27 - Penjual Es Krim

1247 Words
“Jadi, ada yang bisa kubantu sore ini, Syv?” kata Arlo dengan suaranya yang pelan. Ia duduk di kursi itu sambil melipat tangannya di d**a. Karena kursi itu membelakangi jendela, tubuh Arlo terlihat seperti siluet, membuat kesan yang misterius. Entah kenapa, setelah mendengar pertanyaan itu, bulu kuduk Zeth meremang. “Beberapa hari ini aku sudah memikirkan tawaranmu, Ketua OSIS. Apa aku masih bisa bergabung?” tanya Syville sedikit ragu. Senyuman Arlo terlihat semakin cerah. “Tentu saja! Kau bergabung dengan kami akan sangat membantu, Syv.” Syville mendesah lega mendengarnya. “Oh, apa temanku juga boleh bergabung? Dia cukup mahir dalam menggunakan sihir, dan nilainya juga sangat jauh di atas rata-rata.” “Tentu! Jujur saja, saat ini anggota OSIS hanya ada tiga orang. Lalu tugas untuk dikerjakan sebagai anggota OSIS sangat banyak hampir membuatku pingsan!” kata Arlo sambil tersenyum miris. “Tapi, karena kalian berdua bersedia bergabung dengan OSIS, pekerjaanku jadi tidak terlalu berat!” “Aku akan berusaha semampuku untuk menolongmu, Ketua OSIS!” kata Syville semangat. Arlo tertawa mendengarnya. “Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi. Panggil saja Arlo. Kau juga, Zeth.” Zeth menganggukkan kepalanya. “Tentu, Arlo.” Arlo mengangguk puas setelah mendengar Syville dan Zeth tidak memanggilnya sebagai Ketua OSIS lagi. “Untuk hari ini kalian cukup mengisi formulir ini,” katanya sambil memberi Syville dan Zeth selembar kertas dengan beberapa kolom yang harus mereka isi. “Kalian bisa menyerahkannya besok kepadaku, atau pada Karin dan Aimee. Kau pernah bertemu dengannya kan, Syv?” “Iya. Serahkan saja padaku, Arlo! Secepatnya akan aku isi dan membantu kalian.” Arlo kembali tertawa. Zeth merasa orang bernama Arlo ini punya sifat periang. “Kalau begitu, untuk hari ini sudah cukup, Syv, Zeth. Kalian bisa kembali lagi besok pagi atau setelah kelas terakhir selesai. Aku akan berada di ruangan ini sampai sore karena beberapa berkas yang harus aku selesaikan.” “Baiklah. Sampai bertemu besok!” kata Syville yang menganggukkan kepalanya pada Arlo, Zeth juga mengikutinya. Tetapi, sebelum keluar dari ruangan itu, Arlo memanggil mereka berdua lagi. “Aku lupa sesuatu. Gunakan pin ini jika kalian sedang bertugas, ya?” katanya sambil memberikan Zeth dan Syville sebuah pin yang menarik perhatian mereka berdua. Tentu saja, pin itu memiliki bentuk seperti logo yang membuat mereka berdua memilih untuk bergabung sebagai anggota OSIS. Seekor serigala berwarna oranye dengan kepalanya yang diangkat tinggi tergambar di tengah-tengah kobaran api berwarna merah, di tengah-tengah d**a serigala itu ada kelopak bunga lili berwarna biru. Zeth dan Syville langsung saling tukar pandang. “Umm. Arlo, boleh aku bertanya sesuatu?” kata Zeth pelan. “Tentu, Zeth. Apa itu?” “Siapa yang membuat logo untuk pin ini? Logo ini sangat bagus dan memberi kesan tertentu.” Arlo menatap Zeth cukup lama sebelum ia menjawab, “Aimee yang membuatnya. Entah kenapa ia sangat suka untuk menggambar logo itu. Kau lihat ukiran pada kursi yang kududuki juga? Tanpa seizinku Aimee yang mengukirnya.” Arlo tertawa pelan. “Karena hasil pahatannya yang cukup bagus, aku tidak memarahinya.” Sambil bergumam ‘oh’ pelan, Zeth menganggukkan kepalanya berkali-kali ketika mendengar jawaban dari Arlo. Syville yang berada di sebelahnya hanya terdiam menatap pin dengan logo serigala itu yang ada di tangannya. “Um, baiklah kalau begitu … sampai jumpa besok, Arlo,” kata Zeth cepat-cepat sebelum suasananya jadi canggung. Ia menarik tangan Syville dan keluar dari ruang OSIS itu tanpa jeda. Setelah pintu ruangan OSIS itu tertutup, senyum di wajah Arlo mulai menghilang. Ia menyandarkan punggungnya kemudian tertawa pelan. “Sepertinya sudah dimulai …” Sebuah pintu yang berada tidak jauh dari rak buku itu terbuka dengan pelan. Seorang gadis dengan rambut pendek sebahu yang berwarna hitam pekat keluar dari ruangan itu. Melihat wajah Arlo yang seperti itu, ia bertanya, “Ada apa, Arlo? Sepertinya suasana hatimu cukup baik?” Arlo menggelengkan kepalanya. “Tidak ada apa-apa, Karin.” Gadis bernama Karin ini hanya melipat tangannya di d**a. “Apa seseorang berkunjung ke sini? Kenapa kau tidak memanggilku?” Arlo hanya tersenyum tipis menjawab pertanyaannya. . . Setelah sampai di lantai dua, Zeth dan Syville baru bisa bernapas lega. Mereka berdua sama-sama melihat pin yang ada di tangan mereka. “Ayo kita ke taman dekat kantin,” kata Zeth setelah mengantongi pin itu ke saku celananya. Syville menganggukkan kepalanya kemudian mengikuti Zeth yang sudah mulai berjalan ke taman itu. Jura dan Key sudah berada di sana, wajah mereka berdua terlihat serius. Melihat Zeth dan Syville yang berjalan mendekat ke arah mereka, Jura tersenyum dengan cerah sambil melambaikan tangannya menyuruh Zeth dan Syville cepat-cepat ke sana. “Ada apa? Kau menemukan sesuatu?” tanya Zeth sedikit heran dengan ekspresi di wajah Jura. Jura menganggukkan kepalanya dengan semangat. “Aku menemukan Lucius!” Zeth dan Syville sama-sama mengangkat kedua alis mereka. “Di mana dia? Apa dia jadi murid di akademi ini juga?” tanya Syville penasaran. Jura dan Key malah tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Syville. Zeth dan Syville semakin penasaran dengan sikap mereka ini. Sebelumnya wajah mereka sangat serius, dan sekarang malah tertawa terbahak-bahak. Setelah tawa mereka akhirnya reda, dengan tarikan napas panjang Jura menjawab pertanyaan Syville, “Tidak. Lucius tidak memiliki peran apa pun di dalam akademi ini. Tetapi dia memiliki peran yang cukup bagus untuk mencari petunjuk di luar akademi.” “Apa itu?” tanya Zeth dan Syville bersama. Terlihat Jura dan Key kembali menahan tawanya. “Peran Lucius di dunia ini menjadi penjual es krim! Bayangkan! Wajahnya yang terkadang terlihat mengerikan itu harus menyiapkan pesanan anak-anak kecil yang rewel ingin makan es krim!” Mendengar perkataan Jura, tiba-tiba saja Zeth merasa kasihan pada anak-anak yang ingin makan es krim itu. Syville hanya tertawa pelan mendengarnya. “Apa kau sudah berbicara padanya?” Jura menggelengkan kepalanya. “Belum. Sebenarnya yang menemukan Lucius itu Key. Saat membeli beberapa bahan makanan, ia tidak sengaja melihat ke dalam toko es krim dan yang menjaga toko itu adalah Lucius!” Key menganggukkan kepalanya. “Aku pergi bersama juru masak yang lain, jadi belum sempat mengunjungi toko itu. Bagaimana jika kalian berdua yang ke sana? Besok hari sabtu, ‘kan?” Syville mengusap dagunya berpikir. “Besok Zeth dan aku harus pergi ke ruang OSIS terlebih dahulu untuk mengembalikan formulir pendaftaran anggota OSIS. Mungkin saat hari sedikit sore, kami berdua bisa ke kota dan mengunjungi toko itu. Bagaimana, Zeth?” Zeth menganggukkan kepalanya setuju dengan rencana Syville. “Tentu saja. Karena besok hari sabtu, kelas besok hanya sampai setengah hari. Jadi, tidak akan terlalu sore untuk berkunjung ke toko itu.” “Baiklah, sudah diputuskan! Jadi bagaimana dengan logo serigala yang pernah kau lihat di ruang OSIS, Syville?” Syville mengeluarkan pin dari saku blazer seragamnya memberikannya pada Jura dan Key. “Sepertinya logo ini menjadi penanda sebagai anggota OSIS. Seseorang bernama Aimee yang menjadi sekretaris OSIS membuat logo itu sendiri. Aimee berada di kelas tahun ketiga, seperti Arlo yang menjadi ketua OSIS.” Jura dan Key mengamati pin itu dengan baik-baik. Setelah yakin tidak ada sihir pelacak atau sihir yang bisa mencelakai Zeth dan Syville, Jura mengembalikan pin itu kepada Syville. “Apa saat ini anggota OSIS hanya ada dua orang? Kenapa sedikit sekali?” Syville menggelengkan kepalanya. “Sebenarnya ada tiga orang. Seorang siswi bernama Karin sebagai wakilnya. Ia berada di tahun ketiga juga …” Jura mengusap dagunya berpikir. “Untuk akademi sihir sebesar ini hanya ada tiga murid yang menjadi anggota OSIS … sangat aneh. Maaf, Syville, Zeth. Sepertinya aku harus merepotkan kalian berdua untuk memerhatikan gerak gerik anggota OSIS ini.” Zeth sedikit merinding mendengar perkataan Jura. “Ayolah, kau pikir aku dan Syville akan menolak permintaanmu itu?” Syville menganggukkan kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya. “Kau pikir kita ini orang yang baru kau kenal, Jura?” Jura terkekeh pelan. “Baiklah, baik! Aku tidak akan sopan lagi pada kalian!” “Kapan kau bersikap sopan pada kami?” tanya Zeth dan Syville bersama. Mendengar pertanyaan mereka, Key kembali tertawa terbahak-bahak. Jura mencibir kesal. “Untuk saat ini ayo kita kembali. Aku sudah memeriksa sebagian besar buku yang ada di perpustakaan, dan aku menemukan beberapa petunjuk. Aku akan menyampaikannya pada kalian jika aku sudah yakin. Key, aku serahkan Airella padamu,” kata Jura yang dibalas anggukan mengerti dari Key. “Lalu Zeth, Syville, aku serahkan Lucius padamu besok. Jika Lucius masih berada di bawah ilusi dunia ini, kembali lagi hari senin dengan sup buatan Key itu.” [] 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD