Hari ini tak biasanya langit mendung, biasanya mentari sudah sibuk menyinari setiap sudut kota tapi sepertinya hari ini mentari masih malu menunjukkan sosok cerahnya, tak apa mungkin sebentar lagi awan akan pergi. begitu pikir Nagara, sayangnya kita tidak akan pernah tau apa yang terjadi.
Bisa buruk tanpa kita sadari atau baik tanpa kita mengerti, meski begitu Nagara dan Naraya tetap berangkat ke sekolah walaupun perasaan mereka tak tenang. Seperti akan ada hal buruk yang terjadi, keduanya pun sampai di sekolah seperti biasanya.
Walaupun suasana sekeliling mereka seperti tak biasa, tetapi Nagara dan Naraya memilih untuk membiarkannya saja. Karena mencari tau alasan seperti ini belum tentu mereka mau memberi tau Nagara dan Naraya, jadi lebih baik biarkan saja apapun yang mereka pikirkan sekarang biar menjadi urusan mereka sendiri.
Sesampainya di kelas masing-masing, Nagara justru semakin bingung dengan tatapan orang-orang padanya. Begitu sampai di kursinya Nagara langsung bertanya pada Bintang perihal apa yang terjadi, mendengar ucapan Bintang membuat Nagara mengerti mengapa semua ini terjadi lagi padanya.
"Kenapa mereka pada ngeliatin gue gitu? Ada apaan dah Bintang?" tanya Nagara bingung.
"Kayaknya ada masalah lagi Nagara. Soalnya tadi pada ribut-ribut gitu," ujar Bintang ikut bingung.
"Masalah lagi? Masalah apaan? Ribut-ribut gi mana?" tanya Nagara masih tak mengerti.
"Katanya murid kemarin yang lu bales nonjok dia masih gak terima dan malah nyebar rumor kalo lu manfaatin gue demi diri lu sendiri bahkan katanya lu maksa Naraya deketin gue supaya gak ada cewek yang gangguin gue ngelindungin lu," ujar Bintang ikut merasa kesal.
Jadi begitu alasan mengapa mereka menatap Nagara lain, mereka lebih percaya hal yang beredar daripada bertanya padanya. Nyatanya meski Nagara tak berbuat salah pun dirinya akan tetap di nilai salah, karena orang lain mudah mempercayai apa yang beredar daripada apa yang terjadi sebenarnya.
Melihat Nagara yang mengeraskan rahangnya membuat Bintang mengerti jika saat ini Nagara kesal tapi dirinya tak bisa melakukan apapun, menjelaskan apa yang terjadi pun tak akan membuat mengerti bagaimana posisi Nagara saat ini.
Tak lama suara ramai-ramai terdengar dari luar kelas Nagara dan Bintang, merasa ada hal yang tidak beres di sini membuat Nagara dan Bintang pergi keluar dan memeriksanya. Nagara yang menerobos masuk ke dalam kerumunan pun terkejut melihat beberapa siswi menjambak rambut Naraya hingga Naraya menjerit kesakitan, tidak! Nagara tidak lagi bisa membiarkan orang lain menyakiti kembarannya seperti ini.
Dengan kesal Nagara mendorong orang yang menjambak rambut Naraya dan melindungi Naraya di belakangnya, matanya menatap tajam beberapa siswi yang terkejut melihat kemarahan Nagara. Mereka pikir Nagara tak akan menghampiri Naraya, ternyata mereka salah karena saat ini Nagara ada di hadapan mereka dengan kemarahannya.
"Kalo mau cari masalah, cari gue! Jangan cari masalah ke Naraya," ujar Nagara kesal.
Mendengar rintihan kesakitan Naraya membuat Nagara tak lagi bisa menahan emosinya, dirinya tak menginginkan perkelahian seperti ini tapi selalu saja dirinya di paksa melakukan hal yang paling Nagara benci. Nagara benci terlibat dalam perkelahian, lalu mengapa selalu dirinya yang di libatkan dalam perkelahian? Memang apa salahnya? Bintang yang mendengar kemarahan Nagara pun ikut melerai perkelahian tak jelas ini.
Karena bagaimanapun juga masalah tetap harus di selesaikan apapun awalnya. Siswi-siswi yang melihat Bintang melerai mereka justru memaki-maki Nagara dan Naraya, bahkan mereka tak segan-segan menuduh Nagara dan Naraya padahal mereka tak tau apapun mengenai keduanya.
"Gak gini cara nyelesain masalahnya, kalian bisa bicara baik-baikkan? Gi mana awalnya sampe kalian ngejambak Naraya kayak gitu?" tanya Bintang lembut.
"Bagus ya kalian gak sia-sia susah payah manfaatin orang eh pas butuh langsung deh dibelain! Belain aja terus kak bintang belain!" maki salah satu siswi kesal.
"Bagus banget malah! Enak ya di belain padahal salah! Gak tau malu banget sih jadi orang oh apa jangan-jangan gak punya malu ya," sahut murid lain ikut kesal.
"Kasian banget idup cuma bertahan karena di kasihanin! Kalo salah mah salah aja gak usah nyari pembenaran gitu dasar gak guna!" maki murid lain semakin kesal.
Mendengar semua makian ini membuat Nagara tak tahan lagi untuk berdiam diri dan Nagara meluapkan apa yang tidak mereka ketahui, karena bagaimanapun juga mereka hanya mendengar dari apa yang beredar bukan apa yang sebenarnya terjadi.
Dan itulah masalah yang harus di luruskan, bukan sebagai pembenaran seperti yang mereka pikirkan. Kadang manusia mudah menyimpulkan tanpa bertanya dahulu, padahal bisa saja orang lain menambah-nambahkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kalian tau apa soal gue sama Naraya? Kalian cuma denger dari apa yang beredar! apa yang beredar itu gak semuanya benar! Gue gak pernah minta Naraya deketin Bintang! Gue sama Naraya kenal Bintang karena awal masuk sekolah kita ketemu Bintang sebagai panitia gak lebih! Kenapa gue satu kelas sama Bintang pun bukan karena gue manfaatin dia. Karena sebelumnya kelas gue dulu gak pernah nganggep kehadiran gue dan selalu ngebully gue anak gak ada ayah makanya gue di pindahin! Lagipula kemampuan dan prestasi gue di atas rata-rata! Jadi stop bilang atau nyari masalah ke Naraya! Dia gak salah apapun begitupun juga gue! Kalian yang nyebar hal s****h kayak gini biar apa sih biar gue jatuh iya hah!" Maki Nagara kesal.
Orang-orang yang mendengarkan ucapan Nagara pun terdiam, mereka tak menyangka bahwa ternyata bukan Nagara yang sengaja menyebarkan hal ini bahkan Nagara terlihat tersiksa saat mengatakan apa yang sebenarnya.
Lantas selama ini mereka membenci hal yang tak nyata, sebenarnya Nagara selalu menjadi korban tanpa mereka sadari dan hari ini Nagara tak tahan lagi melihat kembarannya ikut tersiksa. Bukankah dirinya sudah cukup terseret dalam hal menyakitkan? Mengapa kembarannya juga harus ikut terlibat? Masih tak cukupkah dirinya terluka sendirian, masih kurang kah masalah yang selalu menimpanya.
Melihat semuanya terdiam semakin membuat Nagara mengeraskan rahangnya, bahkan ketika kebenaran terungkap pun tak membuat mereka memahami perasaan Nagara. Jika boleh ia memukul sesuatu saat ini mungkin saat ini Nagara sudah memukul apapun, tapi melihat Naraya kesakitan membuat Nagara membawa Naraya ke kelasnya dan mengusap usap rambut Naraya lembut.
Sesampainya di kursi Naraya, Nagara memeluk Naraya dan Naraya membalas pelukan kembarannya. Naraya tak sekuat Nagara hingga kini ia menangis sesegukkan membuat Nagara mengusap usap punggung Naraya agar ia lebih tenang, Naraya yang larut dalam perasaannya pun menceritakan awal dirinya di perlakukan dengan kejam seperti itu.
"Tadi tuh tiba-tiba mereka nyamperin Naraya terus maki-maki Naraya eh belum sempet Naraya ngomong apapun Naraya udah di seret keluar kelas dan mereka ngejambak rambut Naraya Na. Sakit banget Na tapi Naraya gak sekuat Nagara jadi Naraya gak bisa ngelakuin apapun tapi Naraya gak ngerti kenapa mereka bisa sekejem itu ke Naraya Na," Ujar Naraya sedih.
Mendengar ucapan Naraya membuat Nagara berusaha keras untuk mengendalikan emosinya, dirinya tidak ingin membebani mamahnya tapi melihat Naraya kesakitan seperti ini seakan memercikkan perasaan kesal yang terpendam dalam hati Nagara.
Baginya Naraya dan mamah adalah hal yang tak akan Nagara biarkan mereka terusik siapapun, dan hari ini Nagara melihat tangis kesakitan Naraya membuatnya benar-benar tak lagi bisa berdiam dan membuat perhitungan dengan siapapun mereka yang mencoba mengusik Naraya.
Merasa Naraya sudah tenang membuat Nagara mengusap jejak air mata di pipi kembarannya, Ia berjanji akan membuat mereka menyesal telah melukai Naraya. Melihat Naraya yang sudah membaik membuat Nagara kembali ke depan kelas yang ternyata mereka masih di sana, tanpa basa-basi Nagara menjambak 3 orang yang menjambak Naraya hingga mereka menjerit kesakitan Nagara tidak perduli.
"Kalian yang berani menghakimi tanpa bertanya dulu. Sekarang nerima balesan dari gue yang gak terima kembaran gue lu lawan ramean! Kalo lu berani hadepin satu-satu jangan keroyokkan! Sakitkan! Sakitkan rasanya di jambak apalagi Naraya yang kalian jambak rame-rame! Bahkan ini gue gak pake tenaga sepenuhnya! Jadi jangan berani-berani kalian ganggu Naraya atau gue bakal bales setiap hal yang kalian lakuin ke Naraya," ujar Nagara kesal.
Bintang yang mencoba melerai Nagara pun di tatap tajam Nagara, tapi tak lama Nagara melepaskan 3 orang yang menjambak Naraya. Nagara memang tidak ingin terlibat perkelahian apapun, apa yang ia lakukan hanya sebatas peringatan atas apa yang mereka coba lakukan terhadap kembarannya.
Tak lama Nagara berlalu pergi dari sana dan memasuki kelasnya, sementara mereka yang masih di sana merasa bersalah atas apa yang mereka pikirkan. Melihat orang-orang di hadapannya terdiam membuat Bintang mengingatkan mereka dalam bertindak, bagaimanapun juga dirinya tak ingin hal seperti ini terulang kembali.
"Lain kali kalian jangan asal nyebar hal yang belum tentu bener! Bakal ada korban di setiap tindakan yang kalian buat. Apapun itu renungin dan cari tau dulu sebelum semuanya kayak gini lagi karena gue gak mau hal kayak gini terulang lagi! Biasain kalian cek diri kalian sendiri. Kalian mau gak di perlakuin sama kayak apa yang kalian lakuin ke orang? Kalo gak! Jangan seenaknya kalian buat kesimpulan sendiri ngerti! Sampe hal ini terjadi lagi gue bakal bawa masalah kayak gini ke Guru BK," ujar Bintang mengingatkan.
Mendengar ucapan Bintang membuat mereka tersadar bahwa mereka salah setelah memojokkan Nagara dan Naraya yang bahkan tak salah apapun, tapi meski begitu mereka mengangguk mengerti dan membubarkan diri sementara Bintang kembali ke kelasnya.
Bintang perlu menenangkan Nagara yang mungkin salah paham terhadap dirinya, apa yang Bintang lakukan sebelumnya semata-mata demi mencegah masalah lain yang mungkin akan menimpa Nagara tanpa Nagara sadari.
Setelah sampai di kursinya Bintang langsung mencoba menjelaskan maksud dirinya melerai Nagara, karena Bintang tak ingin Nagara terkena masalah jadi Bintang melerainya. Nagara yang mendengar ucapan Bintang hanya menganggukkan kepalanya mengerti, lalu ia menatap keluar jendela dengan tatapan kosong.
"Gue gak maksud bela siapa-siapa Nagara gue cuma gak mau lu kena masalah lainnya, sorry kalo lu kesel atau gi mana tapi gue gak maksud buruk ke lu kok," ujar Bintang tak enak.
Melihat Nagara yang menganggukkan kepalanya membuat Bintang merasa lebih baik, tapi Bintang tau pasti pikiran Nagara sedang tidak ada di sini dan Nagara sedang memikirkan banyak hal di luaran sana.
Tak lama guru pelajaran pun datang membuat murid-murid menyibukkan dirinya masing-masing, hingga berjam-jam mereka habiskan dengan rumitnya pelajaran tapi akhirnya semua terbayar saat mendengar bel istirahat terdengar ke seluruh sudut sekolah.
Semua bergegas menuju kantin tapi Nagara malah berjalan ke kelas Naraya, sudah menjadi kebiasan Nagara untuk menemani Naraya istirahat. Lagipula dirinya tak memiliki siapapun selain Naraya dan Bintang, sesampainya di kelas Naraya membuat Nagara mengerutkan dahinya bingung karena Naraya di kerumuni siswi-siswi.
"Kalian ngapain ngerumunin Naraya?" celetuk Nagara bingung.
Mendengar suara Nagara membuat kerumunan itu agak menjauhi Naraya dan salah satu dari mereka menjelaskan maksud kedatangan mereka, Nagara yang mendengar maksud baik mereka akhirnya menyerahkan keputusannya pada Naraya yang mau seperti apa.
"Kita gak maksud jahat kok. Kita cuma mau ngajak Naraya istirahat bareng aja, lu mau istirahat bareng gak Naraya?" ujar salah murid takut.
"Oke kalo gitu. Gi mana Naraya mau?" tanya Nagara lembut.
Mendengar ucapan Nagara membuat Naraya tersenyum senang karena ia pikir kembarannya masih terbawa emosi ternyata sudah membaik, melihat Naraya tersenyum membuat Nagara ikut tersenyum senang tapi Naraya justru menolak ajakan murid-murid yang mengajaknya.
"Gak dulu deh Na ... Makasih ya kalian udah mau ajak Naraya tapi Naraya lebih suka istirahat di kelas aja. Maaf ya belum bisa istirahat bareng," ujar Naraya lembut.
Siswi-siswi itu pun mengangguk mengerti dan berlalu pergi, kemudian Nagara duduk di samping Naraya dan mempertanyakan kenapa Naraya tak ikut istirahat bersama saja. Bukankah lebih baik Naraya bergaul dengan teman sebayanya? Tapi Naraya justru merasa tak nyaman di keramaian, lebih baik dia seperti ini lebih terasa menenangkan.
"Kenapa lu gak ikut mereka istirahat bareng aja Naraya? Lu harus bergaul sama temen sebaya lu bukan sendirian gini gak baik," ucap Nagara lembut
"Bukan Naraya gak mau Na tapi Naraya gak nyaman aja dikeramaian saat ini Na. Mending istirahat gini Na lebih terasa tenang terus nyaman gitu," ujar Naraya ceria.
Bila Naraya sudah bilang seperti ini, tandanya tak ada yang bisa Nagara katakan lagi. Nagara tak ingin membuat Naraya melakukan suatu hal karena terpaksa atau terbebani, jika seperti ini adalah kebahagiaan untuk Naraya maka Nagara akan mengikuti apapun yang Naraya inginkan.
Keduanya pun larut dalam istirahat yang terasa menyenangkan dengan obrolan santai tentang pelajaran dan bagaimana cara mereka menyelesaikan tugas mereka hari ini, tak lama bel tanda untuk memulai kelas pun terdengar membuat Nagara harus meninggalkan kelas Naraya dan kembali ke kelasnya.
Naraya menganggukkan kepalanya mengerti dan Nagara melambaikan tangannya sebelum pergi, tapi saat Nagara ingin memasuki kelasnya seseorang menahan lengannya membuat Nagara mengerutkan dahinya bingung.
Orang yang menarik lengan Nagara tak lain adalah orang yang Nagara balas pukul pipinya karena memukul Nagara beberapa hari lalu, orang itu menyeringai dan memancing kemarahan Nagara tapi Nagara tidak terpancing sedikitpun.
"Bagus ya udah manfaatin orang masih bisa senyum tenang kayak gitu! Dasar gak tau malu banget lu Nagara jadi orang," sindir orang itu datar.
"Gue manfaatin orang? Sorry gak ada kata manfaatin di kamus hidup gue. Mau gue senyum atau tenang ada masalah sama lu? Gue gak tau malu? Gak salah ya bukannya lu yang gak tau malu nyebar rumor tapi hasil ngefitnah bangga gitu," balas Nagara dingin.
Mendengar Nagaranya membalasnya membuat orang itu tak terima dan terpancing emosinya sendiri, dirinya bahkan menyebutkan bahwa ia mengadukan Nagara pada mamahnya melalui telpon sekolah ketika jam istirahat tadi.
"Kenapa gue harus malu karena ngefitnah lu? ya iyalah gue bangga. Buktinya gue berhasil tuh ngaduin apa yang beredar ke mamah lu tadi pas istirahat! Gue bilang lu nyari masalah lagi sampe di panggil sama Guru BK gara-gara kelakuan bengis lu Nagara," sindir orang itu datar.
Sementara Nagara yang tak suka mamahnya di sebut-sebut pun hampir kehilangan kendali emosinya tapi Bintang menahan Nagara dan memarahi orang yang mencoba memancing masalah lain dari Nagara, orang justru itu terkekeh geli karena berhasil membuat Nagara termakan ucapannya karena memang apa yang ia katakan adalah benar terjadi.
"Astaga! Bisa gak sih lu gak nyari masalah mulu sama Nagara? Gila ya seneng banget bikin orang kesel sampe segitunya! Gak ada akhlak lu jadi orang," ujar Bintang kesal.
"Gue gila? Salahin dia yang nyari masalah karena berani mukul gue Bintang! Iya gue gak ada akhlak itu semua karena gue gak terima ya dia berani mukul gue," maki orang itu ikut kesal.
Bintang hampir saja kehilangan kesabarannya saat mendengar ucapan konyol orang di hadapannya, padahal jelas orang ini yang memulai perkelahian tapi tak terima di balas? Benar-benar pantas di pukul memang orang sepertinya tapi sebelum Nagara dan Bintang memukul orang tak jelas itu, dirinya sudah berlalu pergi meninggalkan mereka berdua dalam kekesalan.
|Bersambung|