Leo menatap gadis remaja itu berlari keluar dari halaman mansionnya yang luas itu dari jendela kamarnya. Leo tampak begitu kesal karena apa yang ia inginkan terhadap Shafira tak ia dapatkan malam itu. Leo memanggil Reno masuk ke dalam kamarnya.
"Tuan!" Ucap Reno.
"Siapkan mobil! Aku ingin pergi ke rumah sakit dimana tempat ibu Shafira di rawat." Kata Leo.
"Baik, tuan." Sahut Reno.
Tak menunggu lama mobil pun telah siap untuk membawa Leo pergi kerumah sakit dimana ibu Shafira akan menjalankan operasi pembedahan jantung. Tiba dirumah sakit itu, Leo melihat Shafira terduduk di lantai sambil menekukkan kakinya. Leo melihat gadis remaja itu menangis dengan sedihnya.
"Kenapa kau menangis?" Tanya Leo pada Shafira.
Shafira pun sontak mengangkat wajahnya dan melihat Leo berdiri tegak dihadapannya.
"Kau?" Ucap Shafira kaget.
"Jawab pertanyaanku, kenapa kau menangis?" Tanya Leo dengan nada bicara yang tinggi.
"Bukan urusanmu!" Sahut Shafira.
Tak lama kemudian, seorang perawat datang menghampiri Shafira untuk menanyakan perihal administrasi yang belum dilunasi olehnya untuk biaya operasi pembedahan jantung ibunya.
"Nona, ibumu tidak bisa menunggu lama! Kau harus segera melunasi biaya operasi ibumu." Kata Perawat itu.
"Tapi aku tidak punya uang sebanyak itu! Aku juga tidak tau harus mendapatkan uang sebanyak itu darimana!" Sahut Shafira.
"Tolong lakukan operasi ibuku, aku mohon!" Sambung Shafira.
"Pihak rumah sakit juga memiliki prosedur, nona! Kau harus melinasinya terlebih dahulu." Kata Perawat itu lagi.
Shafira begitu panik dengan masalah yang membelitnya. Leo yang mengerti akan hal itu tak mau tinggal diam. Dengan keinginannya memiliki Shafira seutuhnya, membuat Leo mengambil langkah tepat dalam mencapai tujuannya itu. Leo melirik Reno dan memberikan kode agar Reno melakukan apa yang ia perintahkan untuk melinasi semua biaya operasi ibunya Shafira.
"Shafira, kau butuh uang, bukan?" Tanya Leo.
"Aku bisa melunasi semua biaya rumah sakit ibumu." Kata Leo.
"Be-benarkah?" Ucap gadis itu dengan polosnya.
"Tapi kau harus melakukan syarat padaku!" Kata Leo.
"Apa itu, tuan?" Tanya Shafira.
"Kau yakin ingin memenuhi semua syarat yang aku inginkan?" Tanya Leo sembari menaikkan sebelah alis matanya.
"Aku akan lakukan apapun itu asalkan ibuku dapat menjalani opersinya." Sahut Shafira.
"Jadilah wanitaku untuk selamanya!" Bisik Leo pada telinga Shafira.
"A-apa maksudmu tuan?" Tanya Shafira yang begitu polos.
"Simpel saja! Aku ingin kau tinggal bersamaku selamanya." Sahut Leo.
"Tapi bagaimana dengan ibuku?" Tanya Shafira.
"Kau boleh bertemu dengannya jika aku mengizinkanmu! Orang-orangku akan mengurusi ibumu dirumah sakit ini sampai sembuh." Sahut Leo.
"Benarkah ibuku akan sembuh?" Tanya Shafira.
"Iya, asalkan kau menuruti semua keinginanku." Sahut Leo.
"Baiklah, tuan! Apapun itu aku hanya ingin melihat ibuku sembuh." Kata Shafira.
Tak lama Reno kembali dengan bukti p********n administrasi rumah sakit itu. Reno langsung memberikannya kepada Leo dan ditunjukkan kepada Shafira.
"Semuanya sudah aku lunasi, jadi sekarang kau adalah milikku!" Ucap Leo pada Shafira.
"I-iya, tuan!" Sahut Shafira dengan hatinya yang sedang kalut mengenai ibunya yang akan menjalani operasi dirumah sakit itu.
Di depan ruangan operasi, Shafira terus mondar-mandir dengan kegelisahan yang ia rasakan. Ia begitu takut untuk kehilangan sosok wanita paruh baya yang sedang menjalani operasi di rumah sakit itu. Beberapa jam kemudian, dokter keluar dari ruang operasi itu dengan membawa kabar gembira dan mengatakan bahwa operasi pembedahan jantung yang dijalani oleh ibunya Shafira berjalan dengan lancar.
"Selamat nona, operasi ibumu berjalan dengan lancar." Ucap Dokter pada Shafira.
"Oh, syukurlah." Ucap Shafira bernafas lega.
"Lalu bagaimana dengan keadaan ibuku, dokter?" Tanya Shafira.
"Untuk sementara ini dia akan dirawat secara intensif." Sahut Dokter.
"Terima kasih, dokter!" Ucap Shafira.
Setelah selesai ditangani di dalam ruang operasi, ibunya Shafira yang masih belum sadarkan diri di bawa ke ruang perawatan agar dapat di rawat secara intensif disana. Shafira belum diperbolehkan untuk masuk menghampiri ibunya itu. Ia pun hanya bisa menatap ibunya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dari kaca pintu ruangan tersebut.
"Ibu, berjuanglah! Aku sangat berharap bisa melihat senyuman ibu lagi seperti dulu." Ucap Shafira dalam hatinya dengan mata yang berkaca-kaca.
Saat sedang menatap ibunya itu, tiba-tiba lengan Shafira ditarik oleh Leo dari belakang.
"Ikut aku kembali!" Kata Leo pada Shafira.
"Tapi, tuan, ibuku baru saja menjalani operasinya." Sahut Shafira.
"Kau sudah menjadi milikku! Apa kau lupa dengan perjanjian kita, hah? Apa kau ingin ibumu kembali sekarat di rumah sakit ini?" Ancam Leo.
Shafira menatap wajah Leo yang terlihat begitu bengis padanya.
"Turuti semua keinginanku jika kau ingin melihat ibumu sembuh!" Kata Leo lagi.
"Tapi ibuku sendirian disini, tuan! Aku harus menemani ibuku." Kata Shafira.
"Aku sudah menunjuk orang yang akan mengurus ibumu disini! Tugasmu sebagai milikku hanyalah menuruti semua keinginanku." Kata Leo.
Shafira tak bisa berkata apa-apa lagi. Tak bisa dipungkiri semua masalah yang membelitnya sirna atas bantuan dari Leo. Mau tak mau dan dengan terpaksa, Shafira pun harus menuruti apa yang diinginkan oleh Leo darinya. Leo menarik lengan Shafira dan membawanya pergi dari rumah sakit itu.
'Ibu, aku pasti akan menjengukmu nanti." Ucap Shafira dalam hatinya.
Dengan langkah yang berat Shafira pun masuk ke dalam mobil mewah itu dan pergi meninggalkan rumah sakit dimana tempat ibunya dirawat.
Saat di perjalanan kembali ke mansion mewahnya, Leo melirik gadis belia yang mampu membangkitkan kembali gairahnya yang telah lama terkubur. Leo menarik tirai penutup antara kursi supir dan kursi belakang agar supir pribadinya dan juga Reno tak bisa melihat apa yang akan ia lakukan bersama Shafira di mobil itu. Shafira kaget ketika Leo menutup tirai itu secara tiba-tiba. Ia juga melihat Leo berusaha untuk mendekatinya.
"Aku ingin melakukannya denganmu di dalam mobil ini!" Bisik Leo di telinga Shafira.
'Me-melakukan apa?" Tanya Shafira gugup.
"Melakukan apa yang tertunda di kamarku tadi!" Bisik Leo lagi.
"Tapi, tuan....”
Shafira belum sempat menyelesaikan ucapannya, namun Leo langsung mendaratkan ciumannya lagi pada bibir gadis belia itu. Shafira memekik tertahan ketika Leo tiba-tiba mendaratkan ciumanya. Leo juga melumat bibir Shafira dengan rakusnya. Tangan Shafira bergetar ingin sekali ia menolaknya, namun tak bisa karena Leo menekan tubuhnya dengan kuat.
"Aku sangat menginginkanmu! Apa kau tau ... dengan sentuhanmu saja, kau bisa membuatku menginginkannya!" Ucap Leo semakin bersemangat.
“Apa kau masih perawan?” tanya Leo berbisik padanya dan Shafira menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Heh, bagus kalau begitu!." Bisik Leo.
Leo berencana untuk melanjutkannya ketika mereka tiba di mansion mewahnya itu.
"Akan kita lanjutkan setelah kita tiba di mansion nanti!" Bisik Leo lagi pada Shafira.
Shafira hanya diam dan menundukkan wajahnya sambil terus menitikkan air mata kesedihannya itu. Tak pernah ia bayangkan kalau dirinya akan mengalami seperti apa yang ia alami saat ini bersama Leo.