Safa mengerjap saat sentuhan itu terasa nyata di lengannya. Matanya diberanikan terbuka dan benar nyata dan jelas adanya. “Kamu ... kamu benar Azril?” tanya Safa memastikan. Azril mengernyit bingung. “Iya, aku Azril, suamimu.” Mata Safa berkaca, tak kuasa menahan tangis hingga akhirnya langsung merengkuh tubuh kekar suaminya tanpa permisi. “Alhamdulillah kamu pulang. Maafin aku, Ril, maafin. Jangan tinggalin aku,” isak Safa mengeratkan dekapannya kuat. Pria itu heran sendiri menerima sikap Safa yang tak biasa. Pertama kalinya sang istri memeluk tanpa diminta bahkan dengan tangis yang seolah tidak ingin kehilangan. “Safa, ada apa? Kamu kenapa?” Rentetan pertanyaan tenggelam dalam benaknya. Ia baru pulang, tiba-tiba melihat Safa histeris begini. Tanpa ragu pun Azril membalas dekapan