Di masa lalu, tepatnya berabad-abad tahun silam, dimana orang-orang percaya akan adanya ramalan, sihir, roh halus serta kekuatan magic. Dimana saat itu manusia dan iblis hidup secara berdampingan.
Cerita itu berawal dari keluarga keturunan Tiongkok. Di pemerintahan kerajaan besar masa itu, Kerajaan Zhang.
Kerajaan yang dipimpin oleh seorang pria perkasa berbadan tinggi keturunan Tiongkok, Zhang Wang Wenhua.
Sosok Raja yang menjunjung tinggi negara hukum.
Namun dia tidak lah berlaku adil pada anggota keluarganya, contohnya dengan sosok bocah lelaki cilik yang juga masih mengalir darah keluarga Zhang.
Anak kecil berumur 4 tahun yang menyandang sebagai cucu kedua dari Raja Zhang. Raja pertama di masa pemerintahan abad itu.
Zhang Wang Xiumin, nama anak lelaki malang yang di kucilkan oleh keluarga besarnya, anak itu hidup sendirian di sebuah wilayah terpencil sedikit jauh dari Kerajaan Zhang. Dia hanya tinggal bersama seorang pengawal yang lumayan sudah tua, namun sosok pengawal itu mempunyai satu orang putra. Seorang anak berusia 5 tahun yang kebetulan sudah di tunggal mati oleh ibu kandungnya. Dan berakhir ia ikut sang ayah, menjadi pengawal seorang tuan muda kecil bernama Zhang Wang Xiumin.
Zhen, nama anak itu. Zhang Wang Xiumin tidak merasa sendirian karena adanya Zhen yang setia menemani nya di setiap waktu. Hingga hubungan mereka terjalin begitu dekat, bak hubungan saudara kandung.
"Kak Zhen, ayo temani aku bermain di sungai sana!" Teriak sosok bocah berumur 4 tahun, yang tak lain adalah Zhang Wang Xiumin.
"Tuan, jangan memanggilku dengan sebutan Kakak, nanti ayahku marah," takut sosok anak lelaki yang bernama Zhen.
"Paman tidak akan memarahi mu, jangan takut," timbal Zhang.
Zhen hanya tersenyum dan kemudian menemani sang tuan muda.
Begitulah kedekatan kedua anak itu.
Zhang Wang Xiumin, anak itu di kucilkan atas dengan suatu alasan.
Anak itu terlahir dengan kelebihan di dalam tubuhnya, di mana seseorang di masa itu hanya akan memiliki satu jiwa pendamping. Entah itu jiwa iblis atau jiwa Dewa. Namun tidak untuk Zhang Wang Xiumin, anak itu memiliki dua-duanya.
Hal itulah yang membuat dirinya di asing kan oleh keluarga nya, lantaran di kira sebagai anak pembawa sial. Semua orang membencinya, masih beruntung Zhang Wang Xiumin di asingkan tidak di bunuh oleh kakeknya.
Lambat laun, umur Zhang Wang Xiumin semakin bertambah. Ia semakin bisa berfikir mana yang baik dan mana yang buruk. Ia bukan lagi anak kecil yang selalu mudah di bohongi, kedua orang tua nya selalu bilang jika.
"Ayah dan Ibu akan pulang dulu Xiuer. Besok kita akan kesini lagi, menjemput mu," itu kata terakhir yang masih terngiang di telinga Zhang Wang Xiumin.
Namun hingga saat ini, kedua sosok itu tak kunjung datang menjemput nya. Seiring berjalannya waktu, anak remaja itu semakin faham, jika dirinya sudah di buang oleh keluarga nya.
Hingga sekarang, Umur Zhang Wang Xiumin menginjak ke 18 tahun, ia hanya tinggal bersama Zhen seorang. Karena ayah dari Zhen yang menjaganya selama ini sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Zhang Wang Xiumin tumbuh menjadi sosok pemuda yang begitu dingin, angkuh dan tak punya hati. Hal itu di karenakan rasa benci di dalam hatinya sudah terasa mendarah daging.
Hanya ada dendam dan kebencian yang membara, tersemat di dalam hati batu nya.
"Sepertinya sekarang sudah waktunya," datar pemuda tampan berkulit putih tersebut.
"Apa yang akan kau lakukan? Jangan bertindak macam-macam, Tuan," ujar Zhen memperingati.
Xiumin menatap tajam ke arah sang pengawal.
"Sejak kapan kau mulai ikut campur dalam urusanku, Zhen?!"
Zhen menunduk takut, sembari berucap.
"Maafkan saya Tuan," tuturnya.
"Zhen, tolong jangan bersikap seperti itu padaku," lemah Xiumin. Ia sudah sangat lelah memperingati sahabatnya ini.
"Baik, Zhang," sahut Zhen begitu kaku.
Xiumin segera merancang rencana untuk masuk kedalam istana kerajaan Zhang.
***
Di sisi lain.
Di sebuah kerajaan besar, terlihat sosok sang Raja Zhang Wang Wenhua. Raja pertama sekaligus kakek dari Zhang Wang Xiumin dan juga Zhang Wang Yuwen.
Sosok raja yang terkenal begitu bengis dan kejam. Ia tak segan membantai siapa saja yang berani menentang pemerintahan nya.
Hingga suatu hari, sebuah konflik kerajaan terjadi. Ada berita mengatakan jika permaisuri dari raja tersebut tengah berselingkuh dengan seorang Tabib Istana. Dan hal itu terdengar sampai ke telinga sang Raja.
"APA?" Teriaknya menggema di setiap penjuru aula kerajaan.
"Maaf Raja, itu berita yang hamba dengar dari bibir para warga," sosok pengawal di hadapannya bersujud menggunakan kedua lututnya. Seraya menunduk hormat.
Raja Zhang merepalkan kedua tangannya, ia benci penghianatan. Ia benci di anggap bodoh seperti ini. Hingga tanpa mengumpul kan bukti yang akurat, Raja itu memutuskan untuk menghukum mati sang istri.
"Penggal kepala nya di hadapan khalayak umum!" Perintahnya mutlak.
Bahkan Raja tersebut juga memerintahkan para pengawal nya untuk meluluh lantakkan pemukiman tempat Tabib itu tinggal.
Ia tak peduli dengan keluarga sosok Tabib tersebut.
"Raja, hamba mohon jangan sakiti anak dan istri hamba. Hamba tidak pernah melakukan hal yang Tuan tuduhkan," jelas sosok Tabib yang kini memohon di hadapan Raja kejam tersebut.
"b*****h!"
SRATTTT!!!
Pedang kejayaan sang Raja mengayun indah, menebas kepala sosok pria tak berdaya di hadapannya.
"Tidakkk!!! Suamiku!" teriak sang istri, seraya memeluk kepala sang putra.
"Kau kejam, kau lebih pantas di sebut sebagai iblis di banding dengan sebutan seorang Raja!" teriak sosok wanita itu di sela tangisannya.
Salah satu pengawal terlihat tengah menyeret paksa anak yang ada di pelukan wanita tersebut.
"Jangan! Tolong lepaskan anakku! Jangan sakiti dia." Marah wanita tersebut.
CRATTTTT!!!!
Raja Zhang Wang Wenhua, menebas leher kecil anak di hadapannya.
Sosok wanita di sana hanya bisa mematung, menatap kosong ke arah tubuh sang putra dan suami nya. Yang kini sudah terpisah dari kepala nya. Bibir nya bergetar menahan isakan.
Rasa sakit hati si dalam hatinya kian membuncah. Hingga beberapa saat kemudian, sosok wanita itu mengeluarkan aura hitam pekat dari dalam tubuhnya.
"Kau..... Zhang Wang Wenhua! Terkutuk lah kau...! Kau akan gila dalam kurun waktu dekat. Kau akan mati di tangan seorang pemuda yang selama ini kau benci," kutuk nya. Sebelum tiba-tiba tubuh wanita itu sirna entah kemana.
Dan tanpa Raja itu ketahui, ternyata sosok wanita yang menjadi istri Tabib istana nya, merupakan seorang wanita keturunan penyihir.
Satu tahun berlalu, tingkah Raja Zhang Wang Wenhua semakin aneh. Pria itu semakin gila, ia tak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Di dalam otaknya hanya ada kata curiga dan membunuh. Hingga suatu hari, ia tanpa di duga telah membunuh putra kandungnya beserta menantunya sendiri.
Dan beberapa hari kemudian, Raja tidak waras itu di temukan meninggalkan dalam keadaan yang tidak wajar. Tubuhnya hancur tercabik-cabik tak berbentuk, seperti habis di koyak oleh binatang buas. Namun yang anehnya sangat mustahil, tidak mungkin ada seekor bintang yang masuk kedalam istana kerajaan. Mengingat istana itu di jaga ketat oleh ribuan prajurit.
Hingga saat ini kematian Raja Zhang Wang Wenhua, belum juga terpecahkan. Tak ada titik terang siapa dalang dari pembunuhan misterius ini.
Kematian Raja Zhang Wang Wenhua, membawa kebahagiaan tersendiri bagi rakyat jelata. Berlanjut mereka mengangkat pangeran pertama, Zhang Wang Yuwen. Sebagai raja kedua di negara itu.
Satu tahun di atas pemerintahan Raja Zhang Wang Yuwen, terbilang sangat berkembang pesat. Semua hidup makmur atas pemerintahan yang di jalankan Raja Yuwen. Raja ini tidak bertindak kejam dan selalu mendengarkan keluhan rakyat nya. Beberapa bulan kemudian, Raja Zhang Wang Yuwen, memutuskan untuk menikahi seorang gadis. Sekaligus Ratu dari wilayah Penyihir Timur. Ratu Zhi Zhu, nama dari gadis cantik itu.
Pernikahan berjalan lancar tanpa ada kendala. Hingga satu tahun kemudian, Raja Zhang Wang Yuwen beserta istrinya Zhi Zhu, di karuniai seorang putra yang begitu tampan.
Di tempat lain, Zhang Wang Xiumin yang mendengar berita tentang kebahagiaan yang di rasakan keluarga sang kakak, merasa tak terima. Cukup sudah ia bersabar selama ini, dan kali ini tidak lagi.
"Kak Zhen, kumpulkan semua pengikut kita. Kita akan menyerang kerajaan Zhang, malam ini juga," perintahnya.
Zhen tak lagi bisa menolak perintah sang Pangeran. Dengan sigap ia segera beranjak pergi, mengumpulkan para pengikut nya yang tergolong dari kalangan iblis. Untuk menyerang kerajaan Zhang, malam ini.
Penyerangan pun terjadi.
Kerajaan Zhang, yang belum siap bertempur pun akhirnya tumbang begitu mudahnya, di tambah lawan mereka yang bukan dari kalangan manusia biasa.
Kini hanya tinggal keluarga sang Raja.
"Zhang Wang Xiumin,," tatih Raja Zhang Wang Yuwen, seraya terbatuk-batuk. Ia tak kuat lagi melawan sosok pemuda iblis di hadapannya.
Zhang Wang Xiumin, terkekeh.
"Jangan sebut namaku! Mulut kotor mu tak pantas menyebut namaku! SIALAN!!!"
Teriak Xiumin di ujung kalimat nya. Sembari menginjak kasar d**a sang kakak.
DREBBB!!!!!
Sepatu berbahan perak dan tembaga itu sukses meremuk tulang rusuk manusia tak berdaya di bawah sana.
"Uhukk.....uhuk,," Zhang Wang Yuwen terbatuk-batuk dan bahkan darah segar sudah menyembur dari mulutnya.
Seolah melihat pemandangan yang begitu menyenangkan, Xiumin tertawa terbahak-bahak.
"Jangan! Tolong, ampuni suamiku!" Tangis Ratu Zhi Zhu, seraya merangkul putranya.
Xiumin menyunggingkan sebelah bibirnya, dan menarik bilah pedang dari dalam sarung pelindungnya yang terbuat dari emas dan campuran perak.
SINGGGG!!!!!!
Bilah pedang mengkilap, menyilaukan itu terangkat tinggi.
"TEMUI AJALMU ZHANG WANG YUWEN!!"
Teriak Xiumin, mengayunkan bilah pedang nya, tepat di leher sang Raja.
SRAATTTTTT!!!!!!
Pedang itu sukses menebas kepala sosok Raja itu. Darah segar sudah membasahi lantai. Xiumin tertawa penuh kemenangan, mengangkat tinggi-tinggi kepala sang kakak.
"Tidakkk!!!!" Teriak sang Ratu, meraung.
"Kau ingin menyusul suamimu hm?" Kekeh Xiumin, mendekati tubuh wanita yang kini terlihat tengah merengkuh erat tubuh kecil putranya.
Xiumin menarik paksa anak di gendongan wanita tersebut.
"Jangan! Jangan ambil putraku!" Zhi Zhu berusaha mempertahankan anak dalam pelukannya.
"Sayangnya aku tidak sebaik itu," ketus Xiumin, menarik paksa anak yang kini sudah menangis sesenggukan, mengulurkan tangannya ke arah sang ibu, meminta pertolongan.