“Selamat pagi, Zeth,” kata Syville yang entah mengapa sedang menahan kepalanya menengok ke arah kiri, kemudian kanan.
“Selamat pagi, Syville,” jawab Zeth sambil menahan kuapnya. “Pagi sekali kau bangun?”
Syville tersenyum kemudian merentangkan tangannya, ia kembali membuat gerakan aneh. “Kau ingin ikut pemanasan?” tanyanya.
Zeth mengerutkan keningnya. “Apa itu ... pemanasan?”
“Kau pernah melihat Lucius atau Jura ketika akan bertarung, bukan? Biasanya mereka meregangkan tubuhnya cepat sebelum mulai menyerang.”
Zeth kali ini mengangkat kedua alisnya. “Tapi ... kita tidak akan bertarung, bukan?”
Syville tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. “Anggap saja semacam olahraga ringan untuk melenturkan tubuhmu.”
Zeth menganggukkan kepalanya, kemudian ia berjalan ke samping Syville dan mulai mengikuti gerakannya.
Tidak lama setelahnya, Key keluar dari rumah kedua Ish sambil menahan kuapannya. Kemudian dia mengerutkan keningnya bingung pada Zeth dan Syville. “Apa yang kalian berdua lakukan?”
“Eh ... pemanasan?” jawab Zeth.
Syville mengangguk semangat, kemudian berkata, “Ayo ikut kami, Key!”
Key kembali menahan kuapannya. “Sebaiknya aku kembali tidur,” katanya singkat kemudian masuk kembali ke dalam rumah.
Tidak lama setelah Key masuk, kali ini Jura yang keluar dari rumah itu. “Apa yang kalian berdua lakukan?” tanyanya.
“Pemanasan,” jawab Zeth singkat. Kemudian menahan lututnya di d**a dengan kedua tangannya, mengikuti gerakan Syville.
“Kau ingin ikut?” tanya Syville sambil bergumam menghitung satu sampai sepuluh.
“Eh ... sepertinya tidak. Aku akan pergi ke tempat Ish dulu, mencari perlengkapan untuk menempa,” jawab Jura.
“Menempa? Untuk apa?” tanya Syville sambil mengganti sebelah kakinya untuk kembali ditahan ke dadanya.
“Kau ingat dengan kantung besar yang kau masukkan ke dalam tasmu itu? Di dalamnya ada beberapa batu alam, jika kutambah dengan kekuatan sihirku, senjata kalian atau perlengkapan kalian akan lebih kuat. Untuk melakukannya, aku harus menempa benda-benda itu.”
“Perlu kutemani?” tanya Zeth sambil menahan kakinya ke belakang.
“Tidak perlu, kalian lanjutkan saja pemanasan kalian. Kalau begitu aku pergi terlebih dahulu.” Jura tersenyum sambil melambaikan tangannya, kemudian keluar melewati pintu gerbang taman.
Tidak lama setelahnya, kali ini Lucius keluar dari rumah itu. Melihat Syville dan Zeth yang melakukan peregangan. “Apa kalian melihat Jura?”
“Dia baru saja pergi, mungkin belum terlalu jauh,” jawab Zeth sambil memutar-mutar pinggulnya. Mengikuti gerakan Syville, tentunya.
Kening Lucius mulai berkerut. “Ke mana dia?”
“Katanya akan ke rumah Ish … mencari alat untuk menempa persenjataan kita dengan sihirnya,” kali ini Syville yang menjawab sambil memutar-mutar bahunya.
Mendengar jawaban itu, kening Lucius semakin berkerut. “Oh, baiklah,” kata Lucius singkat. Kemudian ia berjalan cepat menuju pintu gerbang taman.
“Dia bahkan tidak bertanya kita sedang apa,” gumam Zeth singkat.
Syville tersenyum geli melihat tingkah laku Lucius. Kenapa mereka berdua tidak jujur saja, sih?
.
.
Setelah ‘pemanasan’ yang dipimpin oleh Syville, Zeth dan Syville beristirahat di teras rumah Ish. Sambil meminum teh hangat yang dibuat oleh Syville, Zeth berkata, ”Apa ini yang dirasakan orang menengah ke atas? Minum teh pagi-pagi setelah latihan?”
Syville tersenyum sambil meletakkan cangkir tehnya di meja. “Aku tidak tahu jika orang lain melakukannya. Tapi kalau aku, sering meminum teh setelah pemanasan. Jura dan Lucius belum kembali, ya?”
“Seingatku belum. Bahkan aku tidak melihat Key lagi.”
Seperti jawaban dari pertanyaan Zeth, Key keluar dari dalam rumah Ish sambil membawa handuk. Ia berjalan menuju Syville dan berkata, “Sudah selesai pemanasannya?”
Syville mengangguk. “Apa kau akan pergi ke pemandian desa? Aku ikut.”
“Yap. Apa kau ingin ikut kami, Zeth?”
“Aku tidak ikut. Jura dan Lucius belum kembali, aku akan menjaga rumah.”
Syville berdiri dari duduknya. “Baiklah kalau begitu. Tunggu sebentar di sini, Key. Aku perlu mengambil beberapa barang yang lain.”
“Ah! Jika kau membutuhkan handuk yang lain, aku menyimpannya di belakang dapur. Kau bisa mengambil beberapa.”
“Baiklah!” terdengar balasan dari Syville yang sudah masuk ke dalam rumah.
Entah kenapa, Zeth merasakan seluruh tubuhnya ditelusuri oleh mata Key dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Sedikit merinding, Zeth bertanya, “Kenapa kau melihatku seperti itu?”
Key tersenyum tipis. “Saat pertama kali aku melihatmu, terlihat jelas bahwa kau jarang sekali olahraga. Sekarang lihat! Bahkan dari balik bajumu itu aku bisa melihat ototmu.”
Seharusnya bangga mendengar perkataan Key yang seperti itu, entah mengapa Zeth malah semakin merinding. Ia menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
Melihat tingkah laku Zeth yang seperti itu, Key memukul Zeth dengan handuk yang dipegangnya. “Kau pikir aku orang yang c***l, hah!?”
“Aku bercanda!” kata Zeth sambil menghindari serangan Key dengan handuknya lagi, kemudian tertawa kencang.
Syville baru saja keluar dengan membawa beberapa barang di dalam keranjang. Melihat Key yang memukul Zeth dengan handuk, ia bertanya, “Apa yang terjadi?”
Dengan menambahkan sihir pada handuknya, akhirnya pukulan Key mengenai Zeth. Dengan suara ‘Aduh!’ kencang, Zeth berlari semakin jauh. “Hei, itu menyakitkan!”
Key hanya tertawa sambil melemparkan handuk itu ke punggungnya. “Tidak apa-apa, Syville. Ayo kita pergi!”
Zeth masih mengelus pelan lengannya yang terkena handuk dilapisi sihir dari Key. Otot lengannya terlihat jelas ketika ia mengencangkannya. Sambil mengangguk puas, ia melihat lengannya yang lain, sama juga. Meski samar, otot perutnya juga mulai terlihat.
Ia terus mengangguk-anggukkan kepalanya dengan puas. Karena belum terlalu lelah, ia kembali berolahraga.
.
.
Ketika tubuhnya sudah mulai kelelahan dan dibanjiri oleh keringat, ia mulai gerakan ringan untuk mengendurkan ototnya yang tegang agar besok ia tidak kesakitan pada seluruh tubuhnya.
Pikirannya mulai kembali pada Bibi Et dan Paman Josh ketika ia telah selesai, tentu saja pada teman-temannya yang lain, dan juga Elen. Ia menutup matanya, mencoba untuk mengingat wajah Elen yang tersenyum.
Ketika ia kembali membuka matanya, ia terkejut karena tiba-tiba saja Jura berada di depannya. Tidak hanya melompat di tempatnya, ia juga mengatakan sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak tahu apa artinya. Jura tertawa kencang sambil menahan perutnya, bahkan ia bisa melihat jelas Lucius yang tersenyum karena tingkah lakunya.
Masih menahan tawanya, Jura berkata, “Sudah beberapa kali aku memanggilmu, tetapi kau tidak sadar juga. Apa yang kau pikirkan, sih? Lagi pula, Syville dan Key ke mana?”
Zeth masih mengusap-usap dadanya. Rasanya jantungnya sudah copot. “Mereka pergi ke pemandian desa.”
Jura mengerutkan keningnya sambil mengerucutkan bibirnya. “Kenapa mereka tidak mengajakku?” kemudian ia berlari ke dalam rumah, dan keluar dengan handuk di tangannya. “Aku akan menyusul mereka! Oh iya, tolong bereskan barang-barang kita semua. Karena kita akan pergi dari desa ini setelah aku dan lainnya kembali!”
Lucius melipat tangannya di d**a sambil melihat Jura yang berlari menuju alun-alun desa. “Di desa ini tidak ada tempat untuk menempa senjata. Tetapi, tidak jauh dari desa ini ada sebuah kota yang cukup besar. Ish bilang ia mengenal seseorang yang dapat menyewakan rumahnya dengan barang-barang yang lengkap di sana.”
“Bahkan ada tempat untuk menempanya?”
Lucius mengagguk. “Bahkan ada tempat untuk menempanya. Setelah mendengar ada cawan besar di rumah itu, Jura langsung melompat kegirangan dan mengangguk semangat ingin pergi ke tempat itu.”
Zeth berdiri dari duduknya. “Berarti, kita harus memebereskan perlengkapan kita.” Ia membereskan gelas dan pot yang masih berisi teh yang sudah dingin. “Tunggu. Berarti ... kita berdua yang harus membereskan semuanya?”
“Akhirnya kau sadar, ya?”
.
.
Zeth mengepalkan tangannya kencang, keringat dingin membanjiri tubuhnya yang sedikit gemetar, padahal kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya sudah berlalu hampir sepuluh tahun. Meski demikian, Zeth tetap takut untuk menaiki kereta kuda.
Ia mencoba untuk menutupinya dengan tersenyum sambil mengangguk ketika Syville dan yang lainnya berbicara padanya, meskipun ia merasa Lucius mengetahui ada yang aneh dengan dirinya.
Setelah membereskan semua barang-barang yang dibawa mereka—yang entah sudah berapa kali ia berterima kasih pada tas Syville yang diberikan oleh Etna—Ish menjemput mereka dengan kereta kuda.
“Ah, itu kotanya! Kau bisa lihat? Namanya kota Alba.” kata Ish semangat pada Jura.
Terdengar Lucius yang mendecakkan lidahnya di samping Zeth.
Jura berdiri dari duduknya dan mengeluarkan kepalanya melalui jendela kereta kuda. “Kota itu terlihat lebih besar dari yang kau bicarakan, Ish.”
Syville ikut mengeluarkan kepalanya. “Terlihat indah.”
Setelah berbicara dengan penjaga gerbang, kereta kuda mereka akhirnya memasuki kota itu. Meski tidak seramai dan secanggih kota Roldius, bisa dibilang kota ini juga cukup banyak penduduknya.
Terlihat juga orang-orang yang membawa pedang, tongkat sihir dan senjata lainnya, pelindung tubuh mereka juga tidak buruk. Orang-orang ramai mengantri di depan kios makanan maupun baju dan perlengkapan bertarung.
Ish mengantar mereka mengelilingi kota itu sebentar, memperlihatkan kios-kios yang mungkin butuh mereka kunjungi nanti. Meski Ish berkata ada kamar mandi yang cukup besar di rumah yang akan mereka sewa, ia tetap memberi tahu tempat pemandian yang ada di kota. Terlebih lagi tempat pemandian itu memiliki air panas untuk berendam.
Dengan semangat, para gadis yang ada di kelompok mereka setuju untuk pergi ke sana. Mereka juga berhenti pada beberapa kios yang menjual berbagai macam bahan makanan untuk makan malam mereka nanti.
Setelah matahari mulai terbenam, lampu-lampu dengan batu sihir mulai menerangi seluruh kota itu. Gemerlap cahaya dari lampu-lampu itu membuat kota itu terlihat lebih indah dari sebelumnya.
Ish menatap langit yang sudah cukup gelap, kemudian ia berkata, “Sepertinya sudah sebagian besar aku menjelaskan kota ini pada kalian. Kalian juga harus beristirahat yang cukup untuk … melanjutkan misi kalian. Oh, aku akan membayar uang sewa rumah itu.” Ish mengedipkan sebelah matanya sambil menepuk kantung celananya yang banyak berisi koin emas yang didapatkannya dari dalam menara itu.
Jura menganggukkan kepalanya. “Terima kasih, Ish! Mungkin kita akan ada di kota ini beberapa hari, mungkin satu atau dua minggu.”
“Baik, aku akan membayar uang sewanya selama dua minggu. Jika kalian pergi lebih cepat, kalian bisa mengambil uang sewa itu lagi.”
“Kau sangat baik! Kalau begitu, sampai jumpa!” kata Jura sambil melambaikan tangannya pada Ish.
Dengan wajah yang terlihat sedikit merah, Ish membalas lambaian tangan Jura. Zeth dan yang lainnya—kecuali Lucius—juga melambaikan tangan mereka dan berterima kasih pada Ish sekali lagi.
Dengan desahan napas puas, Jura membantu Syville membawa bahan-bahan makanan yang baru saja mereka beli. “Kalau begitu, ayo kita masuk dan makan terlebih dahulu~” []