22 Tahun Yang Lalu

1032 Words
Sesampainya di rumah, Agrin langsung mandi lalu membaringkan tubuhnya di ranjang, ia merasa lega telah melewati malam ini. "Sepertinya Nyonya Ajeng dan Tuan Thompson adalah orang yang baik," ucapnya tanpa sadar. Agrin yang sadar dengan kesalahpahamannya langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menyakinkan dirinya kalau tidak ada orang kaya yang baik, mereka baik padanya karena yang mereka ketahui kalau Agrin adalah anak Aksa Darmayudha, namun mereka pasti akan berubah saat mereka mengetahui kalau Agrin hanyalah anak haram Aksa Darmayudha bersama seorang gadis miskin dari Desa. "Aku tidak boleh lengah, jangan pernah memberikan hatiku pada orang kaya manapun, mereka semua orang jahat, mereka selalu semena-mena pada orang miskin, mereka hanya menilai seseorang dari kekayaannya saja," ucap Agrin tegas. Agrin yang merasa mengantuk pun langsung tertidur lelap. Pagi ini, Aksa Darmayudha sudah duduk di kursi kebesarannya di kantor, ia masih berharap segera mendapat kabar baik dari Keluarga Willard. Namun hingga matahari menyingsing dengan sempurna, ia tak kunjung mendapatkan telepon dari Thompson. "Kenapa mereka belum menelpon? bukankah Nyonya Ajeng mengatakan akan memberi kabar hari ini," tanya Aksa yang sejak tadi gelisah mengetuk-ngetuk mejanya. Entah apa yang membuat pria itu begitu terobsesi untuk segera menikahkan Agrin, namun jelas sekali hal itu bukan untuk kebahagiaan Putrinya namun untuk kepentingan pribadinya. "Sial! apa Tristan si manusia kaku itu tidak setuju?" kesalnya. Drrrtt ... Tiba-tiba ponsel yang berada di saku jasnya bergetar. Aksa langsung melihat ponselnya dan berharap itu adalah telepon dari Thompson. "Argh ...sial!" pekiknya saat melihat siapa yang menelpon, ternyata itu adalah wanita simpanan Aksa Darmayudha. Dengan berat hati, pria paruh baya itu mengangkat ponselnya. ["Ada apa?" ketusnya. "Ish ...Om Aksa kok marah-marah sih?" "Om lagi banyak pekerjaan Feby, katakan ada apa?" "Em ...begini Om, Feby mau bayar uang semesteran nih, kirim duit dong Om," rengek sang wanita. "Baiklah, Om akan kirim 20 juta sekarang," " Em ...makasih Om Aksa ganteng, muaachh ..." "Ya, nanti malam Om akan ke Apartment mu, berdandan yang cantik dan gunakan lingerie kesukaan Om," "Siap Om! Feby tunggu ya, muaachh ..."] Aksa pun memutuskan panggilan teleponnya. Ia yang kesal dengan Keluarga Willard akhirnya memutuskan untuk menghabiskan malam bersama Feby wanita simpanan yang usianya sama dengan Putrinya Elsa, ia kembali berkutat dengan berkas-berkas di atas mejanya. Saat ia sedang fokus menandatangani semua berkas, ponselnya kembali berdering, kali ini Aksa tak terlalu bersemangat mengangkat ponselnya. [ "Halo!" "Halo juga Tuan Aksa, selamat siang ini saya Thompson Willard," Aksa melotot dan melihat kembali ke layar ponselnya. "Thompson," batinnya. Aksa kembali menaruh ponselnya ke telinga. "I-iya Tuan Thompson, selamat siang juga, maaf tadi saya tidak begitu melihat siapa yang menghubungi karena terlalu fokus dengan pekerjaan," kekeh Aksa berusaha membuat suasana akrab. "Ya, tak masalah Tuan Aksa, saya tahu betul kesibukan seorang CEO di hari kerja seperti ini," "Iya, terima kasih Tuan Thompson, Em ...ada apa Tuan Thompson yang super sibuk menghubungi saya?" Aksa bahkan merasa sangat gugup sampai ia terus mengetuk-ngetuk meja kerjanya, ia sangat berharap kalau Thompson akan memberi kabar kalau Tristan setuju dengan perjodohan. Thompson tertawa renyah, Aksa dapat merasakan kalau pria bule itu sedang berbahagia. "Begini, Putraku Tristan menyetujui rencana kita, tetapi ia meminta untuk bertemu sekali lagi dengan putrimu secara pribadi untuk memastikan perasaannya," "Benarkah? tentu saja boleh Tuan Thompson, kapan Tristan ingin bertemu Agrin?" "Apakah malam ini bisa? di Restoran Amuz?" "Te-tentu bisa Tuan Thompson," "Baiklah kalau begitu, pukul 8 malam Tristan akan menunggu Putrimu di sana," "Baiklah Tuan Thompson, terima kasih,"] Aksa tersenyum licik, rencananya berjalan sesuai rencana. Perasaan kesal tadi kini berubah dengan perasaan puas. "Aku sudah menduganya, tidak akan ada satupun pria yang bisa menolak kecantikan seorang wanita, dan dugaan ku benar kalau Tristan pasti tergoda dengan kecantikan Agrin," Aksa tertawa terbahak-bahak, hatinya merasa sangat puas dengan semua yang berjalan sesuai rencananya. "Kalau Agrin menikah dengan Tristan, Aku akan mendapatkan dukungan besar dari Willard Group, Perusahaan ku pasti akan berkembang pesat," Tawa pria itu memenuhi seisi ruangan. Saat itu juga ia mengingat masa lalu dimana ia pertama kali bertemu dengan Sekar Dewi. ~~~ Flashback 22 Tahun yang lalu. Pov Aksa Darmayudha. Aku Aksa Darmayudha, CEO sebuah Perusahaan yang berkecimpung dalam industri Jasa, Kakek dan Ayahku mendirikan Perusahaan ini dengan keringat darah, aku yang merupakan generasi ketiga tidak hanya cukup menikmati semua yang sudah di peroleh oleh mereka, aku harus mampu membuat Perusahaan ini semakin besar. Sudah 3 tahun aku menjabat sebagai CEO di perusahaan ini setelah lulus kuliah dari Amerika Serikat, Aku sudah berhasil membangun sebuah Hotel bintang lima yang mewah, di usiaku yang baru menginjak 25 tahun aku sedang berada di puncak kesuksesan, itu semua membuat Papaku begitu bangga denganku. Aku yang sejak lahir sudah mengetahui siapa wanita yang akan menjadi istriku tak pernah ambil pusing mengenai pasangan hidup karena suatu hari nanti aku akan menikah dengan Delpina Adinoto, putri sulung Keluarga Adinoto, mereka adalah salah satu Keluarga konglomerat di kota ini. Namun suatu hari aku bertemu dengan seorang gadis yang merupakan Petugas kebersihan di kantor ku, gadis itu terlihat kumuh namun wajahnya, tubuhnya dan gerak-geriknya terlihat sangat cantik. Akupun berniat untuk memiliki tubuh wanita itu. Berbagai cara aku lakukan untuk menaklukkan wanita itu hingga akhirnya aku berhasil membawanya ke sebuah Hotel. "Kenapa kita kemari?" tanya gadis yang bernama Sekar Dewi. "Dewi apa kau mencintaiku?" "Tentu saja, apa Anda masih perlu menanyakan itu pada saya," "Kalau begitu malam ini aku ingin bersamamu," Sekar Dewi menundukkan kepalanya, ia meremas roknya, ia tahu betul maksud Aksa Darmayudha, bosnya di kantor. "Tapi apa saya pantas mendapatkan ini semua, saya hanya seorang Cleaning Service," lirihnya. Aksa tersenyum tipis, saat ini mereka masih berada di dalam mobil yang sudah terparkir di Basement Hotel. Aksa memeluk tubuh Sekar Dewi dengan erat lalu membisikkan kata-kata cinta yang membuat Sekar Dewi memenuhi harapan Aksa. Keduanya pun masuk ke kamar Hotel bintang lima itu. Kini Sekar Dewi yang sudah polos tanpa sehelai benang berada di bawah Aksa yang juga sama tak menggunakan sehelai benang pun, sebelumnya mereka sudah melakukan foreplay yang panas dan sangat memabukkan keduanya. "Tolong tatap wajahku, pipimu sangat merah," ucap Aksa tepat di telinga Sekar Dewi yang masih memalingkan wajahnya ke samping karena menahan malu. "A-aku malu, ini pertama kalinya bagiku," "Apa? benarkah?" Sekar Dewi mengangguk sembari menggigit bibirnya. "Kalau begitu aku akan melakukannya dengan pelan dan lembut," ujar Aksa lalu mencium kening Sekar Dewi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD