Happy Reading.
Kesya menelan ludah. Dia tadi sudah menyiapkan hati untuk menghadapi kemarahan Sean. Tetapi entah kenapa ketika dia sudah dekat dengan lelaki itu, tiba-tiba ketakutan merayapi benaknya, mengambil alih seluruh keberaniannya. Kesya mulai merasa tercekik, melirik takut-takut ke arah Sean yang menatapnya tajam seperti hendak menerkamnya hidup-hidup. Kesya meremas kedua tangannya, tidak tahu harus bersikap bagaimana dalam menghadapi amarah Sean.
"Bukankah sudah ku perintahkan supaya kau menunggu ku di rumah? Apakah kau mulai mengabaikan perkataanku Kesya?" Meskipun d**a Sean meletup-letup karena emosi, tapi dia tetap menjaga suaranya dengan nada seperti biasanya, tidak ingin membuat Kesya bertambah takut.
Kesya mendongak, sedikit ragu menatap secara langsung pada Sean.
"B-bukan seperti itu, tapi.. tapi.. aku merasa.. bosan." entah apa yang dilontarkan oleh bibir mungilnya, Kesya benar-benar tidak sabar yang hanya dipikirkannya adalah memberi jawaban meskipun terdengar asal-asalan.
Mata Sean terpaku, menatap Kesya dengan dalam hendak mencari tahu apa yang membuat perempuan itu tampak terlihat sangat mencurigakan.
"Kemarilah, mendekat padaku." Sean mengulurkan tangannya ke arah Kesya yang langsung disambut oleh perempuan itu tanpa bantahan. "Duduk di pangkuanku. Aku ingin memelukmu." sambungnya sambil menepuk-nepuk pelan kedua pahanya.
Semula Kesya hanya bergeming sambil menatap Sean, tapi tidak ingin memperpanjang permasalahan diantara mereka berdua, Kesya lalu menuruti perintah Sean dan melingkarkan sebelah tangannya di leher lelaki itu sebagai pegangan sementara tangan yang lainnya digenggam oleh Sean.
"Jangan lakukan itu lagi, oke? Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu." Sean membawa tangan Kesya ke bibirnya dan mendaratkan kecupan lembut disana.
Mendapat perlakuan yang sedemikian lembutnya dari Sean, hati Kesya mendadak berdenyut nyeri oleh rasa bersalah. Hampir saja Kesya menjatuhkan cairan panas dari sudut matanya namun dengan sigap dia menahan karena tidak ingin membuat Sean cemas. Kesya sedikit menundukkan kepalanya, memandangi wajah Sean lekat-lekat.
"Kau tidak ingin tahu kemana aku pergi dan apa alasanku melawan perintahmu?"
Sean mengulas senyum tipis, membalas tatapan Kesya lebih lekat. "Aku percaya padamu, bahkan ketika kau berbohong sekalipun aku tetap percaya."
Hati Kesya sakit melihat ketulusan Sean, lebih sakit lagi ketika dia menyadari bahwa ada banyak kebohongan yang telah dilakukannya. Tapi untuk sekarang ini, dia tidak bisa mengatakan kebenarannya. Dia tidak ingin Sean terpuruk lebih dalam lagi saat mengetahui kondisi ibunya.
"Kau membuatku tidak bisa berkata-kata lagi." Kesya langsung menundukkan kepala, dan di detik yang sama air matanya berderai.
Sean yang tidak mengerti alasan Kesya tiba-tiba menangis, seketika mengerutkan dahi. Lalu tangannya bergerak mengangkat dagu Kesya supaya dihadapkan padanya.
"Apa yang membuatmu menangis? Apa kata-kataku menyakitimu?" tambahnya sambil mengamati wajah Kesya, lalu menggulirkan ibu jarinya di pipi Kesya, menghapus air matanya.
Kesya menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku hanya terharu dengan kebaikan hatimu."
Mendengar itu, Sean tidak bisa menahan diri untuk memajukan tubuhnya ke arah Kesya lalu mencium pipinya, gemas akan tingkah perempuan itu yang tampak seperti kanak-kanak.
"Sudah, jangan menangis lagi. Kita harus segera berangkat." sambungnya kemudian.
"Kemana?" ujar Kesya bersuara serak, menatap Sean dengan bingung.
Sean mengembuskan napas kesal, setengah menggeram dengan daya ingat Kesya yang lemah.
"Aku tidak tahu dari segimana aku bisa tergila-gila padamu. Berapa kali harus ku katakan kalau hari ini kita akan pergi untuk mencoba gaun pengantinmu." jawab Sean melempar tatapan jengkel pada Kesya.
Mulut Kesya langsung terbuka lebar sementara matanya terbelalak karena terkejut.
"Astaga... aku lupa lagi. Betapa bodohnya aku ini." Kesya berujar dengan nada memelas, raut wajahnya terlihat penuh penyesalan.
Sean menyipitkan matanya, menatap Kesya dengan pandangan curiga. "Apa jangan-jangan kau memang sengaja ingin mengulur waktu supaya aku membatalkan pernikahan kita." ucapnya dengan menuduh. Senyum sinis menggulir di bibir Sean ketika menyambung kalimatnya. "Kalau kau sampai berani memikirkan hal itu, maka aku akan memperkosa@mu sampai kau hamil. Dengan begitu kau tentu tidak akan pernah bisa lari dariku." sambung Sean kemudian, nada suaranya terdengar sungguh-sungguh yang membuat punggung Kesya langsung menegang.
*****
Maria berjalan tergesa-gesa, wajahnya mengeras dipenuhi dendam dan kebencian. Kalau dia tidak bisa membalas perbuatan Kesya secara langsung tapi bukan berarti dia hanya berdiam diri seperti seorang pengecut. Satu-satunya yang bisa mengalahkan Kesya adalah dengan melenyapkan Emily. Jika perempuan tidak waras itu sudah mati maka bukan hanya Sean yang menderita tapi juga Kesya. Senyum jahat terukir di bibir Maria ketika membayangkan betapa hancurnya Kesya kalau Sean turut serta hancur. Dan kehancuran mereka akan membawa keuntungan bagi Maria sebab tidak akan ada lagi yang berani mengusiknya.
"Mohon maaf nyonya, anda tidak diperbolehkan untuk mengunjungi nyonya Emily."
Langkah Maria terhenti ketika melihat para penjaga langsung berdiri di depan pintu ruangan Emily seolah hendak menghalanginya masuk.
"Apa maksudmu! Aku ini majikan kalian dan Emily adalah saudariku. Minggir! Kalian tidak berhak menghalangi jalanku!" Maria berteriak keras, hingga suaranya memantul di udara.
"Maaf nyonya, perintah ini langsung dari nona Kesya. Silahkan pergi, kehadiran anda tidak dibutuhkan disini." sahut salah seorang penjaga dengan berani.
"Kurang ajar! Beraninya kau bersikap seolah merendahkanku!" Maria mengangkat tangan kananya hendak melayangkan tamparan keras tapi terurung seketika.
"Mohon anda tidak menimbulkan keributan disini nyonya."
Maria menoleh dengan cepat ke sumber suara, matanya menggelap ketika melihat kehadiran asisten pribadi Sean disana.
"Aku tidak memicu pertengkaran tapi para penjaga bodoh ini menghalangi jalanku!" Maria mengadukan ketidakadilanya kepada Ben, berharap mendapat pembelaan dari lelaki itu.
Ben menatap dingin pada Maria sebelum kemudian berbicara. "Mereka hanya menjalankan perintah nyonya. Anda memang tidak diperbolehkan memasuki ruangan nyonya Emily. Semua itu berdasarkan intruksi langsung dari nona Kesya."
Maria terkekeh pelan dan semakin lama kekehannya berubah menjadi tawa membahana bahkan mengguncang tubuhnya. Kesya benar-benar telah berlaku seperti seorang nyonya, perempuan itu bahkan sudah berani mengambil keputusan dengan sesukanya. Kemarahan jelas memenuhi hati Maria, Kesya harus segera disingkirkan sebelum perempuan itu menyingkirkan dirinya terlebih dulu.
"Tapi akulah majikanmu bukan Kesya. Perempuan itu hanya kekasih Sean dan mereka belum resmi menikah. Seharusnya kau menuruti perintahku bukan perintahnya!" di akhir kalimatnya Maria memberi handikan keras seperti ingin menunjukkan posisinya.
Ben mengulum senyum mencemooh, tidak tahan akan kesombongan perempuan itu.
"Anda salah nyonya. Tuan Sean dan nona Kesya sedang menyiapkan pernikahan mereka. Sebentar lagi mereka akan melangsungkan pernikahan, dan menurut tradisi keluarga Kingston, tuan Sean adalah penerus kekayaan Kingston dan secara otomatis nona Kesya akan bergelar Kingston. Anda hanya seorang istri pengganti, dan perintah yang harus dipatuhi adalah perintah nona Kesya bukan perintah anda. Saya harap anda memahami peraturan yang berlaku di keluarga Kingston nyonya. Karena secara hukum nyonya Emily pun masih menyandang status istri tuan Charles. Dan yang diketahui dunia sebagai istri tuan Charles hanya nyonya Emily bukan nyonya Maria." sambung Ben memberi balasan menohok, sengaja mengungkit masa lalu Maria hingga membuat perempuan itu seketika membeku kaku.
Hai...
Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE.
Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB.
Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya?
Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan.