Bab 12 Selama beberapa detik, aku hanya termangu. Kutatap kotak warna biru tua yang tersodor padaku itu. Selanjutnya, teriakan beberapa orang perempuan membuatku terkesiap dan sekaligus malu. “Terima! Terima! Terima!” sorakan beserta tepukan tangan terdengar berirama. Aku menoleh ke asal suara. Para pembeli soto yang tengah antre, kompak bertepuk tangan. Mereka mendengungkan satu kata bersamaan dan menatap ke arahku dan Mas Laksa. Beberapa pembeli yang ada di sebelahnya ikut bersorak. Sebagian Ibu-ibu, dan lainnya remaja. Duh, malunya. Ternyata masih ada orang seperti Mas Laksa, menyatakan perasaan di tempat umum? “Terima, Mbak. Masnya ganteng kayak gitu, masa mau ditolak?” Wajahku memanas. Bukan hanya karena kaget atas permintaan Mas Laksa, tetapi juga malu karena menjadi pusat perh