Kau menghukumku sampai ke dunia ini.

2150 Words
Olyn melangkah mondar-mandir sambil menggigiti kuku jemarinya. Ia merasa bersalah pada Serra. Ia berpikir bahwa karena dirinyalah Serra harus menjadi pelayan di kediaman Blake. Kediaman pria paling disegani dan ditakuti di Dark Moon Pack. Olyn merasa telah menjerumuskan nonanya ke penderitaan lebih buruk dari tinggal di kediaman McKenzie. "Nona. Memohonlah pada Beta Steve. Mungkin dia bisa menyelamatkan Anda dari kediaman keluarga Blake." Olyn akhirnya bicara setelah cukup lama bergelut dengan kekalutan pikirannya. Serra memiringkan wajahnya. Menatap Olyn yang berdiri di sebelahnya. "Jadi, kau mondar-mandir dari tadi karena hal ini?" "Nona, kenapa Anda sangat santai menghadapi masalah ini? Anda jelas tahu siapa Aldebara Blake." Olyn putus asa. Ia hampir gila, tetapi nonanya bersikap biasa saja. "Memangnya siapa dia?" tanya Serra. Olyn mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia lupa tentang keadaan nonanya. Kalau begitu ia harus memberitahu nonanya agar tahu bahwa kediaman keluarga Blake adalah kediaman yang harus dijauhi. Olyn memang memuja Aldebara yang sempurna, tetapi berurusan dengan pria berdarah dingin seperti Aldebara adalah hal yang harus dihindari. Menyinggung hati Aldebara maka kematian akan menjemputmu. "Nona, pria yang kau hadapi saat ini adalah penguasa Dark Moon Pack. Ia dihormati lebih dari Alpha Kevyn. Ia berbahaya. Berdarah dingin. Tidak bersahabat. Dan terlebih dia tampan. Jatuh hati padanya hanya akan menyengsarakan karena dia tidak punya hati. Intinya dia bukan orang yang bisa mengerti orang lain." Olyn menjelaskan garis besarnya saja. Jika ia harus menceritakan detail tentang Aldebara maka akan menghabiskan satu minggu penuh. Yang isinya 29% mengenai kisah-kisah wanita atau pria yang ditolak mentah-mentah oleh Aldebara, 70% tentang kesempurnaan Aldebara dan 1% tentang keburukan Aldebara yang malah menjadi daya tarik tersendiri untuk Aldebara. "Itu bagus. Artinya aku tidak akan banyak berurusan dengannya. Aku cukup mengerjakan tugasku sebagai pelayan. Dan masalah jatuh hati padanya, aku pikir jika itu benar-benar terjadi maka aku akan bisa mengatasinya. Aku sudah terbiasa patah hati." Serra bicara dengan sangat santai seolah patah hati bukan hal yang besar. Ayolah, Serra pernah mencintai dalam diam lebih dari 5 tahun. Ia bahkan melihat pria yang ia cintai bersama wanita lain tepat di depan matanya hampir tiap hari. Jadi, patah hati yang mana lagi yang tidak bisa ia lewati. "Nona, ini tidak sesederhana itu." Olyn semakin putus asa. Ia tidak tahu harus bagaimana menyakinkan Serra. Jatuh hati pada Aldebara jelas berbeda tingkatan dengan jatuh hati pada Aaron. Dan rasa patah hatinya juga jelas berbeda. Jika direject Aaron saja nonanya melakukan bunuh diri maka bagaimana dengan ditolak oleh Aldebara? Tidak! Olyn tidak bisa membayangkannya. Itu pasti akan mengerikan untuk Serra. Serra mengabaikan Olyn. Ia kembali pada sedikit barang miliknya yang harus ia bawa ke kediaman Blake. "Nona...," Olyn merengek. Memegangi tangan Serra dengan wajah memelas. "Berhenti bersikap seperti anak kecil, Olyn. Aku akan baik-baik saja." Olyn ingin berhenti seperti yang Serra katakan, tetapi ia tidak bisa. Bagaimana mungkin ia tidak mencemaskan Serra yang tumbuh besar bersamanya. "Aku hanya menjadi pelayan bukan terpidana mati." Serra meyakinkan Olyn. Olyn masih tidak bisa melepas Serra pergi. "Aku akan memohon pada Beta Steve." Serra menggelengkan kepalanya, heran kenapa Olyn begitu mengkhawatirkan dirinya yang hanya akan jadi pelayan. Bukankah hidup seperti Olyn tidak terlalu buruk? Err.. Mungkin akan buruk untuknya yang belum pernah jadi pelayan. Namun, ia adalah wanita mandiri serba bisa. Menjadi seorang pelayan hanyalah masalah gampang. "Kau mengatakan jika pria itu lebih berkuasa dari Alpha Kevyn. Apa menurutmu ayahku bisa mengubah pendirian Aldebara?" Serra menaikan sebelah alisnya. Menyadarkan Olyn dan mengirim Olyn jauh masuk ke dalam keputusasaan dan semakin terkurung di sana. Hingga Olyn tidak bisa berkata apapun lagi selain pasrah. Serra memeluk Olyn, "Aku akan baik-baik saja. 10 tahun bukan waktu yang lama." Ia menenangkan Olyn. Ia nampaknya sedikit membual, 10 tahun bukan waktu yang singkat. Olyn menangis dalam pelukan Serra. "Aku akan sangat merindukanmu, Nona." Serra tersenyum. Olyn seperti Dylan versi wanita. Hanya dua orang ini yang mengatakan rindu padanya. Cukup membuatnya berpikir ia masih berhak untuk hidup di dunia. "Aku rasa utusan Aldebara sudah tiba. Sebaiknya jangan menunda waktu lagi. Kau tidak mau aku tersandung masalah, kan?" Olyn melepaskan pelukannya. Matanya masih berair. Serra menggelengkan kepalanya, sungguh pelayannya wanita yang berhati lembut. "Biar aku bawakan barang-barangmu, Nona." Olyn meraih bawaan Serra. Di ruang tamu, utusan Aldebara sudah menunggu Serra. Dia adalah Vallen, tangan kanan Aldebara. Pria yang juga dihormati di Dark Moon Pack. Bukan hanya karena ia orang kepercayaan Aldebara, tetapi juga karena ia adalah orang yang ikut menumpas bangsa penyihir 20 tahun lalu. Semua anggota keluarga McKenzie ada di ruangan itu. Steve tidak banyak bicara seperti biasanya. Dan juga tidak melakukan apapun untuk mencegah Serra keluar dari kediamannya. Steve tak tahu apa yang sudah dilakukan oleh putrinya hingga harus menjadi pelayan di kediaman Blake. Sementara tiga wanita di dekat Steve tersenyum dalam hati mereka. Sangat senang karena Serra keluar dari kediaman itu setidaknya untuk 10 tahun. Akhirnya tidak ada lagi hama di dekat mereka. Lucy sempat geram karena Serra lolos lagi dari kematian, tetapi ia cukup terhibur dengan kabar dari Vallen. Ia tentu tidak akan berhenti untuk mencelakai Serra. Lucy pasti akan menghabisi anak yang lahir dari saingan beratnya, Naveah. Terlebih Serra memiliki kemungkinan untuk menghambat jalan kedua putrinya. Penampilan Serra di pesta membuat Lucy mengingat masa mudanya. Ia menolak untuk mengakui bahwa ia kalah dari Naveah dari segi apapun, karena baginya Naveah bukan apa-apa. Naveah hanyalah shewolf yang ditampung oleh Dark Moon Pack. Ya, Naveah adalah benalu di pack mereka. Serra sampai ke ruang tamu. Ia melihat ke arah Vallen. Penampilan Vallen tidak jauh berbeda dengan Aldebara. Terkesan dingin dan kesepian. Apakah semua werewolf diwajibkan untuk terlihat dingin dan kesepian? Serra membuang pemikiran tidak penting itu. Kenapa juga dia harus repot memikirkan sesuatu yang hanya akan membuat kepalanya sakit. Lagi pula ia juga bagian dari orang dingin dan kesepian. "Nona, apakah Anda sudah siap?" Iris abu-abu Vallen mengarah pada Serra. "Ya. Aku sudah siap." "Baiklah. Saya menunggu Anda di depan. Silahkan berpamitan pada keluarga Anda." Vallen meninggalkan Serra. Keluarga? Serra melirik malas Lucy, Aleeya dan Stachie. Ia jelas tidak memiliki ikatan apapun pada tiga wanita itu. Dan ia berani bertaruh dengan seluruh kekayaannya di dunia asalnya bahwa tiga wanita serigala di depannya pasti sangat bahagia karena ia pergi. Ckck, sayang sekali. Serra tidak akan membiarkan mereka bahagia, cepat atau lambat ia pasti akan membalas yang sudah mereka lakukan pada pemilik tubuh sebelumnya. Hanya tinggal tunggu waktu saja. "Ayah, aku pergi sekarang." Serra pamit pada Steve, satu-satunya orang yang ia anggap keluarganya. Meskipun Serra tidak kenal sedikitpun dengan Steve, ia tetap menghormati Steve karena Steve ayah pemilik tubuh sebelumnya. "Jaga nama baik keluarga McKenzie di manapun kau berada." Steve mengingatkan Serra dengan raut tenang. "Aku akan mengingatnya," jawab Serra singkat. Ia tidak menyangka bahwa yang Steve pikirkan masih tetap nama baik keluarganya bukan anaknya sendiri. Bahkan pelayan seperti Olyn saja mencemaskannya. Jika saja orang tidak tahu ada ikatan darah di antara mereka maka sudah jelas tidak akan ada yang percaya bahwa pemilik tubuh sebelumnya adalah anak Steve. Kemudian Serra pergi tanpa berpamitan pada Lucy, Aleeya dan Stachie. Ia melenggang seolah bebas dari penjara. "Anak tidak tahu diri!" Lucy memaki. Darahnya mendidih karena sikap Serra. "Kenapa aku harus repot-repot membesarkan anak sialan itu!" "Aku pikir bukan kau yang membesarkannya, Lucy. Jangan bertingkah seolah kau pernah bersikap layaknya seorang ibu untuk Serra." Steve menatap Lucy dari ekor matanya lalu meninggalkan Lucy yang mengepalkan tangan tidak terima. "Ayah dan anak sama saja!" geram Lucy. "Tenanglah, Bu. Kali ini Serra tidak akan selamat. Ia masuk ke kandang serigala paling mengerikan di Dark Moon Pack." Aleeya menggenggam jemari Lucy. Raut wajah liciknya memperlihatkan senyuman bahagia. Ia yakin Serra tidak akan bertahan lama di kediaman Blake. Sudah bukan rahasia lagi jika banyak pelayan di keluarga Blake tewas karena tidak bisa melayani pemilik mansion dengan baik. "Aleeya benar, Bu. Benalu itu pasti akan lenyap dari kehidupan kita. Setelah itu Ayah dan Ibu akan kembali hangat, menjadi sepasang suami istri yang saling mencintai lagi," tambah Stachie. "Dengarkan ibu baik-baik. Jika kalian kalah dari anak sialan itu maka jangan pernah memanggilku ibu lagi!" Lucy memperingati dua putrinya tegas. Ia tidak akan mentolerir kekalahan sedikit saja. "Kami tidak akan mengecewakanmu, Bu," jawab Aleeya yakin.   ♥♥♥   Di dalam kereta kuda, Serra tengah memikirkan sesuatu yang mengganjal di otaknya. Ia kembali mengingat tentang kejadian di hutan. Bagaimana bisa ia selamat? Dan ke mana pria yang hendak membunuhnya? Serra mencoba mengingat, tetapi ia tidak menemukan apapun. Hal yang terakhi ia ingat adalah ia marah dan ingin menyelamatkan Olyn. Namun, yang terjadi malah ia tidak sadarkan diri. Apakah mungkin seseorang menyelamatkannya? Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepala Serra. Membuatnya pusing karena tidak ada satupun jawaban yang ia temukan. Sial! Kenapa dunia werewolf begitu penuh misteri. Sekarang sebuah tanda tanya besar menggantikan banyak pertanyaan lainnya. "Siapa yang mencoba untuk membunuhku?" Serra mengerutkan keningnya. Memikirkan siapa orang yang paling menginginkannya mati. Serra mengaitkan satu hal ke yang lainnya. Ia kini menemukan siapa yang berkemungkinan besar menginginkannya mati. "Lucy! Ini pasti ulah jalang sialan itu!" Berdasarkan analisis yang Serra lakukan. Hanya Lucy yang bisa dijadikan tersangka. Alih-alih memerintahkannya mengambil jahitan, Lucy telah menyiapkan pembunuh bayaran. Benar-benar wanita yang licik. Kau menginginkan nyawaku, maka aku akan mengambil nyawamu, Lucy. Serra adalah tipe wanita pengingat dan pendendam. Dua kelebihan yang sangat fatal jika digabungkan jadi satu. Tanpa Serra sadari kuda telah membawanya sampai ke kediaman Aldebara. Tidak diragukan lagi, pertanyaan dalam otaknya memang sangat banyak hingga ia tidak tahu sudah berapa waktu yang telah ia habiskan terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan itu. "Nona Serra, kita sudah sampai." Vallen memberitahu Serra. Serra tersadar. Ia membuka tirai kereta yang ia naiki, mengintip sedikit lalu keluar dari sana. Sebuah mansion mewah. Jauh lebih mewah dari kediaman McKenzie terlihat di depan Serra. Serra tidak bisa memperhitungkan seberapa kaya seorang Aldebara. "Siapa saja yang harus aku layani di kediaman ini?" tanya Serra. Matanya beralih pada Vallen. "Hanya Tuan Aldebara." "Keluarganya?" "Orangtua Tuan Aldebara sudah tiada." Cukup. Informasi itu sudah lebih cukup bagi Serra. Setidaknya untuk saat ini. Baiklah, kembali ke mansion Aldebara. Apakah tidak berlebihan jika mansion mewah layaknya istana hanya ditinggali oleh Aldebara sendirian? Bukankah itu terlalu besar? Lupakan, Serra! Itu bukan urusanmu. Serra menyela dirinya sendiri. Vallen tidak tahu apa yang Serra pikirkan saat ini. Ia mencoba menembus pikiran Serra, tetapi tidak berhasil. Ia sudah tahu ini dari Aldebara, hanya saja ia ingin mencobanya sendiri. Dan kini ia sudah membuktikannya. Bahwa ada satu orang yang bisa lolos dari mata batin Aldebara. "Ayo masuk, Nona. Aku akan memperkenalkanmu pada semua pelayan. Dan aku akan menjelaskan apa saja tugasmu," ajak Vallen. "Oh, baiklah." Serra membawa barang-barangnya. Ia mengikuti Vallen dari belakang. Terdapat 20 pelayan di kediaman Aldebara. Jumlah yang masuk akal untuk kediaman sebesar istana itu. Serra telah berkenalan dengan semua pelayan. Kini ia akan mendengarkan apa saja tugasnya dari Vallen. "Nona-" "Tolong panggil aku Serra saja. Kau membuatku pusing dengan sebutan 'nona'." Serra memotong ucapan Vallen. "Baiklah, Serra." Vallen menyesuaikan panggilannya. "Tugasmu adalah mengurusi semua tentang Tuan Aldebara; Menyiapkan makanannya; Membersihkan ruang pribadinya, ruang kerjanya; dan menyiapkan semua keperluannya." "Itu pekerjaan mudah," sahut Serra. "Baiklah. Sekarang aku akan mengantarkanmu ke kamarmu." "Hm," Serra membalas dengan dehaman. Serra memperhatikan sepanjang lorong yang ia lewati. Harus ia akui bahwa seorang Aldebara memiliki selera yang tinggi terhadap interior rumah serta perabotan tempat itu. Lukisan-lukisan yang tergantung di dinding terlihat begitu indah. Entah pelukis mana yang menuangkan perasaan mendalam ke dalam sebuah lukisan hingga menjadi karya yang memiliki makna menyentuh hati. "Ini kamarmu." Vallen membuka sebuah pintu. Serra masuk ke dalam ruangan yang akan menjadi kamarnya untuk 10 tahun ke depan. "Hari ini kau belum memiliki pekerjaan. Kau bisa berkeliling untuk menghafal ruangan di mansion ini." "Baiklah, terima kasih." Serra meletakan barangnya ke atas sofa. "Jika kau membutuhkan sesuatu minta pada Nyna." "Ya." "Aku pergi." "Hm." Vallen pergi. Serra mengamati kamarnya yang tidak seperti kamar pelayan. Ruangan yang ia tempati saat ini hampir sama dengan kamarnya di dunia asalnya. Serra melangkah menuju ke jendela. Membuka tirai, membiarkan cahaya masuk ke dalam ruangan itu. Ia tersenyum, matanya dimanjakan dengan pemandangan indah di luar jendela. Sepertinya ia akan betah tinggal di mansion itu. Serra merapikan barang-barangnya lalu keluar dari kamarnya. Ia pergi berkeliling mansion berlantai 2 itu. Dari taman, dapur, ruang tamu, ruang baca, ruang kerja, kamar Aldebara, taman, dan rumah kaca berisi banyak bunga sudah Serra datangi. Kini ia berada depan sebuah ruangan yang belum ia datangi. Tangannya menggapai kenop pintu yang terbuat dari kayu coklat mengkilap. "Apa yang kau lakukan di sana!" Suara dingin itu terdengar. Membuat Serra terkejut. "Jangan pernah berani menyentuh ruangan ini!" Tatapan mata Aldebara begitu mengerikan. Serra yang pemberani sedikit menciut karena tatapan Aldebara. Ia jarang terintimidasi oleh orang lain, tetapi Aldebara berbeda. Aldebara bahkan mampu membuatnya merasa ngeri. "Aku tidak tahu jika ada ruangan yang tidak boleh aku datangi." Serra menjawab seadanya. "Pergi dari sini!" usir Aldebara. Aldebara. Dengan tatapan seperti saat ini membuat Serra merasa bahwa ia tengah berhadapan dengan Allard. Kaki Serra otomatis mundur perlahan. Ia membalik tubuhnya dan pergi. Kau menghukumku sampai ke dunia ini, Allard. Air mata Serra jatuh tanpa ia sadari.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD