. Sepertinya pemuda di depannya ini tidak asing baginya. Tapi, mereka pernah bertemu di mana? Gumam Xiu Zuan dalam hati.
"Kau siapa?" tanya Xiu Zuan, serius.
"Aku? Zhang Wang Xiumin jikalau kau lupa." jawab Xiumin datar.
Xiu Zuan hanya merolling bola matanya malas.
Xiumin dengan tlaten mengobati kaki sang gadis.
"Tuan ... bagaimana? Apa Tuan jadi membeli apartemen ini?" tanya Xiu Zuan sopan. Berharap pemuda di depannya ini merasa iba.
Xiumin merasa jengah, bagaimana bisa Xiu Zuan masih memikirkan pekerjaannya, sedang keadaanya saja tidak begitu baik.
"Sebenarnya apa yang ada di dalam otakmu? Apa kau tak memikirkan tentang keadaanmu? Ala yang kau pikirkan hanya uang?" Xiumin sedikit meninggikan suaranya. Entah mengapa hati Xiu Zuan merasakan gejolak sakit. Tanpa disuruh air mata gadis itu sudah mengalir di pipi mulusnya.
"Mungkin bagimu, uang tidaklah berharga, tapi bagiku, itu sangat berarti. Aku butuh uang untuk hidupku." lirih Xiu Zuan, sambil terisak. Sungguh, bukan ini yang Xiumin maksud. Ia tak ingin membuat Xiu Zuan merasa sakit dan menangis.
"Saya permisi Tuan." Xiu Zuan pergi dari ruangan tersebut, dengan kaki terpincang-pincang. Sedang Xiumin hanya terpaku, menatap nanar kepergian Xiu Zuan.
Ia ingin menghentikan gadis itu, namun lidahnya seolah terasa kelu untuk sekedar berteriak.
Xiu Zuan berhenti sejenak, menghubungi temannya untuk menjemput dirinya saat ini.
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil lamborgini berhenti tepat di depan gadis tersebut.
Xiu Zuan masuk ke dalam mobil itu. Dengan senang hati. Tak menyadari, jika ada yang mengawasinya dengan tatapan membunuh dari kejauhan.
Yah sosok itu tak lain adalah Xiumin.
Xiumin begitu panas, ia tak rela jika istrinya pergi dengan orang lain. Tanpa menunggu lama, Xiumin langsung menuju ke arah mobilnya dan menyusul mobil yang di tumpangi Xiu Zuan di depan sana.
Hingga pada akhirnya, mobil yang di tumpangi Xiu Zuan berhenti, tepat di hadapan sebuah toko bunga. Dan Xiumin tau, jika toko bunga itu milik Zhen.
Sosok pemuda yang menemani Xiu Zuan tadi turun dari mobilnya, dan membuka pintu mobil di samping Xiu Zuan. Sembari mengulurkan tangan kanannya, dan diraih sang gadis dengan senang hati tentunya, ditambah senyuman manis sebagai bonus.
"Silahkan turun, manisku ...," ucap pemuda itu.
"Kenapa kau manis sekali." Xiu Zuan terkekeh geli. Kemudian mereka masuk ke toko bunga di dekat mereka.
Xiumin hanya melihat aktifitas mereka dari kejauhan, tanpa sengaja ia meremat kemudi mobilnya. Xiumin sangat kesal, bagaimana tak kesal jika istri tercintanya tengah bermesraan dengan orang lain?. Ah! Ingatlah Xiumin, Xiu Zuan tak mengingat tentang dirimu.
Xiumin memajukan mobilnya dan berhenti tepat di samping mobil pemuda tadi. Ia turun dan menyusul Xiu Zuan di dalam toko. Lagi-lagi ia harus melihat adegan romansa antara Xiu Zuan dengan pemuda tadi.
Zhen yang melihat kehadiran sang sahabat, segera berjalan menghampiri sosok tersebut, sedikit menyunggingkan senyumannya. Ia tau jika Xiumin dalam mode cemburu saat ini.
"Kau kenapa? Cemburu, hm? Xiu Zuan sangat cantik, Zhang! Tak heran dia banyak yang mendekati." bisik Zhen.
"Ch, Aku tak suka Zhen! Xiu Zuan hanya milikku. Siapa pemuda itu? Kenapa dia dekat sekali dengan Xiu Zuan?"
"Dia seorang pengusaha muda, sama seperti dirimu." lanjut Zhen.
Xiu Zuan sedang tertawa ria, hingga tiba-tiba mata doenya melihat sosok pemuda yang tak asing lagi dipenglihatannya. Ya! Dia pemuda yang menjadi klien nya tadi pagi.
Xiu Zuan melangkahkan kakinya dan menghampiri sosok tersebut. Lagipula pemuda itu kelihatannya juga sangat akrab sekali dengan Zhen, yang notabennya sudah dia anggap sebagai kakaknya juga.
"Permisi Tuan Xiumin! Tak ku sangka, kau juga pergi ke sini. Pasti kau mau membeli bunga untuk kekasihmu." tebak Xiu Zuan sopan, dengan senyuman lucunya.
"Emm ... begitulah. Bagaimana dengan kakimu? Apa sudah baikan?" tanyanya.
"Sudah tak apa-apa, Tuan."
"Ah, Kak Zhen juga mengenal Tuan Xiumin?" tanya Xiu Zuan antusias.
"Iya. Dia temanku. Dia juga sering kesini." jawab Zhen, sekenanya.
"Oh, begitu ... ah, ya sudah kalau begitu, aku mau menghampiri Lee Quei dulu." Xiu Zuan akan beranjak pergi, sebelum tangan kanannya ditarik oleh Xiumin.
SRETTT!!!
"Siapa dia, Xiu Zuan?!" tanya Xiumin dengan nada rendahnya. Membuat Xiu Zuan bergidik. Ia seperti pernah mendengar suara itu, tapi entah dimana ia tak tau.
Lee Quei yang melihat Xiu Zuan seperti tengah tertekan segera menghampirinya dan menariknya paksa.
"Hei, Tuan. Lepas tanganmu! Apa-apaan kau ini, kau menyakitinya." Lee Quei menepis tangan Xiumin dan meraih tubuh Xiu Zuan dalam pelukannya.
"Kau siapanya Xiu Zuan?!" tanya Xiumin, masih dengan nada datarnya.
"Dia calon kekasihku!" ketus Lee Quei penuh penekanan, seraya menyunggingkan sebelah bibirnya.
Sungguh, Xiumin sudah naik pitam. Aura hitam sudah menyelimuti tubuhnya. Kedua tangannya terlihat tengah terkepal begitu erat. Kedua tangan kekarnya sudah tak sabar ingin membogem pemuda di depannya ini. Sial! Andai Zhen tak menghentikannya. Maka sudah pasti pemuda itu sudah terkapar mengenaskan.
Di toko bunga milik Zhen.
Xiumin masih berada di toko bunga milik Zhen, begitu juga dengan Xiu Zuan dan juga Lee Quei, yang terlihat sedang asik memilih bunga-bunga di hadapan mereka berdua, diselingi dengan canda tawa. Ingatlah! Ada singa jantan yang siap menerkam kalian di belakang sana.
Tak berapa lama datang sosok pemuda tinggi, gagah, dan tampan, dengan lesung pipi yang menjadi ciri khasnya.
Sosok itu sedikit terkejut melihat sosok Xiumin tengah duduk termangu, menatap tajam dua sosok berbeda gender di hadapannya.
"Hai, Dude! Ternyata kau punya saingan disini." bisik pemuda yang bernama Suho itu.
"Ck! Diam kau! Jika saja sekarang aku berada di negara Zhang, sudah ku bakar hangus pemuda itu!" gerutu Xiumin.
"Tenanglah ... aku akan membantumu."
Xiumin hanya memicingkan sudut matanya.
Ya! Suho sering datang ke toko bunga Zhen. Ah, lebih tepatnya toko ini milik Xiaotan, yang merangkap sebagai adik dari Zhen. Sedang Xiaotan sendiri sudah mutlak menjadi kekasihnya. Jangan tanya bagai mana awal pertemuan mereka, yang jelas takdir sudah mempertemukan mereka berdua.
"Ehem!" Suho berdehem di samping Xiu Zuan, membuat sosok gadis itu sedikit melonjak kaget. Dan seperti biasa, diiringi dengan cengiran bodohnya itu sebagai jawaban.
"Hehe, Kakak kau disini? Kenapa aku tak melihatmu?" ucap Xiu Zuan ambigu, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ck, dasar buntalan kelinci. Bagaimana kau bisa melihatku, kalau kedua matamu saja sudah tertutup oleh ikan lele di sampingmu itu!" decak Suho, karena memang sejujurnya ia tak menyukai sosok pemuda yang bernama Lee Quei itu. Karena tau sendirilah ... Xiu Zuan mutlak milik Zhang Wang Xiumin.
"Kak ... panggil namanya yang benar, Lee Quei, bukan ikan lele," ucap Xiu Zuan, dengan mempoutkan bibir cerrynya, sambil bersedekap d**a. Beda dengan Lee Quei, yang kini tengah menahan diri agar tak mencium bibir ranum di sampingnya ini. Tentunya tak luput dari pandangan Xiumin. Rasanya sudah tak tahan ingin memberi pelajaran pada lelaki yang menatap istrinya dengan tatapan m***m itu. Gumam Xiumin.
"Heh! Lupakan, jangan mengalihkan pembicaraan, bukannya kau masih masuk jam kerja, hari ini? Lalu kenapa kau malah pacaran disini?!" tanya Suho, dengan menatap tajam ke arah netra Xiu Zuan yang terlihat tengah ketakutan..
Sebenarnya Suho tak bisa marah dengan adik kecilnya ini. Ia hanya ingin memberi pelajaran kecil saja padanya.
"Kak, Lee Quei bukan pacarku." bantah Xiu Zuan. Xiumin diam-diam menyunggingkan senyumannya, melihat reaksi Lee Quei yang sungguh tak enak dipandang.
"Lalu, kalau tidak pacaran apa namanya? Berduaan, mesra-mesraan, dan mengabaikan klien disana?!" Suho mendelik tajam menunjuk ke arah Xiumin yang terduduk, dengan wajah yang di buat-buat lesu.
"Aisshh ... kenapa aku bisa lupa?!" Xiu Zuan menepuk keningnya.
"Sudahlah, Tuan. Jangan memarahi Xiu-er, dia tak salah. Aku yang mengajaknya kesini." bela Lee Quei.
"Tidak. Aku yang menghubungi Lee Quei. Bukan dia yang salah." Xiu Zuan tak enak hati karena memang dia yang menghubungi pemuda tersebut.
"Ck! Sudahlah ... urusi klienmu! Kalau kau masih mau bonus." pancing Suho. Karena dia tau, jika Xiu Zuan itu mata duitan.
"Tunggu. Kau tak usah melakukan itu Xiu-er, ikut denganku dan bekerja di tempatku, aku akan memberikan semua yang kau mau. " tawar Lee Quei, seraya menggenggam tangan Xiu Zuan. Entah mengapa Xiu Zuan merasa tak nyaman di sentuh pemuda di sampingnya ini.
Xiumin memelototkan onyx hezelnya. Sial! Dia tak bisa melakukan apa-apa. Hanya bisa berharap, semoga Xiu Zuan menolak tawaran pemuda tersebut.
Beda dengan Suho dan Zhen yang hanya menyunggingkan senyumnya. Mereka tau betul dengan sifat adik kecilnya ini. Walaupun dia bodoh dan konyol. Tapi setidaknya dia masih bisa berpikir jernih.
"Maafkan aku Lee ... aku sudah nyaman bekerja dengan Kak Suho," tolak Xiu Zuan halus, dan melepas genggaman tangan Lee Quei.
"Tapi... dia terlalu mengekangmu. Aku tak suka! Dan kau kekasihku, tak salahkan kalau aku memenuhi semua yang kau inginkan?" ucap Lee Quei dengan penuh permohonan.
"Lee, cukup! Aku bukan kekasihmu, aku hanya menganggapmu sebagai temanku, tak lebih!" jengah Xiu Zuan, karena ia sungguh tak nyaman jikalau Lee Quei menyebutnya dengan sebutan kekasih.
"Lalu? Perlakuanku selama ini, hanya kau anggap sebagai teman? Lalu kenapa kau seolah memberikanku harapan, haa? Atau jangan-jangan kau hanya memanfaatkanku saja? Benar begitu, Xiu Zuan?" Lee Quei mulai hilang kesabaran.
Sedang Xiumin, Suho dan Zhen, hanya duduk manis menikmati drama picisan secara live di hadapannya ini. Dan sudah bisa ditebak, jika akan berakhir dengan sad ending tentunya.
"Kalau aku hanya memanfaatkanmu, memang kau mau apa? Mau meninggalkanku? Silahkan! Toh, aku cantik, manis, aku bisa dengan mudah mendapatkan lelaki yang lebih darimu." sombong Xiu Zuan, berharap Lee Quei pergi dan tak mengganggunya lagi.
"Ckckck ... ternyata istriku genit, eoh ... mentang-mentang cantik," miris Xiumin.
"Oh ... begitu, ku akui kau memang sempurna Xiu Zuan. Tapi sayang, wajah polosmu hanya tipuan." emosi Lee Quei dan meninggalkan Xiu Zuan begitu saja. Hah! Akhirnya ia bisa terbebas dari lelaki yang selalu menyebut dirinya sebagai kekasih. Lega Xiu Zuan.
Drttt..... Drtttt..... Drtttt....
Phonsel Xiu Zuan tiba-tiba bergetar. Ia segera mengangkat panggilan telphonenya tersebut. Sambil menggerutu.
"Astaga ... siapa yang menghubungiku?! Tak taukah aku sedang malas."
Setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya, Xiu Zuan sedikit menyunggingkan senyuman manis.
"Ck, sasaran baru, eoh ... siapa lagi yang akan jadi mangsamu, Xiu-er?" sindir Suho. Ya! Dia tau, jika Xiu Zuan punya hoby PHP-in lelaki-lelaki tajir.
Xiumin melirik ke arah Suho, ia bingung sebenarnya apa yang tidak ia ketahui mengenai Xiu Zuan.
Xiu Zuan hanya tersenyum dan melenggang pergi, meninggalkan Suho, Xiumin dan Zhen. Ia mencari tempat sepi untuk berbicara dengan orang yang menghubunginya itu.
Di sisi lain. Xiumin menatap tajam ke arah Suho, ia butuh penjelasan saat ini juga.
"Suho, bisa jelaskan?!" pinta Xiumin tanpa basa-basi.
Suho sedikit bingung harus menjelaskan bagaimana, yang jelas akan membuat sosok alien ini sangat marah tentunya.
"Em, sebenarnya ... Xiu Zuan suka bermain-main dengan banyak lelaki. Tapi tenang saja, Xiu Zuan punya batasan, ia hanya akan memoroti harta para pemuda itu, tak lebih. Walau aku sudah sering memperingatkannya." jelas Suho sedikit sanksi.
"Hah! Zhen, kenapa kau tak memarahinya? Kenapa dia begitu genit? Bagaimana kalau ada lelaki yang memperkosanya? Astaga, pakek bodynya sexy, montok, pula." Xiumin khawatir, seraya mengusap rambutnya kasar.
Zhen hanya bisa terkekeh, Xiumin yang seperti ini sangat lucu baginya.
"Makanya, cepat dapatkan hatinya, agar kau bisa mengawasinya." tutur Zhen.
"Dia sangat sulit didapatkan Zhen. Aku juga heran kenapa dia seolah tak tertarik denganku." melas Xiumin, karena memang benar, Xiu Zuan seakan acuh padanya. Cenderung bersikap kasar malah.
"Aku tau betul sifat Xiu Zuan. Kau mau tau kenapa dia tak meresponmu? Karena dia tau kau pemuda baik-baik, dia tak mau mempermainkanmu." Suho mebepuk bahu Xiumin. Sontak pemuda itu mendongak, menatap Suho.
"Benarkah begitu? Kau tak sedang menenangkan hatiku kan Suho?"
"Ck. Dasar bodoh." jengah Suho meninggalkan Xiumin dan Zhen. Memilih pergi bermesraan dengan Xiaotan kekasihnya. Dari pada mengurusi pemuda yang dalam mode ogeb.
Xiumin berpikir, bagaimana caranya mendapatkan hati Xiu Zuan kembali. Hingga ia tak sengaja melihat sosok pemuda di sebrang sana, yang entahlah hanya perasaanya saja atau memang pemuda itu tengah melihat ke arah Xiu Zuan berdiri. Mencurigakan.