21 - Jika Tatapan Bisa Membunuh

1461 Words
Lidah Zeth terasa kaku sepanjang kelas ‘Transfigurasi’[1] itu. Selama tiga jam pelajaran itu, Zeth terus menerus membaca mantra-mantra aneh yang tidak pernah ia ketahui. Apa ini merupakan mantra dari sihir kuno? Saat itu pula Zeth merasa bersyukur karena tidak dilahirkan di masa ini, karena ia tidak harus terus menerus mengucapkan mantra aneh yang mungkin membuat lidahnya bisa dilipat 360 derajat. Pantas saja ketika ia berada di kelas praktik sihir yang diajarkan oleh Jura, teman-teman sekelasnya sangat takjub karena Zeth menciptakan api dengan sangat cepat, dan tanpa membaca mantra apa pun. Ketika lonceng tanda kelas berakhir berbunyi, dengan cepat Leon dan Kyle menarik Zeth ke kantin. Melihat banyaknya ‘murid’ di tempat ini membuat kepala Zeth semakin pusing. Apa mereka semua juga ilusi yang diciptakan dunia ini? Atau bahkan sebenarnya dunia ini benar-benar nyata, namun seseorang menggunakan sihirnya untuk ‘mengelabui’ semua orang yang ada di tempat ini? Jika benar seperti itu, berarti dalang di balik ini semua sangatlah kuat. Melihat jajaran makanan di depan Zeth, membuat perutnya berbunyi pelan. Mengikuti teman-temannya yang lain, Zeth mulai mengambil nampan, beberapa peralatan makan dan mulai berbaris untuk mengambil makanan ala prasmanan[2] itu. Semua makanan yang disajikan terlihat sangat lezat. Namun, ada sebuah menu yang membuat kedua alis Zeth terangkat. Apa itu sebuah sup? Atau kari aneh yang berwarna ungu? Anehnya lagi, sup(?) itu meletupkan gelembung kecil yang mengeluarkan asap setiap detiknya. Ketika Zeth berjalan mendekati menu itu, tiba-tiba alisnya terasa terbakar, dan matanya mulai perih. Dengan cepat ia menjauhi menu itu, begitu pula orang-orang yang ada di sekitarnya. Menu apa itu!? Jika seseorang memakannya mungkin dia akan sakit perut selama dua minggu atau lebih! Sangat berbahaya, harus segera disingkirkan! Tetapi entah kenapa, Zeth merasa pernah melihatnya … Ia menggelengkan kepalanya karena tidak bisa mengingat kapan ia pernah melihat makanan dengan wujud seperti itu. Namun, seorang siswa dengan tubuh yang sangat besar, dan pipinya yang tembam berjalan ke arah menu itu tanpa ragu sedikit pun. Ia mengambil satu sendok sup penuh dan mengisi mangkuknya yang masih kosong. Kemudian berjalan ke sebuah meja makan dan mulai memakannya dengan riang gembira. Tubuh orang itu seketika bergetar, dan dengan keras menyahut ‘Apa ini!? Aku belum pernah merasakan masakan yang unik seperti ini!’ Apa itu sebuah pujian? Yang jelas, terlihat tidak ada orang lain yang ingin mencoba menu itu. Ia duduk bersama Leon dan Kyle ketika Zeth sudah mengambil makanan yang cukup untuk menghilangkan rasa laparnya. Sambil berbincang ringan dengan Leon dan Kyle, tiba-tiba seluruh kantin itu dipenuhi oleh bisikan heboh. Seseorang yang duduk di dekat meja Zeth menyahutkan sesuatu yang membuat kuping Zeth terangkat. “Ah! Itu Dewi Syv, dia berjalan ke arah kita!!” Zeth ikut melihat ke arah yang orang itu tunjuk. Kemudian benar saja, Syville dan beberapa siswi lainnya berjalan ke arah orang-orang yang menyahut heboh itu … atau ke arah meja Zeth. Ketika Syville dan beberapa temannya berhenti di dekat meja Zeth, ia berkata, “Boleh kami duduk di sini? Kami kesulitan untuk mendapatkan meja yang kosong.” Zeth menyipitkan matanya melihat Syville yang memilih meja mereka, entah sengaja atau tidak. Padahal, tidak jauh dari mereka ada meja dengan kursi kosong yang lebih banyak. Namun, ketika ia menduga Syville telah menghilangkan ilusi yang diberikan oleh dunia ini, Zeth mempersilahkan Syville dan teman-temannya untuk duduk bersamanya di meja tersebut. “Ah! Siapa dia!?” “Duh, tentu dia Dewi Syv, kau tidak mengetahuinya? Keluar dari gua mana kau selama ini?” “Bukan Dewi Syv, tentunya. Tetapi laki-laki yang duduk di meja itu! Untuk duduk satu meja dengan Dewi Syv, kau pikir harus menghabiskan berapa tahun keberuntungan untuk mendapatkannya?” Hampir saja Zeth tidak bisa menahan tawanya lebih lama. Mendengar bisikan heboh dari orang-orang yang ada di sekitarnya, membuat hari-harinya yang biasa makan satu meja bersama Syville bahkan memakan masakan yang selalu dibuatnya terasa seperti ilusi! Dengan menganggukkan kepalanya, Zeth membalas pertanyaan Syville. “Tentu saja. Meja ini cukup besar untuk kita semua.” Senyum di wajah Syville semakin cerah. Namun di sisi lain, Zeth bisa merasakan punggungnya seperti ditusuk dengan pandangan membunuh oleh orang-orang yang iri di sekitarnya. Zeth hanya bisa tertawa miris merasakannya. Entah Syville menyadarinya atau tidak, dengan santai ia memilih untuk duduk di kursi yang ada di sebelah Zeth. Membuat punggungnya terasa semakin nyeri. “Ah, entah kau mengingatku atau tidak … tadi pagi aku tidak sengaja menabrakmu di lorong, maafkan aku,” kata Syville pelan. Meski Syville berkata dengan suara yang pelan, tetapi sepertinya orang-orang yang duduk di sekitar meja Zeth memiliki pendengaran yang sangat tajam. “Apa!? Dia menabrak Dewi Syv di lorong? Sepertinya orang ini ingin seluruh akademi memusuhinya!” “Tinggal di asrama mana, mereka?” “Setelah ini aku akan mencari tahu, kita tidak bisa membiarkan orang-orang ini tetap hidup dengan nyaman karena telah melukai Dewi kita!” Mendengar rencana pembunuhan dirinya, tawa Zeth semakin miris. Kemudian ia berkata, “Tidak apa-apa. Aku juga tidak sengaja menabrakmu karena tidak melihat jalan. Tidak usah dipikirkan.” Syville menganggukkan kepalanya. “Oh, perkenalkan, namaku Syville. Kita berada di kelas yang berbeda, sepertinya. Jika tidak keberatan, mulai saat ini aku akan berada di bawah pengawasanmu,” katanya sambil mengangkat sebelah tangannya untuk menjabat tangan Zeth. Sebelah alis Zeth terangkat mendengarnya. Dalam hati, semoga perkataan Syville tidak membuat rencana pembunuhan dirinya terealisasi[3]. Namun sayangnya, orang-orang di sekitarnya semakin memanas. Tawa Zeth semakin miris, karena ia takut Syville merasa canggung, akhirnya ia membalas jabatan tangan darinya. “Namaku Zeth, senang berkenalan denganmu.” Senyum Syville terlihat kaku seketika, sambil menurunkan tangannya perlahan, ia berkata dengan ragu, “Maaf jika ini kurang sopan, tapi apakah aku pernah bertemu denganmu sebelumnya? Rasanya aku pernah mengenalimu lebih dari ini …” ‘Lebih dari ini’!? Syville, bisakah kau memilih kata yang tidak terlalu membingungkan? Tatapan tajam yang punggungnya rasakan hampir terasa seperti terbakar! Zeth memasang wajah yang terlihat kesulitan, ternyata Syville masih belum menghilangkan ilusi dunia ini. Sambil mengusap dagunya Zeth berkata, “Hmm … sepertinya kita baru bertemu secara langsung ketika kita bertabrakan di lorong. Tetapi, karena kita belajar di akademi yang sama, mungkin kita sering berpapasan satu sama lain, tetapi tidak pernah berbicara secara langsung? Jadi tidak aneh, ‘kan kalau kita merasa kenal satu sama lain sebelumnya?” Syville menganggukkan kepalanya menganggap hal itu tidak aneh, kemudian tersenyum pada Zeth dan mulai makan. Di sisi lain, Leon, Kyle, dan teman-teman Syville tersenyum dengan penuh makna ketika mendengar percakapan mereka. Tetapi, tidak pada orang-orang yang berada di meja yang lain. Jika tatapan bisa membunuh, mungkin Zeth sudah mati ratusan kali. . . Setelah makan siang di kantin, tubuh Zeth malah terasa semakin lelah. Ia mengucapkan selamat tinggal pada Syville dan teman-temannya. Kemudian berjalan menuju kelas selanjutnya. Seperti sebelumnya, lidah Zeth hampir terikat karena terus merapalkan mantra-mantra yang cukup sulit. Namun, ia merasa sihir yang ia ciptakan dengan mantra tersebut lebih kuat dari biasanya … dan juga sihir itu lebih bervariasi[4] dari pada sihir yang selalu ia gunakan untuk melawan monster atau Demolux Bersaudara. Sihir yang diajarkan di akademi ini tidak hanya mengenai elemen untuk pertarungan atau bertahan diri saja. Seperti kelasnya yang sebelumnya, Transfigurasi. Ia mempelajari mantra untuk mengubah suatu benda menjadi benda yang lain. Awalnya, Zeth kurang paham mengenai kejadian yang diceritakan oleh Leon tentang Kyle yang mengubah bukunya jadi memiliki delapan kaki dan mulai merayap di punggungnya. Setelah mengetahui apa itu kelas Transfigurasi, Zeth tertawa geli ketika membayangkan wajah panik Kyle. Selanjutnya kelas pertahanan sihir. Di kelas ini, banyak mantra yang dapat ia pelajari untuk melindungi dirinya menggunakan sihir. Beberapa di antaranya sering Zeth lihat, seperti pelindung magis, tetapi lebih rumit karena menggunakan mantra yang cukup panjang. Namun, di kelas ini juga diajarkan beberapa mantra lain yang di antaranya yaitu memindahkan sebuah benda seperti telekinesis[5], bahkan sampai menciptakan bola cahaya tanpa menggunakan batu sihir. Dengan serius, Zeth mempelajari semua yang ada di akademi ini. Semoga ketika ia keluar dari tempat ini, ia masih bisa menggunakan beberapa mantra. Jadi ia bisa lebih siap untuk bertarung melawan Demolux Bersaudara itu. Tanpa terasa, lonceng tanda kelas terakhir akhirnya berbunyi. Dengan cepat, Zeth membereskan barang-barangnya dan langsung berlari keluar kelas menuju tempat pertemuannya dengan Jura. “Hei, Zeth! Kau mau ke mana!?” sahut Leon bingung yang melihat Zeth cepat-cepat pergi meninggalkan ruang kelas. Dengan santai, Zeth menjawab, “Kencan!” Kedua alis Leon dan Kyle terangkat ketika mendengar jawaban dari Zeth. “Apa dia berbohong?” tanya Leon pada Kyle. Kyle mengusap dagunya berpikir. “Hmmm … jangan-jangan dia akan berkencan dengan Dewi Syv—” “AAAAAAAaaaaaAAAAAAAAAAAaaaa! Jangan teruskan lagi. Sudah cukup hatiku sakit hari ini.” Potong Leon cepat. “Apa-apaan keberuntungannya yang tiba-tiba itu!? Hari ini kita mendapatkan kebenaran tentangnya yang memiliki teman masa kecil yang cantik, pintar, bahkan sudah menjadi Profesor kita! Lalu dengan senyumannya yang terlihat grogi dan malu-malu itu ia berbicara dengan Dewi Syv dengan mudah! Aku iri! Aku cemburu! Aku jomblo!!” [] Note: [1] Transfigurasi: perubahan bentuk atau rupa. [2] Prasmanan: Cara menjamu makanan dengan mempersilahkan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja. [3] Terealisasi: Berasal dari kata dasar realisasi. Terealisasi memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga terealisasi dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. [4] Bervariasi: mempunyai variasi; mempunyai berbagai bentuk (rupa, jenis, dsb). [5] Telekinesis: gerak atau perpindahan tempat suatu benda tanpa disentuh atau tanpa penggunaan peralatan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD