SUAMINYA SARTI!

1290 Words
Sejak pagi Sarti dan Mujio pergi ke bidan yang cukup jauh dari rumah Mister X. Mereka sengaja cari yang jauh agar tak terlihat kalau Sarti mendatangi bidan. “Nanti kamu kalau ditanya adalah istriku ya, lalu kita sudah menikah empat bulan. Selama ini kita pakai kon-dom, tapi aku nggak nyaman makanya minta kamu suntik!” ucap Mujio ‘suami pura-pura’ Sarti saat mereka di dalam mobil bak milik usaha Xavier. “Iya Pak,” jawab Sarti. “Kalau di depan orang-orang, di depan bidan nanti jangan panggil PAK-lah panggil MAS. Masa sama suami panggilnya Pak,” Mujio mengajari Sarti. “Iya Pak. Nanti depan bu bidan atau suster saya akan panggil Mas,” jawab Sarti menurut. Sarti tahu Xavier tentu sangat percaya pada lelaki ini sampai urusan dia suntuk KB saja dipasrahkan pada pegawainya ini. Padahal di usaha Mujio tak punya jabatan. Dia hanya wira wiri sesuai perintah Xavier. Tak ada atasan dia, karena dia langsung di bawah kendali Xavier. Mujio tak pernah bekerja disuruh pengawas lapangan, atau mandor kebun, atau orang gudang dan atasan pegawai lainnya. Mujio independent. Bahkan Ratna kepala rumah tangga tak bisa memerintah lelaki ini karena Mujio tak berada di bawah satuan tugasnya. “Bapak sudah lama kerja di sini? Maksud aku ikut Pak Xavier?” tanya Sarti. “Saya itu ikut dari Pak Xavier bujangan, dia dua tahun di bawah saya, orang tua saya kerja sama orang tuanya. Kami sebaya, sekolah juga kami satu tingkat karena di selalu lompat kelas sebab memang pintar. Waktu SD kami satu tingkat, tapi tentu beda sekolah. Tuan kan kerjaannya eh sekolahnya di tempat yang mahal. Saya kan cuma di SD di kampung saja.” “Apa dari kecil dia nggak punya pacar?” selidik Sarti. “Tuan nggak boleh pacaran sama nyonya majikan, maminya Tuan Xavier. Tapi sejak dulu dia nggak suka sama perempuan etnis Cina. dia suka perempuan Jawa yang hitam seperti mboknya,” jelas Mujio. “Siapa itu mbok?” “Mbok itu mbok emban atau pengasuh, yang mengasuh den Xavier dari kecil. Memang maminya nggak pakai baby sitter, tapi pakai mbok-emban. Pengasuh Jawa zaman dulu. Mboknya itu jelek dan hitam, tapi juragan senang karena mbok lembut serta selalu sayang sama juragan Xavier. Tidak seperti maminya yang keras dan tukang bentak-bentak. Jadi itulah yang tuan Xavier cari, seperti idolanya sejak kecil. Seperti mbok Ripah,” ucap Mujio. “Terus kalau Nyonya Priscilla? Masa masak nikah tapi nggak pacaran?” “Saya nggak tahu, waktu den Xavier kuliah di Singapura atau di mana pun, dia pacaran atau enggak di sana. Tapi begitu pulang ke Solo sini lima hari kemudian dia nikah sama Nona Priscilla.” “Saat itu Nona Priscilla juga baru pulang satu minggu dari Brisbane. Dia kuliah di Australia. Sepertinya mereka dijodohkan jadi ketemu pas di gereja waktu akad nikah.” “Ooooooooh gitu. Jadi mereka nggak pacaran lalu tiba-tiba nikah?” “Iya tiba-tiba nikah dan kayaknya sih mereka enggak satu kamar sejak awal pernikahan.” “Loh nggak satu kamarnya bukan karena ada den David?” “Enggak. Sejak menikah mereka nggak pernah satu kamar. Satu kamar hanya pas malam pertama, karena ditungguin sama kedua orang tuanya. Sesudah orang tuanya pulang ke rumah masing-masing, mereka langsung pisah kamar. Juragan langsung kembali ke kamarnya sejak muda yaitu kamar yang sekarang dan nyonya Priscilla di kamar yang sekarang dia pakai bersama David.” “David kan memang tidur sama Non Priscilla sejak bayi, kalau pagi baru dipindah ke kamarnya David. Makanya kamu kan tahunya David di kamarnya karena pagi-pagi dipindah sama nyonya Priscilla saat dia siap berangkat bekerja.” “Apa selama ini Tuan Xavier sayang sama David?” Sarti penasaran dengan yang Xavier pernah beritahu padanya. “Ini antar kita saja ya karena “kita suami istri” , kalau bukan suami istri kamu tak akan aku beritahu,” kata Mujio sambil tersenyum. “Iyalah Pak, saya mengerti.” “Jadi waktu mereka menikah kan habis itu mereka pisah kamar berbulan-bulan nggak pernah mereka nyampur. Lalu mereka dipanggil sama orang tua masing-masing. Jadi kumpul tuh dua pasang orang tua sama pasangan Tuan Xavier dan Nona Priscilla. Saat itulah saya dengar kalau pasangan ini di ultimatum harus segera punya anak. Kalau tidak punya anak, maka dua-duanya harus keluar dari kerajaan bisnis mereka masing-masing!” “Dari situ saya baru tahu bahwa sudah enam bulan pernikahan, mereka belum pernah campur sama sekali. Bagaimana dia mau punya anak kalau belum pernah nyampur?” “Tuan sejak SD itu apa-apa cerita sama saya, jadi saya tahu dari cerita Tuan bahwa selama enam bulan ini dia belum pernah campur dengan istrinya.” “Terus waktu itu Tuan bilang, Nyonya mengaku ke Tuan kalau nyonya sudah tidak perawan. Katanya sih dijebak waktu di Brisbane, tapi Tuan nggak percaya.” “Kamu tahu kan Tuan seperti apa. Dia langsung cari bukti-bukti lewat teman-teman di Brisbane. “Ternyata tidak pernah ada penjebakan atau apa pun pada Nona Priscilla, tapi memang Nona suka dugem. Mungkin sama-sama suka atau bagaimana lah pokoknya tapi nggak pernah ada penjebakan.” “Versinya Nyonya dia dijebak lalu masuk rumah sakit karena depressi. Akhirnya kelihatan bahwa Nyonya memang masuk rumah sakit tapi bukan karena depresi melainkan karena operasi usus buntu. Tentu saja di situ Tuan makin nggak suka pada Nyonya Pricilla.” “Tapi karena terpaksa mereka harus punya anak kalau tidak mereka jadi gembel dua-duanya, akhirnya Tuan pun berupaya untuk membuat Nyonya hamil.” “Kamu tahu saya harus cari minuman buat bikin tuan bisa melakukan hal itu sama nyonya. Dibikin mabuk pun jagoan kecil Tuan nggak bisa bangun.” “Akhirnya saya disuruh nyari obat perangsang biar bisa lupa semuanya. Saat itulah Tuan bisa melakukan hal itu pada nyonya Priscilla pertama kali.” “Tapi bulan berikutnya Nyonya belum hamil, akhirnya dicoba satu kali lagi yaitu dua bulan setelah mereka melakukan yang pertama kali. Saya tahu karena saya yang harus mencari obatnya itu.” “Tetap saja percobaan kedua belum berhasil, sampai Tuan akhirnya depresi sendiri karena dia malas lihat nyonya.” “Tapi kemarin kelihatan mereka pasangan serasi kok,” sela Sarti, teringat bagaimana harmonisnya pasangan Xavier dan Pricilla yang pergi sejak hari Jumat pagi hingga Jumat malam. “Kalau terlihat di depan umum seperti itu, tapi apa kamu pernah lihat mereka ngobrol atau bercanda seperti suami istri pada umumnya? Mereka kan enggak pernah ngobrol sama sekali. Nggak ada komunikasi seperti layaknya suami istri.” “Lalu di bulan kelima sejak ultimatum akhirnya saya harus beli obat lagi dan membuat Tuan seperti terang-sang. Di bulan kelima inilah percobaan berhasil, sehingga bulan keenam sejak awal mereka melakukan penyatuan atau satu tahun setelah mereka menikah, Nyonya hamil!” “Sudah sejak itu Tuan enggak pernah nyenggol lagi. Jadi mereka hanya melakukan tiga kali itu, sampai sekarang enggak pernah lagi.” “Saya tahu semuanya, seperti saya juga tahu semuanya tentang kamu dan Tuan.” “Tuan kalau masalah-masalah gini sering cerita sama saya. Dia bilang pertama lihat kamu jagoan kecil bisa berdiri. Padahal sama Nyonya dibikin mabuk pakai minuman juga nggak bisa, harus pakai obat perang-sang!” “Itu sebabnya dia minta kamu suntik KB, karena kalau tidak suntik bisa bahaya. Lihat kamu dari jauh saja, belum ngomong dan kamu pakai baju lengkap, si kecil bangun.” “Makanya dia sekarang tersiksa karena nggak bisa setiap saat menemuimu. Bagaimana dia mau melakukan saat di rumah rame, terlebih ada Mimin. Mimin itu sejak dulu suka ngejar-ngejar Tuan. Pernah dia bukan pernah malah, beberapa kali dia masuk ke ruang kerja Tuan. Pura-pura antar kopi lalu dia menggoda Tuan.” “Bahkan pernah satu kali memancing dengan memberi obat di kopi milik tuan. Kamu tahu apa akibatnya? Akhirnya Mimin jadi korban obat yang dia berikan di kopi Tuan!” “Jadi maksudnya Tuan pernah tidur sama Mimin?” kata Sarti kaget.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD