The King Of Cat Land – Interogasi

1580 Words
*** Ruang tamu rumah Ferix tampak kembali hening sejak putri Seina menyebut nama lelaki itu dengan lantang dan percaya diri. Ferix merasa putri Seina sudah lama memata-matainya. Tck. Tentu saja! Kalau Ferix lupa, yang selama ini berkeliaran di hutan dan terus menggodanya adalah jelmaan selimuan kucing. Sialan! Ferix benar-benar merasa tertipu sekarang. Ia pun menolak tertipu untuk Kedua kalinya oleh siluman kucing di depannya ini. “Katakan apa maumu?” bentak Ferix yang tak sabaran. Bayangkan, untuk pertama kalinya dalam hidup Ferix harus menghadapi siluman kucing. Jujur, ia sedikit merinding sekarang. Menghadapi putri Seina tak semudah menghadapi kliennya. Putri Seina terkejut mendengar bentakan Ferix. Namun, pandangan matanya tak pernah sekalipun teralih dari lelaki yang telah ia klaim sebagai pasangannya itu. Kini, sang putri hanya harus meyakinkan Ferix agar mempercayai segala ucapannya. “Aku ingin kau membantuku,” Cara Seina menjawab yang terkesan berkuasa membuat Ferix berdecih sebal. “Aku ingin kau menikah denganku,” Kali ini pupil mata Ferix membesar. Apakah dirinya tak salah mendengar? Tiba-tiba berubah menjadi seorang manusia saja sudah membuat Ferix terkejut, apalagi mengajaknya menikah secara mendadak seperti ini. Ferix tertawa. Ia tak bisa menahan rasa gelinya. Bagaimana mungkin seorang manusia yang tadinya adalah seekor kucing melamarnya? Ferix tidak percaya putri Seina memiliki kepercayaan dalam melamarnya. Ahh bukan, lebih tepatnya memaksanya untuk menikahinya. Ferix menggeleng tegas. Ia tidak mungkin menerima lamaran itu. Hidup Ferix sempurna, mudah baginya mencari gadis manusia untuk dirinya nikahi. “Apa arti gelengan itu?” tanya Seina yang sejak tadi hanya memperhatikan Ferix. Pria yang memiliki rahang tegas itu mengentikan tawanya. Ia menatap Seina dengan tatapan tajamnya. Tidak perlu bertanya, seharusnya Seina tahu dia menolak mentah-mentah pernikahan yang Seina inginkan. “Apa kau waras?” tanyanya. Putri Seina mngernyitkan dahinya. Tak mengerti kenapa Ferix bertanya seperti itu terhadapnya. Apa yang salah dari keinginannya? Ferix hanya perlu mengiakan dan mereka akan menikah. Lalu setelah itu, dirinya akan mendapatkan crystal Eye warisan leluhurnya. “Siapa yang ingin menikah dengan siluman kucing?” Tentu saja Ferix marah. Seina mengajaknya menikah seolah tidak menghargainya. Ferix merasa direndahkan sekarang. Dirinya yang selalu dipuja, mendadak dilamar oleh seekor kucing betina? Mustahil! Mendengar ucapan Ferix membuat putri dari klan kucing itu terdiam. Namun, tidak ekspresi kecewa di wajahnya. Memang benar apa yang Ferix katakan. Dirinya memang seekor siluman kucing yang berasal dari Cat Land. Dia adalah seorang Putri dari sebuah kerajaan. Seina pun tahu akan sangat sulit meyakinka manusia seperti Ferix, tapi dia tidak putus asa. Bantuan Ferix akan benar-benar berguna baginya dan klannya. Apapun yang terjadi, Seina berjanji akan menikah dengan Ferix dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. “Kita tidak punya waktu, Ferix. Kau harus menikah denganku!” ujar Seina berkuasa. Ferix meringis ngeri mendengar itu. Barangkali Seina mulai menunjukkan taringnya. Namun, Ferix tidak akan terintimidasi. Dirinya yain Seina tidak memiliki kekuatan untuk menyakitinya. Satu-satunya yang gadis kucing itu miliki adalah sikap intimidasi yang timbul akibat keberaniannya. “Aku tidak peduli. Kau sebaiknya pergi dari rumahku ini!” ujar Ferix. Mengusir Seina dari kediamannya adalah cara terbaik untuk menghindari masalah. Kucing jadi-jadian yang berada di depannya ini harus dirinya kembalikan lagi ke hutan. Namun, Seina menolak. Ia tidak akan ke mana-mana sampai Ferix mengiakan permintaannya. “Aku tidak akan ke mana-mana!” balasnya. Ketegasan dalam setiap kata yang Seina embuskan membuat Ferix sedikit percaya bahwa di depannya ini benar-benar seorang putri dari sebuah kerajaan. “Tidak mugkin!” Ferix mengenyahkan praduganya. Mustahil apa yang Seina katakan benar adanya. Tak ingin berperang terlalu lama dengan isi pikirannya, Ferix pun beranjak dari duduknya. Ia menghampiri Seina, lalu menarik tangannya. Menyeret gadis jadi-jadian itu keluar. “Pergi dan jangan pernah kembali!” teriaknya mengusir Seina. “Tidak! Tunggu dulu, jangan usir aku!” Ferix tidak peduli. Ia mengindahkan panggilan Seina yang menyebut namanya berkali-kali. “Sial!” ujar pria bertangan dingin itu. Seina tak lagi memanggil namanya dengan cara yang menusiawi sekarang, tapi gadis jadi-jadian itu mengeong penuh permohonan. Seina kembali pada wujud kucingnya karena ia tak bisa terlalu lama menjadi manusia di dunia yang bukan bagian dari kekuasaannya. Hanya dunia Immortal yang bisa membuatnya berubah sesuka hati. Seina yang telah kembali pada wujud aslinya itu menyisakan sweeter yang teronggok di lantai. Sang putri pun meloncat, meninggalkan rumah Ferix untuk kembali ke hutan. Tidak! Seina tidak bermaksud untuk menetap di sana, tapi ia membutuhkan energi yang bisa dirinya dapatkan dari sana. Selagi menunggu perasaan Ferix beruabah, sang putri akan melakukan perburuan sekarang juga. *** Ferix hanya mendapati sweater abu-abunya teronggok di atas lantai ketika ia kembali membuka pintu rumahnya. Ternyata benar dugaannya, putri Seina kembali ke wujud aslinya. Ferix meraih sweater yang terbuat dari benang wool itu. Ada beberapa helai bulu kucing milik Seina di sana. Tanpa peduli pada harga sweater tersebut, Ferix membuangnya ke tempat sampah. “Selesai!” katanya. Lalu, matanya melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul Delapan pagi. Sudah saatnya Ferix berangkat ke kantornya. Dalam perjalanan itu, Ferix tidak sadar bahwa mata biru Seina selalu mengawasinya. Seina yang sudah menyelesaikan perburuannya pun kembali menepi di pinggir jalan. Ia bersembunyi pada semak-semak untuk mengawasi kepergian Ferix. Setelah itu, dengan cepat Seina kembali ke rumah Ferix. Energi yang ia kumpulkan beberapa saat yang lalu bisa membuatnya kembali menjadi manusia. Seina diam-diam masuk ke rumah Ferix. Ia mencari-cari sweater rajut milik Ferix yang telah pria itu berikan padanya. Namun, Seina tak juga menemukannya. Terpaksa gadis kucing itu kembali ke wujud aslinya agar tidak kedinginan dan mengejutkan Ferix karena ia tanpa busana. Lama Seina menunggu hingga mobil Ferix kembali terdengar oleh telinganya. Seina melirik langit yang sudah gelap. Pantas saja pasangannya itu sudah pulang. Dengan cepat Seina meloncat untuk bertemu dengan Ferix. “Astaga!” teriak Feriz terkejut karena melihat kucing putih ada di kediamannya lagi. Demi apa Ferix tidak menyangka bila Seina akan kembali. “Mau apa kau?” geramnya. Meoawwww Kucing jelmaan putri Adelti Derinda Seina mengeong penuh permohonan. Ia menahan hasratnya yang ingin berubah menjadi manusia karena berpikir Ferix lebih menyukai wujud kucingnya ini daripada wujud manusianya. “Dasar keras kepala! Sudah diusir masih saja kembali ke rumahku.” Ferix menunjuk si gadis kucing dengan kesal. Entah apa yang harus dirinya lakukan sekarang? Haruskah ia menyeret kucing putih ini keluar? Tapi, Ferix merasa ia tak tega. Sekarang putri Seina tampak lemah di matanya karena menjelma menjadi seekor kucing. Ferix menunduk, ia mengelus kepala kucing putih itu dengan lembut. “Katakan padaku, apakah aku harus membuangmu?” tanyanya. Meaowwww Kucing putih pun mengeong lagi. Ferix mengembuskan napasnya dengan berat. Akankah sesuatu berubah bila ia mempertahankan kucing ini di sisinya? Mungkinkah dunianya tak lagi sama? Ferix benar-benar ingin tahu, tapi dia tak suka mengambil risiko. Daripada sesuatu terjadi tidak sesuai prediksinya, lebih baik dia membuang kucing ini jauh dari jangkauan matanya. Ferix tidak ingin hidupnya yang sempurna hancur gara-gara kucing jadi-jadian yang pagi tadi mengajaknya menikah. Ferix mual mengingat itu. Apa jadinya kalau sampai ia benar-benar menikahi seekor kucing? Ia merinding. Itu mustahil. Akan jadi apa keturunannya nanti? Tidak peduli Seina adalah gadis yang cantik, tapi tetap saja dia siluman kucing. “Kau harus pergi jauh!” ujar Ferix. Ia meraih kucing itu setelah melipat ujung bajunya hingga siku. “Kau akan aku kembali ke tempat di mana aku menemukanmu hari itu,” ucapnya. Seina yang tahu niat Ferix pun mencoba memberontak. Bukan karena ia tidak bisa kembali ke rumah ini lagi seperti tadi. Namun, bukankah Ferix hanya melakukan sesuatu yang sia-sia bila membuangnya ke sana? Daripada mereka menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna seperti itu, lebih baik mereka membicarakan alasan kenapa ia meminta Ferix menikahinya. “Ouuuu … ouuuu … kau ganas sekali, manis! Jangan bergerak terlalu liar atau kau akan kucekik!” ancam Ferix. Seina tidak peduli. Ia terus bergerak hingga terlepas dari Ferix. Meowwwwwwwwwwww! Raungan panjang itu pun kembali terdengar. Ferix membola ketika cahaya berwarna putih lagi-lagi mengelilingi gadis kucing itu. “Ini bahaya!” ujar Ferix. Segera saja pria itu membalikkan badannya, membelakangi Seina yang bisa Ferix pastikan akan berubah lagi menjadi manusia tanpa busana. Astaga! Ferix menggeram kesal. Apa salahnya sampai harus diteror gadis kucing seperti ini? Kenapa Seina tidak pergi saja dan mencari pria yang bersedia menikahinya? Bukan mengganggunya seperti ini. “Ferix!” Tak lama setelah itu terdengar suara Seina memanggil Ferix dengan tegas. “Ya Tuhan!” Ferix menahan geramannya. Ia memejamkan matanya sejenak sebelum kembali membukanya. Dia harus berpikir jernih sekarang. “Apa kau tidak memakai baju?” tanyanya. Ferix sudah tahu jawabannya sebenarnya mengingat sweater yang dirinya berikan sudah ia buang ke dalam tempat sampah. Di belakang Ferix, Seina mengernyit heran. Ia pun melarikan matanya ke seluruh tubuhnya. “Kau membuang sweaterku,” jawabnya. “Itu sweaterku!” balas Ferix. Ia menggeleng kesal. Kenapa juga dirinya harus mempermasalahkan hal itu sekarang? Ferix berlari meninggalkan Seina untuk mengambilkan baju lainnya. Satu hal yang Ferix sadari sekarang, ia tidak bisa lepas dari putri Seina sebelum mengetahui dengan jelas tujuan gadis kucing itu mengejarnya seperti ini. Sambil menutup mata dengan telapak tangannya, Ferix kembali menemui Seina. Putri cantik yang mengaku berasal dari klan kucing itu masih berdiri di tempat yang sama. “Pakai ini! Ikuti caraku memakaikannya untukmu tadi pagi!” ujar Ferix setelah melempar sweater lainnya berwarna hitam kepada Seina. Beruntung, Seina adalah seorang putri yang cerdas. Ia mampu mempelajari sesuatu dengan cepat. Begitu megingat kembali cara Ferix membantunya memakaikan sweater tadi pagi, Seina pun mempraktekannya. Dalam sekejap urusan memakai baju pun selesai. Tubuh Seina sudah tertutup ketika Ferix kembali menghadap ke arahnya. “Saatnya aku mengetahui semua tentangmu!” ujar Ferix. . . To be continued. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD