29. Mengunjungi Mantan

1003 Words
Big Luxurious Club Klub terkenal ini baru membuka cabangnya 2 tahun lalu di Kota Seoul. Klub malam milik salah satu pengusaha terkenal dari Indonesia itu kembali melebarkan sayangnya ke Negeri Gingseng Korea. Seoul. Kota metropolitan terbesar di Asia Tenggara yang kaya akan party scene untuk clubbers yang ingin menghilangkan kepenatan dari aktivitas sehari-hari. Salah satu klub malam yang terkenal di Seoul berada di daerah Itaewon. Bar yang paling terkenal oleh kalangan aristocrat dan miliyader yaitu Big Luxurious Club yang terletak di roof top La Codeffin. Big Luxurious Club adalah satu-satunya klub di Asia tenggara yang sudah setara dengan Red club di London atau Rex club di Paris. Klub yang bernuansa ungu ini merupakan klub yang di buat khusus untuk para eksekutif, entrepreneur dan juga orang-orang yang berkantong tebal entah apapun pekerjaan mereka, entah halal atau tidak uang yang mereka dapatkan. Ruangan gelap yang hanya menyisakan sedikit cahaya, musik dari DJ yang terdengar seperti music klasik yang menenangkan. Penuh dengan asap rokok yang begitu memuakan dan juga bau minumam laknat dengan berbagai jenis serta harga selangit. Meskipun waktu sudah hampir menunjukkan pukul 01.00 dini hari, sebuah klub tidak akan pernah sepi. Daripada bergelung dengan kasur di rumah, mereka lebih memilih untuk berbaur dengan iblis di neraka ini. Menari tidak jelas di lantai dansa tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya, memamerkan apa yang bisa mereka pamerkan. Beberapa orang sempoyongan menuju ruangan bertuliskan toilet, entah apa yang mereka lakukan di sana saat menjadi manusia laknat dengan otak tak normal. Barisan meja dan kursi berjejer rapi, dipenuhi oleh orang-orang berdompet tebal. Seorang bartender siap memberikan cairan laknat dengan harga jutaan dolar, bertambah puluhan kali lipat jika sang pelanggan meminta tambahan pil ekstra. Di sudut ruangan ada beberapa pasangan yang saling b******u tanpa rasa malu, seolah berbagi saliva di tempat umum itu adalah satu hal yang wajar. Menjijikan sekali melihatnya. Ck, lain kali gunakan ruang tertutup untuk saling menebar benih, Bung! Harga dirimu kau taruh dimana sampai membiarkan nafsumu lebih menguasai otakmu. Dasar p*****r! Mengumpat dan menyumpahi orang sudah menjadi kebiasaan di tempat laknat ini, jadi jangan heran kalau skenario ini penuh dengan kalimat sampah. Neraka ini memang penuh dengan dewi succubus seperti mereka. Makhluk berjenis kelamin perempuan yang menggoda para pria agar menjamah tubuhnya. Di sudut barat ruangan, pria-pria dengan label eksklusive tengah menikmati kepopuleram mereka di ruangan ini. Siapa yang tidak tergiur untuk menjadikan mereka sebagai pasangan hidup, jika kebahagiaan bisa mereka janjikan dengan mudahnya? Kebahagiaan yang bernama kemewahan. Satu-satunya hal di dunia ini yang bisa mengalahkan cinta. Lagipula, siapa manusia t***l yang menggunakan cinta di tempat laknat seperti klub ini? Bagi orang-orang k*****t seperti penghuni di sini, uang jauh lebih penting daripada perasaan bernama cinta. Daska bersama teman temannya yang baru datang dari Paris dan Indonesia berkumpul di tempat ini untuk bersenang senang. Malam ini, mereka bertiga ingin melupakan bagaimana caranya membeli saham, bagaimana caranya berjalan layaknya kucing dan juga pasal-pasal yang membuat kepala pusing. Mereka ingin sedikit bersenang-senang dengan berkunjung ke salah satu klub malam langganannya ini. Sudah hampir satu jam mereka duduk di sofa mewah ini. Daska, satu-satunya pria yang hanya duduk diam menikmati suasana sekitar serta menegak beberapa minuman beralkhohol yang tersaji. Tak perduli dengan kedua sahabatnya yang mengumbar pesona kepada seluruh kaum hawa yang ada disini atau sesekali melakukan ciuman panas saat beberapa perempuan mendekati mereka. Tak jarang banyak p*****r yang menjajakan tubuhnya di hadapan Daska, namun sama sekali tak ia gubris. Bukan berarti Daska membenci para p*****r itu, hanya saja dia tidak mau menjadi orang t***l yang 'bermain' dengan p*****r rendahan seperti mereka. Dia hanya akan melakukan French kiss dan foyerplay saja, tidak pernah lebih apalagi sampai memperlihatkan aset pribadinya. Dia tidak sebodoh itu. Lebih baik ia menikmati ruangan yang semakin penuh sesak itu. Saat tengah menikmati musik yang bergaung serta tubuh yang bergoyang di lantai dansa, mata elang Daska menangkap objek yang menarik perhatiannya. Membuat rasa bosannya menghilang dan tergantikan dengan seringaian licik di wajah tampannya. Dengan sangat fokus Daska mengamati tingkah laku seorang perempuan yang duduk sendirian di bangku depan meja bar. Perempuan yang berumur 32 tahun dengan tubuh ramping, rambut bergelombang sepinggang berwarna coklat gelap, menggunakan pakaian yang sekilas saja sudah terlihat betapa branded apapun yang dia kenakan malam ini, tentunya karya para designer terkenal di dunia. Bahkan dia memakai brand dari K.SA FASHION milik Vian, sahabat Daska. Hal ini menunjukan bahwa perempuan itu berasal dari kalangan konglomerat. Daska masih betah memandang ke satu titik saat Steve kembali ke meja mereka dan duduk di dekatnya. "Das, kau tidak tertarik untuk turun ke lantai dansa atau One Night Stand dengan salah satu p*****r yang ada di sini?" tanya Steve yang datang menghampirinya setelah behasil membuat bibir pasangan semalamnya bengkak. Gelas vodka tergenggam di tangan pria itu. "Aku tidak tertarik," jawab Daska santai tanpa menoleh ke arah temannya dan tetap fokus pada satu titik. "Tidak tertarik atau karena kau takut mendapat omelan dari kembaranmu?" ejek Emanuel yang baru saja ikut bergabung dengan mereka. Kemeja yang sedikit kusut serta rambut yang acak-acakan menandakan bahwa pria itu baru saja dijamah oleh perempuan. "Kau yang bilang sendiri kalau Prasta ingin kau tobat," imbuh pria itu lantas duduk di kanan Daska. "Kau takut kehilangan kkepercayaan Prasta dan dia mendepakmu dari perusahaannya, makanya kau jadi jinak seperti ini." "b******k! Kau menyamakan aku dengan binatang!" maki Daska dan langsung di hadiahi tawa dari ke dua sahabatnya. Pria itu menatap Emanuel tajam. "Aku hanya ingin berhenti bermain main. Apa yang di ucapkan Prasta memang ada benarnya. Aku sudah tua untuk bersenang senang dengan banyak perempuan," jawabnya tenang. "Ck, baiklah. Bersulang untukmu yang sudah tobat,” celoteh Emanuel mengangkat gelas slokinya ke udara, diikuti oleh Steve tapi tidak dengan Daska karena pria itu justru kembali mengumpat. "s****n kalian,” maki Daska karena godaan teman temannya itu. "Hahahahahhahaha." Mereka kembali menertawakan u*****n Daska. “Well, aku ada urusan. Lanjutkan saja aksi kalian menarik hati wanita,” ucap Daska setelah beberapa saat memutuskan untuk pergi. “Kau mau kemana?” tanya Steve heran. Tidak biasanya Daska pergi meninggalkan mereka duluan. “Mengunjungi mantan kekasihku,” sahut Daska tanpa menoleh. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD