Percakapan Pertama

1701 Words
Musik mengalun, artis kenamaan menyanyi penuh penghayatan. Baik lagu lokal maupun luar negeri, didendangkan secara bergantian oleh artis undangan. Yang mana sebagian dari tamu, khususnya kaum hawa menikmatinya. Mereka ikut bernyanyi bersama- sama, selfie atau bergoyang. Sedangkan para pria lebih suka mengobrol masalah bisnis. Tidak ada yang mau melewatkan gosip atau perkembangan bisnis dari para pengusaha yang berkumpul. Akan tetapi ada tiga orang yang tidak melakukan keduanya. Ketiganya datang ke pesta dengan tujuan lain yang lebih mengarah pada kepentingan pribadi. Mereka adalah Mega dan Carlo. Dalam tarian dansa keduanya, Mega sama sekali tidak melihat raut kesal Carlo akibat pembicaraan mereka tadi. Dia berpikir jika Carlos akan baik - baik saja selama dia bersama dengan Monica. Lagi pula ini memang kesepakatan mereka berdua dengan tujuan mengamankan karier Monica. Apalagi Carlo menyunggingkan senyum tulus atas rencana Mega yang hendak mengundang Ian ke rumah. Walaupun dalam hati semua berbeda dari yang ditampilkan oleh raut wajahnya. Carlo sendiri awalnya yakin jika tidak akan terganggu oleh tindakan apapun yang Mega ambil. Gadis itu berhak mendapatkan pasangannya sebelum mereka bercerai. Setidaknya itu yang pria itu pikirkan sehari yang lalu atau beberapa jam yang lalu, dan menjadi kesempatan bersama. Namun semua terasa berbeda ketika keyakinannya yang dia pikirkan, bertentangan dengan tindakan yang dilakukan. Sangat sulit melakukan tindakan agar sesuai ucapannya. 'Aku harus bertindak sesuai yang aku katakan.' Carlo harus bertarung dengan ego dan hatinya agar bisa tersenyum akan kebahagiaan Mega bersama pria lain. Meski kebahagiaan Mega menimbulkan sayatan di hatinya. "Aku senang kau mendapatkan pria yang bisa disebut multi milyuner, dia juga pria yang baik," ucap Carlo. Lagi - lagi dia mengatakan apa yang bertolak belakang dengan apa yang dirasakan. Mega menunduk malu seperti gadis yang jatuh cinta. Sikap itu sangat mirip dengan reaksinya ketika mendapat lamaran pernikahan dari Carlo. Padahal yang terjadi di hati Mega tidaklah demikian. Semua yang ia tunjukkan untuk membuat Carlo merasa kehilangan dirinya dan memaksanya mengatakan perasaan pada Mega sebelum mereka berpisah. Semua sesuai dengan saran Ian sebelumnya. 'Semoga saja rencana Ian berjalan baik.' Tanpa menyadari riak sakit hati yang mengganggu Carlo, Mega berkata dengan bangga. "Setelah sekian lama, nasib kini sedang berbaik hati padaku, " ucap Mega. "Padahal aku tidak yakin bisa mendapatkan pria yang tulus mencintaiku." Carlo menyadari jika ucapan itu untuknya. Dan ketika gerakan dansa itu berputar, tangan Mega terlepas darinya. Gadis itu mendarat kembali ke pelukan Ian. Meninggalkan Carlo yang terpaku karena kehilangan kehangatan di dekapannya. Entah sejak kapan, Carlo menjadi begitu terbiasa dengan Mega. Dia bahkan lupa jika semua ini hanya sementara karena ia harus menikahi Monica. Kekasih impiannya selama ini. Ian menarik Mega ke dalam pelukan. Lalu meletakkan dagu pada pundah indah Mega yang tidak tertutup apapun karena kebaya tadi memiliki potongan bahu terbuka. Dengan kulit dari wajahnya yang menyentuh bahu Mega, Ian mampu merasakan betapa lembut kulit Mega. "Kau luar biasa. Seluruh pengunjung menatapnya seolah ingin memakanmu." Ian tidak berbohong. Gaun merah Mega yang berkerlip mencuri perhatian. Mega nampak seperti api yang menyala. Seksi, panas dan menarik, dan dirinya adalah pria beruntung yang bisa memeluk dan melakukan skin ship dengan ratu pesta ini. "Baiklah, teruskan menggombal. Ada banyak artis di sini, dan aku hanya butiran debu di antara mereka, " jawab Mega. Lagi - lagi wajahnya memanas hanya karena sedikit pujian. "Itu tidak benar. Aku yakin pendapat semua pria yang hadir di sini sama denganku. Begitu pula dengan Carl. Asal kau tau... dia tidak bisa berkedip saat menatap mu. Tugasmu sekarang hanya mengabaikannya. Buat dia penasaran dan menginginkanmu, " saran Ian. Saran yang seolah memberi jalan pada Mega padahal ia sendiri memiliki trik untuk menjerat Mega. Dia tidak mungkin melepaskan Mega pada Carlo karena Ian merasa Carlo tidak pantas bersama Mega setelah menyakiti gadis ini sebesar itu. Mega tersenyum bahagia akan pujian Ian. Ian tidak tahu seberapa besar efek pujian Ian bagi Mega. Meski sederhana kata -kata yang indah dan mampu membangkitkan kepercayaan diri Mega yang hancur akibat segala pelecehan verbal Carlo selama dua tahun tanpa henti. Mega hampir lupa jika sudah mengatakan sesuatu pada Carlo. Rencana Ian menginap sebenarnya tidak pernah ada. Itu hanya ucapan spontan Mega. " I - Ian... aku tadi mengarang cerita jika kau ingin bermalam bersamaku. Kata - kata itu keluar begitu saja. " Ian menatap penuh antisipasi terhadap Mega. Rupanya nasib membantu niatnya mendekati Mega. Dia memang ingin bermalam bersama Mega meski sekali. Dan kini Ian tidak perlu lagi mengarang alasan agar keinginannya terwujud. Sekuat tenaga Ian menahan ekspresinya tetap tenang walau dalam hati ia sangat ingin berteriak senang. "Lalu apa jawabannya?" tanya Ian tenang. Mega yang tidak bisa membaca ekpresi antusias dari Ian mulai bercerita."Dia setuju. Awalnya aku mengatakan jika ingin bercerai secepatnya karena akan tinggal bersama mu. Tapi dia tidak setuju karena khawatir timbul gosip tentang Monica. " Ian akhirnya sadar jika Ian sudah menyadari perasaannya pada Mega. Padahal jika Carlo yang dulu maka ia tidak akan berpikir dua kali untuk menceraikan Mega. "Pria egois sepertinya mau mengalah. Sungguh di luar ekspektasi. " Mega sendiri sadar jika Carlo bukanlah pria yang mau mengalah. Namun sejak mereka sepakat untuk berpisah, Carlo sudah berkali - kali mengalah darinya. Kedua orang itu berdansa tanpa memperdulikan sekitarnya. Bahkan Mega tidak menyadari jika Carlo saat ini sedang memeluk Monica dalam alunan lagu. Mega terhanyut dalam percakapan menyenangkan bersama Ian. Sentuhan kecil dan godaan Ian yang terkesan serius tapi santai benar -benar membuat Mega menikmati pesta. Tanpa Mega sadari dia terpesona oleh segala hal dari Ian. Sebuah kenyamanan yang tidak pernah ia rasakan dari Carlo. Kini acara hampir selesai, Ian mendekat ke arah Carlo dengan tangan berada di pinggul Mega. Seolah menegaskan jika Mega adalah miliknya pada Carlo, sedangkan Carlo tidak lagi memiliki hak pada Mega. Jelas Carlo terganggu dengan itu, sayangnya dia tidak bisa mengucapkan protes atau sekedar memukulnya. Dirinya sendiri yang sudah menciptakan situasi seperti ini. Dia memperlakukan istrinya seperti hewan, jadi tidak mengherankan jika istrinya jatuh cinta dengan yang lain. Dan dirinya adalah seseorang yang kehilangan. "Carl, ku rasa kau tahu hubungan kami... jadi aku tidak akan menyesal atau merasa bersalah jika berada di ranjang yang sama dengannya," ucap Ian sambil menyeringai. Gigi Carlo gemeletuk membayangkan hal itu. Seribu sumpah serapah ingin ia lontarkan pada Carlo yang kurang ajar. Carlo masih tidak bisa menjawab, hatinya terlalu panas atas apa yang harus ia saksikan. "Tentu saja kau bisa melakukannya. Aku juga akan ikut ke mansion Carl." Secara mengejutkan Monica menjawab pernyataan Ian. Dia juga menggandeng Carlo seolah mengatakan jika pria itu miliknya sekarang. Senyum tak lupa tersanjung dari bibir Monica. Ian inhin sekali tertawa aka keadaan Carlo. Nampak jelas jika pria itu merasa tidak berdaya karena berada di sisi pujaannya di masa lalu. Ya masa lalu, sebab Ian yakin jika hati Carlo mulai goyah. "Syukurlah, kau membuatnya menjadi mudah, Monica." Mega tidak ingin menjadi pihak menyedihkan di hadapan Monica. "Jika demikian kau bisa kembali dengan Ian untuk ke rumah Carl. Kita tidak bisa membiarkan orang lain tahu tentang hubungan kita masing- masing. " Mega mengusulkan untuk membuat klamufase agar hubungan Carlo dan Monica tidak terlihat orang luar. Dengan dirinya bersama Carlo dan Monica bersama Ian maka orang lain akan mengira jika mereka berempat adalah pasangan sebenarnya. Padahal semua terbalik. "Ide bagus." Monica menyetujui ide Mega. Keempat orang itu berpamitan pada tuan rumah. Rekan- rekannya yang lain juga tidak merasa curiga saat Monica ikut ke mansion Carlo. Itu karena Ian ada di sisi Monica saat Carlo, Monica dan Mega berpamitan. Sesuai dugaan Mega, tidak seorang pun yang curiga jika posisi mereka terbalik. Keempat orang itu menuju parkiran gedung Stoli yang menjulang tinggi. Bentuknya yang unik seperti kubah merupakan daya tarik tersendiri bagi pengusaha maupun artis untuk mengadakan acara pesta atau rapat. Dan tidak seorangpun yang tau jika Ian adalah pemilik saham di gedung milik Stoli. Pria itu selalu bertindak diam - diam untuk menguasai pasaran. Mobil yang membawa Mega dan Carlo mulai meninggalkan gedung. Seperti biasa, mobil itu hening tanpa ada suara. Sang sopir bahkan sudah terbiasa dengan suasana ini. Syut. Carlos tiba- tiba menutup jendela privasi sehingga ruangan mereka benar- benar terpisah dari sopir. Itu menarik perhatian Mega. Dia pun menunggu apa yang Carlo inginkan sehingga ia menutup jendela privasi itu. "Apa kita bisa membatalkan semua ini, Mega?" tanya Carlo. "Apa maksudmu? Aku sudah lama menginginkan ini Carl." Mega mengira jika Carlo meminta membatalkan perceraian. Membuatnya sangat antusias dan berharap Carlo merayunya untuk memulai rumah tangga yang baru tanpa melihat ke masa lalu. "Mega... ku rasa ini salah. Seharusnya kita menunggu bercerai lalu mengajak pasangan kita." Sayangnya bukan itu yang dikatakan Carlo. Mega kembali harus menekan rasa kecewanya. "Jika demikian kau harus segera menceraikanku, Carl. Aku sudah tidak bisa hidup seperti ini." Mulut Carlo terkunci karena kata-kata Mega. Dia tidak mampu membalasnya karena sadar jika perlakuannya begitu buruk. "Mega..." "Jika kau tidak mau maka aku yang akan pergi dari rumahmu Carl. Dan yakinlah, aku tidak akan mengambil sedikit pun uangmu. " Carlo tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Semua langkah yang ia ambil serasa salah dan menyakiti Mega."Itu salahku. Aku tau jika sudah menyakitimu dengan sikapku... maafkan aku." Mega menggelengkan kepalanya. "Sudahlah, kita tetap tidak bisa membatalkan ini." Komunikasi ditutup. Carlo hanya diam dan Mega juga melakukan hal yang sama. Namun ada rasa senang karena mendapatkan kata maaf dari pria egois seperti Carlo. Di mobil yang lain, Ian tidak bereaksi apapun saat Monica berada satu mobil dengannya. Walaupun ia tahu mata Monica tidak melepaskan pandangannya darinya dan menelisik dengan cermat--- Ian hanya tidak bergeming sama sekali. Memang tak mengherankan jika Monica memperhatikan Ian yang ternyata tak kalah dari Carlo. Baik segi fisik maupun segi kekayaan. Bukannya Monica tidak memiliki kekayaan sendiri, saat melirik pria kaya. Tapi sebagai artis dia juga memerlukan penyokong dana untuk menunjang gaya hidupnya. Apalagi sekarang ia merasa jika sikap Carlo mulai berubah. Tidak salah kan Monica berjaga - jaga. 'Tapi kenapa aku seperti duduk dengan kulkas?' batin Monica. Dia agak tersinggung dengan sikap Ian yang diam. Padahal Monica juga yakin jika dirinya tak kalah cantik maupun seksi dari Mega. Belum pernah ia dicueki pria seperti ini. 'Dasar sok jaim.' Monica pun mulai melakukan aksinya. Dia menarik gaunnya hingga dadanya yang bohai sedikit melorot. Memperlihatkan separuh dadanya yang besar. Dia juga pura - pura menunduk agar bisa terlihat dengan jelas oleh Ian. Akan tetapi Ian masih datar tak bergeming. Membuat Monica malu. 'Tsk gagal,' batin Monica. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD