35 - Fans Dewi Syv!

1729 Words
Keesokan paginya, Zeth pergi menuju akademi sihir dengan Leon dan Kyle. Melihat Syville yang sudah menunggunya dari jauh, Kyle berdeham kencang sambil mendorong-dorong tubuh Zeth pelan. “Jika kau kenal Dewi Syv sebelumnya, kenapa kau tidak memberi tahuku?” bisik Kyle. “Aku saja tidak tahu kalau kau bagian dari Kementrian Sihir yang mencoba untuk menyelesaikan masalah dunia ini sebelumnya, Kyle,” balas Zeth memelankan suaranya juga. “Jika kau musuhku, bagaimana?” Leon ikut mendekatkan kupingnya ke arah Zeth dan Kyle. “Kenapa? Apa yang kalian bicarakan sampai bisik-bisik seperti itu?” “Membicarakanmu,” jawab Zeth dan Kyle bersama. Wajah Leon langsung cemberut. “Apa? Jadi ini namanya saudara seperjuangan?” Zeth dan Kyle hanya tertawa, kemudian meninggalkan Leon yang masih menggerutu. Tetapi, wajah Leon langsung berubah ketika melihat Syville di dekat pintu masuk utama akademi sihir. Dengan cepat-cepat ia merapikan baju dan menyisir rambutnya. Leon berdeham pelan kemudian berkata dengan suara yang sengaja direndahkan, “Selamat pagi, Syv.” Syville tersenyum pada Leon dan menganggukkan kepalanya. “Selamat pagi … umm …” Leon memasang senyuman sampai gigi putih yang rapi miliknya terlihat. “Namaku Leon, satu kamar asrama dengan Zeth.” “Oh, selamat pagi juga, Leon … Kyle,” lanjut Syville. “Selamat pagi, Zeth!” Leon menyipitkan matanya pada Kyle. Bagaimana bisa Dewi Syv kenal Kyle terlebih dahulu sebelum dirinya!? Apa Kyle diam-diam bertemu dengan Dewi Syv dan mendekatinya? Lagi pula, senyuman Dewi Syv terlihat dengan jelas sangat berbeda ketika tersenyum padaku dan Zeth! Hmph, apa ini? Apa Dewi Syv dan Zeth sudah memiliki hubungan yang lebih jauh!? Zeth mengabaikan tatapan tajam dari mata selidik Leon. “Selamat pagi, Syv. Apa kita ke ruang OSIS terlebih dahulu?” Syville menganggukkan kepalanya semangat. “Ayo! Kami pergi terlebih dahulu, Kyle, Leon!” “Oh … ya …” Melihat tingkah laku Dewi Syv yang terlihat sangat nyaman di dekat Zeth, Leon merasa ingin menangis. Dengan cepat ia mencengkeram bahu Kyle dengan kencang. “Kyle! Apa … apa … apa ada sesuatu di antara mereka berdua? Apa … apa … apa mereka sudah ber-ber-berpacara—” “Lebih baik tidak usah dipikirkan, Leon,” potong Kyle cepat. “Lebih baik menyerah saja,” tambahnya lagi sambil menepuk bahu Leon, bersimpati padanya. Leon memukul dadanya dengan dramatis, kemudian jatuh berlutut sambil mengerang pelan. “Ah! Hatiku! Kau dengar itu? Suara hatiku yang hancur?” Kyle hanya memutar kedua bola matanya, kemudian berjalan menuju kelasnya meninggalkan Leon yang masih bergumam tidak jelas. Kenyataannya, di pintu masuk utama akademi sihir, tidak hanya terdengar suara hati Leon saja yang patah, tetapi beberapa murid lainnya juga bisa mendengar suara hatinya yang patah. “Apa ini … jika Dewi Syv tidak bisa menjadi milikku, berarti tidak ada yang bisa memilikinya!” kata seorang siswa yang berdiri tidak jauh di dekat pintu masuk utama. “Hei, kelas berapa dia?” tanya temannya. “Kelas satu, bukankah kau satu kelas dengannya?” “Ya … selanjutnya akan ada kelas Mantra …” “Aku ikut!” seorang murid yang berdiri tidak jauh di dekat mereka, ikut bergabung dengan obrolan ketiga murid itu. “Aku juga!” “Jangan sekarang, jika ketahuan Profesor yang lain bagaimana?” dua orang murid lain bergabung dengan kelompok itu. “Jika istirahat makan siang bagaimana?” “Sepertinya Dewi Syv dan orang itu bagian dari anggota OSIS … sepertinya mereka harus melakukan patroli ketika jam makan siang …” “Apa patroli mereka juga sampai gudang belakang?” “Beberapa hari ini aku sudah mengumpulkan informasinya, ini rute yang biasa mereka ambil ketika berpatroli,” tiba-tiba saja seorang murid yang menggunakan kacamata memberi kelompok itu selembar kertas bergambar peta akademi sihir dengan garis-garis di atasnya. “Hmmm … berarti setelah kelas terakhir saja.” “Ayo kita buat pelajaran orang itu! Kita akan membuat orang itu terlihat payah di depan Dewi Syv!” . . “Selamat pagi …” kata Syville pelan setelah masuk ke dalam ruang OSIS, Zeth yang masih membukakan pintunya menunggu Syville masuk ke dalam ruangan itu terlebih dahulu, kemudian menutup pintunya di belakangnya. “Oh, pagi Syv, Zeth!” jawab Karin sambil meletakkan cangkir teh yang baru saja ia minum. Zeth menganggukkan kepalanya untuk menjawab salam dari Karin. “Selamat pagi, Karin!” jawab Syville, kemudian ia mengedarkan pandangannya mencari Arlo dan Aimee. “Kemana Arlo dan Aimee?” Karin mengangkat kedua bahunya. “Aku tidak tahu. Tumben sekali mereka berdua belum datang! Bahkan sebelumnya aku sampai berpikir bahwa Arlo tinggal di ruangan ini!” Syville terkekeh pelan, kemudian berkata, “Aku hanya ingin berbicara sebentar dengan mereka …” “Oh, biar aku yang menyampaikannya kalau begitu!” Syville mengedipkan matanya beberapa kali. “Aku dan Zeth akan berpatroli di lantai tiga dan dua setelah makan siang terlebih dahulu di kantin … kemudian kami akan berpatroli di sekitar lantai satu dan seluruh akademi setelah kelas terakhir.” Karin mengangguk-anggukkan kepalanya. “Tentu, aku akan menyampaikan hal itu pada Arlo! Hmm … apa kalian berdua tidak lelah berjalan di sekitar akademi? Akademi ini sangat besar!” Syville tersenyum tipis. “Jika diberi pilihan untuk mengerjakan berkas dan berpatroli, aku lebih memilih untuk berpatroli sebanyak tiga kali sehari!” Karin tertawa terbahak-bahak mendengarnya. “Itu benar! Ah … Arlo dan Aimee itu sangat jahat padaku~ kenapa aku harus mengerjakan berkas yang menyebalkan itu juga~” “Karena kau wakilnya, Karin!” jawab Syville setelah terkekeh pelan. Zeth hanya diam mendengar percakapan mereka berdua, kemudian mengajak Syville ke kelasnya setelah mendengar bunyi lonceng kelas pertama akan dimulai berbunyi. Karin menganggukkan kepalanya sambil membuat gerakan mengusir pada Syville dan Zeth ketika mendengar bunyi lonceng itu. Ketika pintu ruangan OSIS itu hampir tertutup rapat, Karin berkata, “Semangat mengerjakan tugasmu, Zeth …” Sayangnya, Zeth tidak mendengar perkataan Karin setelah pintu ruangan OSIS itu sepenuhnya tertutup. Karena kelas Zeth dan Syville berbeda, mereka berdua berpisah di lorong dan menuju kelas mereka masing-masing. Kyle melambaikan tangannya dengan semangat ketika melihat Zeth masuk ke dalam ruangan kelasnya. Entah kenapa, Zeth bisa merasa punggungnya terbakar dengan cepat dari pandangan mata murid-murid yang ada di sekitarnya. Punggung Zeth yang terasa terbakar terus terasa sampai jam mata pelajaran itu berakhir. Tidak hanya di kelas, tetapi saat ia makan siang di kantin, perasaan tidak nyaman itu semakin menyiksa dirinya. Apalagi saat patroli bersama Syville di lantai tiga dan dua akademi sihir. Perasaan tidak nyaman itu sedikit menghilang ketika ia masuk ke kelas terakhirnya. Tetapi kembali merasakannya ketika ia berpatroli bersama Syville setelah jam pelajarannya selesai. Saat itu, mereka berdua sudah selesai berpatroli di koridor lantai satu, setelahnya mereka akan berpatroli di taman belakang akademi. “Hmm … ini aneh,” kata Syville tiba-tiba. Tentu saja, Zeth juga merasakannya. Meski sudah sepuluh menit lamanya kelas terakhir selesai, tetapi tidak seperti biasanya taman belakang akademi sesepi ini, bahkan tidak ada satu orang pun yang terlihat. Biasanya, masih banyak murid yang berjalan di sekitar taman ini … Kening Zeth semakin berkerut ketika punggungnya semakin terasa panas ketika dia dan Syville sampai di gudang belakang yang sedikit jauh dari gedung utama akademi sihir. Sepertinya insting bertahan hidup Zeth mulai tajam karena orang-orang disekitarnya selalu menatap dirinya dengan nafsu membunuh. Dalam hal ini, Zeth tidak tahu harus tertawa atau menangis karenanya. Ketika Zeth dan Syville selesai memeriksa gudang belakang itu, tiba-tiba saja Zeth merasa ada sesuatu yang melesat cepat ke arahnya. Untung saja, ia sudah menyiapkan dirinya dari serangan. Dengan tenang, Zeth mendorong Syville ke belakangnya, kemudian membuat penghalang magis untuk menangkis serangan sihir itu. Meski tidak semahir Jura, setidaknya saat ini Zeth sudah bisa membuat penghalang magis satu arah, belum bisa membuat penghalang magis seperti Jura yang melindungi seluruh tubuhnya. Syville mengerutkan keningnya tidak senang ketika mendapat serangan itu. Ia membuka tasnya untuk mengambil tombak miliknya, tetapi dihentikan oleh Zeth. “Jangan perlihatkan kemampuanmu terlebih dahulu, Syville.” Meski tidak setuju, Syville mengikuti perkataan Zeth. Zeth melihat ke arah serangan sihir itu berasal, tetapi tidak terlihat seorang pun berada di sana. Meski Zeth tidak bisa melihat seseorang yang menyerangnya, tatapan tajam yang tertuju padanya masih ia rasakan. Berarti orang itu masih ada di sekitar sini. Belum sempat ia merasa tenang, serangan sihir kembali melesat ke arahnya, yang tentu saja masih dapat dengan mudah Zeth tangkis. Tetapi lama kelamaan, serangan sihir itu semakin banyak. Meski serangan sihir itu tidak kuat, tetapi dengan jumlah yang banyak Zeth mulai kesulitan untuk bertahan. Syville mengeluarkan pin ‘Kementrian Sihir Jorxas’ yang dibuat oleh Jura untuk mengelabui Aimee, Arlo dan Kyle. Tetapi, pin itu bukan sembarang pin. Jura membuatnya dengan menambahkan sihir pelacak. Ketika seseorang mengalirkan Mana ke pin itu, orang lain yang memiliki pin itu akan segera tahu di mana letak keberadaan orang yang mengalirkan Mananya, bisa dibuat untuk meminta pertolongan. Setelah meminta pertolongan, Syville kembali memasukkan pin itu dan melihat dengan seksama dari arah mana serangan sihir itu berasal. Setidaknya, ada enam titik dari mana p*********n itu berasal. “Apa mereka anggota Pengguna Sihir Hitam itu, Zeth?” “Aku belum tahu. Tapi setidaknya mereka benar-benar ingin membunuhku …” Syville semakin tidak senang mendengarnya, kemudian menciptakan kristal es untuk menyerang ke salah satu arah tempat seseorang yang menyerang mereka. Terlihat dengan jelas beberapa sihir mencoba untuk menghentikan serangan dari Syville, yang tentu saja gagal, kekuatan sihir Syville lebih kuat dibandingkan dengan orang-orang yang menyerang mereka. Terdengar erangan kesakitan ketika kristal es milik Syville melesat menuju semak-semak yang tidak jauh di dekat mereka. Kemudian, seseorang keluar dari balik semak-semak itu. Orang itu menggunakan seragam akademi sihir, berarti salah satu murid yang ada di akademi itu. Tetapi sayangnya, orang itu menggunakan kain yang menutupi wajahnya. “Dewi Syv, kami tidak akan menyakitimu!” kata orang itu. “Siapa kalian? Jika kalian tidak ingin menyakitiku, kenapa kalian mulai menyerang?” kata Syville terdengar tajam. Baru kali ini Zeth mendengar Syville yang marah. “Tidak, Dewi Syv … kami tidak bermaksud untuk menyerangmu. Kami hanya ingin memberi pelajaran pada orang yang sudah menipumu!” kata murid itu. “Itu benar!” “Dewi, jangan tertipu oleh orang itu!” “Ia hanya ingin memanfaatkanmu, Dewi!” Akhirnya, orang-orang yang menyerang Zeth keluar dari tempat persembunyiannya. Kurang lebih ada sepuluh orang. Syville menyebarkan pandangannya pada orang-orang itu dengan tatapan tajam. “Menggunakan sihir untuk menyerang murid lain ketika masih berada di lingkungan akademi sihir. Kalian tahu apa sanksinya, ‘kan?” “Kami tidak peduli, Dewi. Asal orang yang menipumu ini sudah menjauh darimu, meski aku dikeluarkan dari akademi sihir, aku tidak peduli!” “Betul! Menjauhlah dari Dewi kami!” “Jangan kau kotori pikiran Dewi kami!” Setidaknya, Zeth tahu satu hal. Murid-murid yang menyerang mereka mungkin sebagian dari anggota grup penggemar ‘Dewi Syv’. Meski beberapa hari ini banyak orang yang mengganggunya, tetapi tidak pernah sampai separah ini. Sampai orang-orang itu ingin mencelakai Zeth. Seseorang di antara kelompok itu mulai tidak sabar ketika melihat Zeth yang mendorong Syville ke belakang punggungnya. Ia kembali menyerang Zeth dengan bola api. Melihat seseorang kembali menyerang, murid-murid lainnya juga ikut menyerang. Tetapi, sebelum serangan mereka mengenai Zeth, seseorang melesat dengan cepat ke depannya, kemudian menangkis seluruh serangan sihir itu. Dengan wajah yang cemberut, Jura menciptakan penghalang magis yang melindungi dirinya, Zeth dan juga Syville. “Apa-apaan kalian ini!?” sahutnya kencang. Melihat salah satu Profesor sudah datang, murid-murid itu mulai lari ketakutan. Sayangnya, baru dua langkah mereka berlari, semua murid itu jatuh mencium tanah secara bersamaan. Jura menggunakan sihirnya untuk menggerakkan akar pohon di dekatnya untuk mengikat kaki orang-orang itu. Sambil mendesah kencang, Jura berkata, “Sejak kapan kau memiliki banyak musuh, Zeth?” Zeth hanya memijat keningnya karena kepalanya yang mulai pusing. []  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD