Tok ... tok ...
Elard mengetuk pintu apartemen Kalila berulang kali setelah memencet bel. Namun, tak ada jawaban dari si empunya unit hingga membuatnya kesal.
Setibanya di apartemen Elard tak langsung masuk ke dalam unitnya melainkan mampir ke unit Kalila. Sengaja ingin mengajukan protes atas sikap semena-semena gadis itu.
Tanpa Kalila tahu sekarang dia bertetangga dengan Elard. Dia harus bersiap-siap direcoki oleh mantan tunangan yang kini menjadi atasan. Hari-harinya yang tenang sebentar lagi terusik dengan sikap menyebalkan Bos-nya.
My First Love
“Buka pintunya Lila. Jika, tidak aku akan mendobraknya sekarang juga!”
Pesan yang baru saja terkirim langsung dibaca oleh Kalila. Itu berarti dia belum tidur dan sengaja mengabaikan Bos-nya.
Kesabaran Elard mulai habis setelah cukup lama menunggu. Kalila tetap tidak mau membuka pintu. Dan, Elard benar-benar melakukan ancamannya.
Brak ... Brak ...
Elard mendobrak pintu sebanyak dua kali, membuat tidur Kalila terganggu, sebenarnya belum tidur nyenyak masih berusaha memejamkan kedua mata karena pikirannya sedang berkecamuk.
Brak ... satu dobrakan lagi yang membuat Kalila geram. Akhirnya, gadis itu beranjak dari ranjang sambil bersungut-sungut. Tak lupa membawa guling untuk menghajar pria yang mulai mengganggu kedamaian hidupnya.
“Mau apa, ha?!” tanya Kalila setelah membuka pintu.
Elard menyunggingkan senyuman ketika melihat wajah imut Kalila. Penampilannya seperti gadis SMA karena memakai piyama bergambar kartun dan rambut panjangnya di gerai agak berantakan. Seketika dia lupa dengan kekesalannya.
Lama tak mendapatkan jawaban membuat Kalila berdecak kesal. Gadis itu langsung memukul wajah Elard menggunakan guling kesayangannya. Guling yang sudah bertahun-tahun tak dicuci maupun dijemur. Wanginya khas air liur Kalila.
“Awww, Lila hentikan! Lila sakit!” teriak Elard.
Bugh, Bugh, Bugh ... Kalila seperti orang kesetanan saat menghajar Elard. Sama sekali tidak peduli dengan rintihan kesakitan Bos-nya malah memukulnya semakin brutal.
Hingga Elard menubruk badan mungil gadis itu hingga keduanya terjatuh diatas lantai. Posisi badan mereka setengah berada di dalam unit dan setengahnya lagi masih di luar. Kalila mengaduh kesakitan ketika tubuhnya tertimpa tubuh besar Elard.
Jangan berharap ada adegan romantis! Karena Kalila memukul wajah tampan Elard lalu memintanya agar segera bangun dari atas tubuhnya.
“Dasar pria mecum. Pantas saja sekali main langsung tekdung pelakor itu. Ternyata otakmu isinya selangkan9an,” cibir Kalila setelah bangun dan kini duduk di sofa ruang tamu.
“Apa kamu bilang? Teganya kamu berkata seperti itu Lila.”
“Ckck, gak usah sok polos deh. Mana ada orang menikah selama empat tahun tidak pernah melakukan hubungan suami istri? Belum SAH saja sudah melakukannya hingga bunting,” tambah Kalila lagi dengan senyum mengejek.
Elard tak terima di katai mecum, otak selangkan9an dan sering menyentuh mantan istrinya. Semua tuduhan Kalila tak pernah dia lakukan. Hanya kesalahannya malam itu lah yang membuat hidupnya hancur berantakan.
“Aku tidak pernah menyentuhnya setelah kejadian malam itu. Meski kami telah menikah tapi tinggal terpisah. Apa kamu tidak percaya denganku, Lila?”
“Dulu aku percaya denganmu hingga menjadi gadis bodoh. Setelah batalnya pernikahan semua kepercayaanku menghilang digantikan dengan kekecewaan. Ya, memang sudah empat tahun yang lalu. Namun, aku masih belum bisa melupakan pengkhianatan yang kamu lakukan,” jawab Kalila tanpa ekspresi apapun.
Elard menundukkan kepala, kedua tangannya meremas rambutnya dengan kuat, hatinya terasa nyeri setelah mendengar penuturan Kalila.
Bukan hanya Kalila yang kecewa tapi dia juga. Kebodohannya empat tahun yang lalu membuatnya mendapatkan julukan baru. Di keluarga besarnya Elard dijuluki tukang selingkuh dan hobi melakukan one n1ght stand.
Jangan melakukan ONS! Masuk ke bar saja baru sekali karena terpaksa. Jika bukan kliennya yang memaksa Elard tidak akan mau memasuki tempat yang mendatangkan malapetaka untuknya.
“Aku lapar Lila. Sejak siang aku belum makan—”
“Pulang ke rumahmu!”
“Kalila, teganya kamu bersikap seperti ini padaku. Harus berapa kali aku menjelaskan jika kejadian empat tahun yang lalu hanya sebuah kecelakaan.”
“Hanya kamu bilang? Oh, sekarang menghamili orang itu hal yang lumrah. Hanya karena percintaan tak disengaja pelakor itu hamil jadi aku harus memakluminya. Begitu kah maksudmu Elard?”
Kalila tak habis pikir dengan kinerja otak Elard. Dulu dia kagum dengan pria itu karena kepintaran dan kedewasaannya. Kini kedua faktor yang membuatnya jatuh cinta pada mantan calon suami sirna setelah melihat kelakuannya sekarang.
Sementara Elard tak mampu menjawab. Bukan itu maksudnya tapi gadisnya sudah terlanjur salah paham.
Perut lapar, tubuhnya mulai terasa lemas dan kepalanya kembali berdenyut. Elard butuh makan dan perhatian Kalila namun dia tak mendapatkan keduanya. Dan, sialnya lagi dia meninggalkan bungkusan makanan di dalam mobil.
Kalila berdiri dari sofa, lalu berjalan menuju ke arah pintu kemudian membukanya lebar. Mempersilahkan tamunya pergi karena dia harus beristirahat.
“Silahkan pergi sebelum aku menghajar mu lagi,” ujarnya dengan suara datar. Kedua matanya bahkan menatap tajam ke arah Elard.
“Biarkan aku makan sebelum pergi Lila,” pinta Elard.
Kalila tetap meminta tamunya meninggalkan unitnya. Sudah pukul 12 malam, tubuhnya lelah setelah bekerja seharian dan kantuknya mulai datang.
“Aku hitung sampai hitungan ke tiga, jika kamu tak kunjung beranjak dari sofa, terpaksa aku akan melakukan kekerasan lagi,” ucap Kalila.
Harapan makan malam dengan gadis yang teramat dicintainya pun pupus. Elard mendapatkan pengusiran. Terpaksa dia harus meninggalkan unit Kalila dengan langkah gontai.
Kalila sama sekali tidak peduli dengannya. Tidak seperti Kalila empat tahun lalu. Kalila yang selalu memperhatikan ke hal kecil sekalipun.
Sekarang hanya ada Kalila yang bersikap acuh, kasar dan dingin. Setiap kali bicara hanya akan mengeluarkan kalimat-kalimat pedas yang membuat nyeri pada ulu hatinya.
“Selamat malam Lila. Semoga tidurmu nyenyak.”
Brak ... Elard terperanjat kaget ketika Kalila menutup pintu dengan keras.
“Lila, kenapa aku tidak pantas untuk dimaafkan?”
Satu pertanyaan yang menjadi misteri bagi Elard. Dan, pertanyaan itu tak mampu diucapkan saat berhadapan dengan Kalila.
Elard takut mendapatkan jawaban yang tak sesuai dengan keinginannya. Dia pun memilih menyimpan pertanyaan itu daripada mengutarakan karena akan membuat keadaan semakin runyam.
Setelah kepergian Elard dari unit apartemennya, Kalila tak kembali ke kamarnya, melainkan membuat coklat hangat dan meminumnya di ruang keluarga.
Pikiran yang berkecamuk membuatnya tak mampu memejamkan mata. Meski dia sudah menguap beberapa kali dan tubuhnya terasa letih ingin segera dibaringkan.
“Berani-beraninya Elard datang ke apartemenku tengah malam begini. Untung saja tetangga tidak ada yang mendengar perdebatan kami. Jika, mereka mendengar pasti aku akan mendapat teguran dari pihak keamanan.”
Mantan Sialan
“Terima kasih, pecel lele-nya Lila. Aku sedang memakannya setelah mengambilnya di mobil. Tadi aku lupa membawa karena buru-buru ingin bertemu denganmu.”
Kalila hanya melirik ponselnya saat ada notifikasi pesan masuk. Tak berniat membalas pesan yang baru saja dikirim oleh sang mantan.
“Lihat saja nanti Elard. Akan aku balas penderitaan yang telah kamu berikan padaku 100 kali lipat!”