Perjanjian.

1421 Words
Mega Pov. Jadi ini adalah alasan sebenarnya dari pengalaman tidak menyenangkan yang selama ini aku alami dalam rumah tanggaku. Pelecehan secara verbal, kebencian dan penolakan yang ia tunjukkan padaku ternyata ada sebabnya. Sekarang penyebab itu berada di depanku, dan sedang dalam pelukan suamiku. Entah aku harus tertawa atau menangis sekarang. Ternyata segala percakapan yang aku dengar dari rekan kerjanya secara diam-diam dulu adalah benar adanya. Awalnya aku mengira mereka hanya menjelek-jelekkan Carlo di belakangnya. Ternyata tidak. Semua itu nyata. 'Ya Tuhan, aku yang selama ini berada di kegelapan akhirnya mengetahui kebenaran jika yang mereka katakan benar adanya. ' Ternyata Carlo hanya menikahiku dan berniat menceraikanku ketika Monica, mantan tunangannya dulu sudah kembali. Di pesta ini, seluruh pasang mata menatapku seolah ini adalah kejadian yang menarik. Mereka pasti menerka-nerka apa yang akan aku lakukan. Apakah aku akan melabrak Carlo dan Monica ataukah aku meninggalkan pesta sambil menangis. Aku akui tubuhku sekarang ini bergetar bahkan kakimu lemas. Tidak ada yang mengetahui betapa nyeri yang kurasakan di dadaku untuk menerima kenyataan ini. Ribuan tanya menuntut untuk jawaban atas pertanyaan,' Mengapa Carlo begitu kejam padaku? Padahal aku adalah manusia tapi dia menganggapku seolah-olah adalah benda yang tidak berharga. Dia mengira jika kami adalah barang yang mudah ditukar seenaknya. Hatiku berdenyut tak terkatakan. Rasanya aku ingin mengamuk karena tidak bisa menerimanya. Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku. Namun aku tahu jika tidak bisa membiarkan diriku dikasihani, meski pantas mendapatkannya. Dengan menguatkan hati, aku melangkah ke arah dua orang yang berpelukan itu. Langkah kakiku seolah tidak menginjak bumi. Semakin lama semakin berat. Hingga saat sampai di depan mereka, aku memaksakan diri untuk tersenyum pada mereka. Monica melepaskan pelukannya begitu melihatku tersenyum menuju ke arahnya. Dia mengulurkan tangan untuk bersalaman denganku. Aku pun dengan senang hati menyambutnya. "Nyonya Mega, senang bertemu denganmu. " "Aku juga senang bertemu denganmu,kau tampak cantik, nona Monica. Acara travelingmu adalah yang terbaik. " Yang aku dengar, Monica terkendala kontrak eksklusif dari salah satu stasiun televisi agar tidak menikah selama membawa tv show itu berlangsung. Setauku kontrak itu akan berakhir setahun lagi. "Benarkah? aku senang mendengarnya, " Monica melempar senyum menawan. Dan aku tau jika Carlo semakin terkesima oleh senyum cantik Monica yang murni dan nampak polos. Sesuatu yang membuat siapapun ingin melindunginya. 'Pantas saja Carlo begitu tergila-gila padanya, ' batinku. Membuatku semakin nampak menyedihkan. "Iya, terutama Carlo. Dia sama sekali tidak berkedip melihat acaramu ho ho ho..." Aku melirik pada Carlo. Menatapnya penuh arti karena tahu semua yang ia rencanakan. ''Well, Monica adalah teman baikku. Kami sudah lama tidak bertemu..." Rupanya Carlo tersendir oleh ucapanku. Dia juga merasa tidak nyaman menyadari jika aku bisa dengan mudah dekat dengan Monica. "Carlo benar." Carlo mencoba meletakkan tangannya pada pinggangku. Bersikap seolah semua baik-baik saja. Dan kembali berakting agar setiap tamu yang hadir tidak curiga. Sepertinya dia baru sadar jika menjadi pusat perhatian karena tamu pesta. Akan tetapi aku menepis tangan Carlo. Dia sudah tidak berhak mendapatkan cinta dan rasa hormatku lagi. Aku tidak menyangka jika pria sekaya Carlo bisa berbuat sekerdil itu. Sekarang waktunya mendapatkan kehormatanku yang selama dua tahun ini diinjak-injak oleh Carlo. Nyatanya Carlo tidak tidak pernah memiliki perasaan cinta padaku. Monica menyadari jika Carlo berusaha meraih tanganku, karena itu aku tidak lagi menolak kontak fisiknya."Kalian memang pasangan paling romantis. Aku sudah mendengar jika kalian adalah pasangan paling terkenal di kota ini. " "Itu hanya dipermukaan. Bumi tidak selamanya mengalami musim semi. Dan ketika musim gugur, pohon harus berani melepaskan daunnya agar bisa bertahan. " Aku tahu kisah kami menjadi legenda, tapi tidak ada yang tau neraka di balik kisah paling romantis itu. "Sudah kuduga kau adalah orang yang cerdas nyonya Mega. Kau membuat perumpamaan yang bagus. " "Sudah waktunya aku bertindak cerdas nona Monica, sebab selama ini aku sudah berada dalam stigma yang aku buat sendiri. " Monica mengiyakan pendapatku, tanpa menyadari jika sebenarnya aku sedang menyindir Carlo. Membiarkan dia menatapku tajam seolah ingin melampiaskan kekesalan seperti biasa."Kau benar, jaman sekarang wanita harus cerdas. " Senyum diperlihatkan pada Monica atas tanggapannya. Sekarang sudah waktunya aku membiarkan Carlo berbincang dengan Monica. "Kalau begitu aku permisi. Teman-temanku ada di sana dan kami sudah lama tidak berbincang. Kalian pasti sudah merindukan satu sama lainnya. " Tanpa menunggu jawaban dari Monica atau Carlo, aku meninggalkan mereka berdua menuju toilet. Lari demi perasaanku yang berdenyut dan terancam runtuh di depan mereka berdua. Sebenarnya tidak ada teman-temanku di sini. Mana mungkin temanku yang berasal dari golongan menengah bisa masuk ke dalam gedung VVIP seperti ini. Sehingga tujuanku beralih ke arah toilet wanita. Sebelum aku melewati pintu masuk ke toilet wanita, beberapa wanita sedang bergosip dan aku tau jika itu tentang kami. "Hei, apa kau lihat tadi. Tuan Carlo langsung memeluk Monica tanpa perduli ada istrinya di sana. " "Iya. Sungguh mengejutkan. " "Tapi yang aku lihat, mereka ternyata saling menyapa. " "Pasti itu cuma kelihatannya saja. Aku dengar dulu tuan Carlo sangat mencintai Monica. Dan mungkin saja cinta lama bersemi kembali." "Sudahlah. Lebih baik kita pergi. " Itulah gosip yang aku dengar sebelum melangkahkan kaki ke pintu toilet. Hal yang tidak lagi mengejutkan. Hanya aku yang bodoh karena tidak menyadarinya dari dulu. Aku pun meninggalkan toilet karena tidak ingin melihat orang-orang yang bergosip. "Jangan dengarkan ucapan mereka Megan. " Aku menoleh ke seseorang yang menepuk lembut pundakku. Ternyata Tuan Ian Atmadja ada di belakangku. Aku merasa canggung karena yakin jika dia mendengar gosip para wanita di toilet. Rupanya dia kembali dari toilet pria. "Aku tau, " jawabku sambil tersenyum. Rasanya sangat melegakan mengetahui jika aku bisa lepas dari pelecehan verbal Carlo. . . Di mansion, Carlo mencoba mengkonfrontasi atas semua sikap penolakanku tadi. Wajahnya mulai memerah dan api berkobar di matanya. "Apa -apaan sikap dungu yang aku lihat di pesta. Kau bahkan mengabaikan ku! " Karena sudah tidak tahan atas perlakuannya maka aku pun melawan. Dia harus disadarkan jika tidak berhak melakukan ini padaku. Aku menatap tajam ke arah Carlo. "Jika tidak mengabaikanmu lalu apa yang harus aku lakukan... Apa aku harus menyembahmu?! " aku ikut berteriak, dan dia nampak terkejut karena untuk pertama kalinya aku melawannya. Kemarahan Carlo semakin berkobar. "Kau, beraninya kau melawanku! " "Memangnya kenapa, kita bisa bercerai jika kau mau dan Monica akan menjadi pembicaraan hangat karena merusak pasangan legendaris. Bisa kau bayangkan dampak gosip itu pada Monica-mu?! " Aku menatapnya secara langsung dan tahu jika dia kembali terkejut. "Apa yang kau bicarakan, Mega...? jadi kau cemburu? " kali ini suaranya merendah. Wajahnya langsung kembali ke mode normal saat aku meminta perceraian. Aku sudah muak dengan semua ini. Hatiku tidak lagi sanggup bertahan jika satu kalimat hinaan terlontar dari Carlo. "Berhenti bersikap konyol, Carlo. Aku tau semuanya. Rencana kejimu dan penantianmu pada Monica. '' Untuk pertama kalinya dia tidak berteriak padaku. Carlo menuju ke sofa dan mengusap wajahnya. Sama sekali tidak membantah ucapanku. Alhasil air mataku tumpah sacara tak terkendali. "Kau tidak berhak melakukan ini pada seorang gadis, Carlo. Kami memiliki perasaan dan kau memanfaatkanku untuk mendapatkan cintamu. Apa yang dipikirkan Monica jika dia tau pria seperti apa dirimu? " Aku bersendekap sambil menatapnya. Dia enggan menatapku, dan aku pun tidak ingin lagi melihatnya. "Kita cari penyelesaiannya besok. Aku ingin istirahat dan kau... silakan ke tempat tidur ruang kerja seperti yang kau lakukan selama ini. " Sebelum aku melangkahkan kaki pergi, Carlo mengatakan sesuatu. "Mega, ini tidak seperti yang kau pikirkan... " Aku terkejut dia bisa bersuara selembut itu. Rasanya sudah lama dia tidak memperlakukanku secara manusiawi. "Apa gunanya berbohong padaku Carlo. Apa kau tidak lelah? atau kau takut aku mengambil sebagian hartamu? jangan khawatir Carlo, aku sama sekali tidak peduli dengan hartamu. Kita bisa bercerai dan kau harus membayar tahun-tahun pelecehanmu terhadapku jika tidak ingin memberiku uangmu dari pernikahan ini, atau karir Monica mu berakhir. " Akhirnya aku merasa lega mengatakan perasaanku. Ini akan menjadi awal agar aku mendapatkan kehormatanku yang sudah dia injak-injak. Fakta lain yang aku ingat setelah mendengar teman-temannya berbincang jika aku seorang pengganti adalah, Carlo enggan memberiku kompensasi pernikahan jika dia menceraikanku terlebih dahulu. Dia tidak mau kehilangan uang jadi dia memperlakukanku buruk. Semua agar aku meminta cerai terlebih dahulu dan dia tidak kehilangan uang. Ternyata dia menganggapku serendah itu. "Mega..." "Sudah kubilang jika aku lelah." Aku tidak mau menoleh ke belakang. Yang tersisa di antara kami hanyalah hutang yang harus ia bayar karena sudah menginjak harga diri seorang gadis demi dirinya sendiri. Namun hutang yang ia bayar bukan berupa uang melainkan tindakan yang harus ia lakukan agar aku merasa puas. Atau aku akan membuat heboh ibu kota dan juga membuat Monica menjadi pusat hinaan seluruh masyarakat. Aku, Mega Arimbi tidak kan lagi diam diinjak-injak oleh suamiku. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD