bc

All Out of Love

book_age18+
995
FOLLOW
13.6K
READ
love after marriage
pregnant
arrogant
badboy
goodgirl
badgirl
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

[I need you, because I love you]

Barrabas Mahesa. Lelaki itu kerap disapa dengan sebutan Barra. Ia berkarisma, lebih dari sekadar tampan, dan hidup dengan baik di tengah keluarganya yang harmonis. Namun, sikap Barra di luar dugaan. Ia begitu pelik.

Bagi Barra, kehilangan Ashilla Ainina Gardiawan sudah cukup membuat dunianya berhenti berputar.

Itu sebabnya, Barra tidak ingin lagi mencintai lawan jenisnya. Namun, nafsu tetaplah nafsu yang seakan selalu ingin dipuaskan. Atta sebagai papa Barra tentu tidak terima dengan perlakuan anak laki-lakinya yang setiap harinya selalu bergonta-ganti pasangan. Maka dari itu, Atta menjodohkan Barra dengan Killa.

Akilla Ainina Gardiawan hanyalah satu dari sekian banyak perempuan yang Barra temui. Namun, justru hanya Killa yang terbayang dalam pikirannya. Apalagi, sentuhan lembut dari Killa yang membuat Barra tidak bisa melupakan perempuan itu barang sedetik pun. Meskipun, Killa adalah perempuan yang paling Barra benci di dunia ini. Entah mengapa Barra masih sering memerhatikan Killa secara diam-diam.

Bagi Killa, Barra adalah malaikat tidak bersayap yang menjelma sebagai sosok manusia. Sebab, Barra-lah yang membuatnya masih tetap hidup di dunia ini. Dan Killa adalah penyebab kehidupan Barra menjadi gelap gulita.

Di saat dendam bercampur amarah yang kian memekatkan itu kembali hadir di antara keduanya, bisakah semua itu musnah karena adanya cinta yang mulai tumbuh?

"If you leave me, then I will never let you go."

-Barrabas Mahesa-

"Jika bisa... jika aku mampu... jika aku sanggup... aku akan pergi meninggalkanmu."

-Akilla Ainina Gardiawan-

Semua karena cinta. Sesuai dengan judulnya, ya. Mau baca? Silakan. Terimakasih :|

"Kita sama-sama terus, ya, kayak sepatu. Meskipun, nantinya kita nggak bisa selalu bersama aku ingin kita tetap seirama. Tetap berada di jalur yang sama." -Barrabas Mahesa

chap-preview
Free preview
•Awalan•
Semisal kamu memang ditakdirkan untuk menorehkan kenangan pahit lantas mengubahnya menjadi potongan-potongan kebahagiaan yang acak, akan kuterima. Semisal kamu memang tak berniat berjalan beriringan bersamaku, maka jangan pernah mendekat ke arahku. Jangan pernah mengulurkan tanganmu untukku, jangan. Semisal kamu memang sekadar lewat saja pun akan kuterima. Namun, aku tak terima jika kamu sudah terikat olehku lalu tiba-tiba kamu pergi. Hal yang paling aku sesalkan atas pertemuan ini adalah kamu dan aku yang berbaur menjadi kita. Di hari-hari berikutnya aku merasakan hidupku hancur hanya karena kamu. Kehilangan kamu adalah kegagalan terbesar dalam hidupku. Kehilangan kamu adalah momok tak terduga yang tak pernah kubayangkan. Kehilangan kamu rasanya seperti bumi ini berhenti berputar saat itu juga. Sebelum perempuan itu melontarkan rangkaian kalimat yang tertahan di bibirbya, Barra terlebih dahulu mengatakan sesuatu padanya. "Jadi Shilla buat gue, please." "Barr..." perempuan yang mempunyai netra cokelat itu tampak meremas ujung pakaian serba hitamnya. Ia menggelengkan kepalanya, menjauhkan tubuhnya dari jangkauan laki-laki yang ada di hadapannya itu. "Stop!" "Karena gue lo masih hidup!" "Bar-ra..." "Karena lo juga Shilla mati! Dia mati! Dia pergi ninggalin gue." Perkataan Barra itu mempunyai makna tersendiri bagi Killa. Yang pertama, ia merasa perlu berterima kasih pada Barra karena sudah menyelamatkan nyawanya. Memberinya kesempatan untuk bernapas di dunia ini lebih lama lagi. Namun, makna yang kedua seakan Barra menyesal telah menyelamatkannya. Menyalahkannya atas kematian Shilla. Killa tidak bisa lagi berjalan mundur. Barra mendorongnya hingga menabrak dinding. Lalu kedua tangan Barra mengunci pergerakan tubuh Killa. Laki-laki itu menepis jarak yang terbentang di antara keduanya, Barra merunduk guna mengendus aroma khas dari tubuh Killa. Ia menempatkan kepalanya di ceruk leher Killa. "Lo pembunuh tunangan gue." "Barr, jangan gini. Shilla juga pasti nggak tenang di alam..." Killa menelan ludahnya secara terpaksa ketika Barra mendongakkan kepalanya, kini bola mata keduanya saling bersitatap. Barra dengan tatapan penuh kebenciannya, sedangkan Killa dengan nyalinya yang kian menciut. "Bar-ra." "Jadi Shilla buat gue, please!" Entah itu permintaan atau apa. Namun, Killa menganggapnya sebagai sebuah perintah. "Dua minggu lagi gue nikah. Nikah! Dan gara-gara lo! Semua jadi kacau kayak gini." Killa terdiam. "Lo mau lihat gue gila atau lo mau nyerahin diri lo sekarang buat gue?" Barra memberinya pilihan yang tidak logis. "Lo harus milih di antara dua pilihan itu. Karena gue udah nyelametin hidup lo. Itu artinya, hidup lo sepenuhnya dalam kendali gue." "Enggak..." ucap Killa tidak mau. "Gue nggak mau." Kedua pilihan itu sama-sama tidak pernah terlintas dalam pikiran Killa. "Gantiin Shilla. Jadi tunangan gue. Dan kita akan nikah dua minggu lagi." Bagaimana bisa? Shilla baru saja menutup matanya. Baru beberapa jam yang lalu jenazah Shilla dikebumikan. Mereka bahkan masih melantunkan beberapa doa untuk Shilla. Belum genap satu hari Shilla meninggal dunia. Dan kini? Barra memintanya untuk menggantikan posisi Shilla itu? "Anggep aja yang mati itu Killa," kata Barra seraya membelai lembut pipi Killa. "Dan lo jadi Shilla buat gue."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.9K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
928.6K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.4K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook