“Nanti kamu akan tahu. Sekarang kamu istirahat saja,” kata Azril tersenyum. Seketika kaki Safa turun dan langsung dicegah oleh Azril. Belum juga ucapannya kering di tenggorokan. “Mau ke mana?” Safa mengembuskan napas pelan. Hanya luka kecil, tetapi Azril sudah banyak perintah yang menurutnya berlebihan. “Aku mau bebersih, Mas, seharian aku habis dari luar. Bau tahu,” ujar Safa sembari mengendus tubuhnya sendiri. Rasanya tidak betah dan ingin segera mengganti baju. “Lagipula yang luka itu pipi bukan kaki. Jadi aku masih sehat untuk berjalan.” Safa kembali mengingatkan, lalu berdiri jika dirinya mampu. Kepalanya menggeleng dan bergegas pergi sebelum ditahan oleh Azril. Keesokan harinya, Safa merasa berat meninggalkan rumah. Entah ke mana suaminya akan membawa pergi hingga tatapannya