Bukti Pengkhianatan (2)

1005 Words
'Sayang.' Itulah ID si pengirim pesan itu. Tangan Meisya semakin gemetar bahkan seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Namun rasa penasarannya menuntunnya untuk melihat pesan itu. Membuatnya memberanikan diri untuk membuka ponsel Arya dan ingin rasanya dirinya mengetahui si pengirim pesan itu. Dengan penuh keyakinan, Meisya pun membuka pesan itu. dan isi pesan itu adalah, "Sayang, kamu kenapa pulang sepagi ini? Apakah kamu sudah tidak menginginkan aku? Apakah aku kurang memuaskan kamu tadi malam? Hhmmm … Kamu jahat sekali sayang, kamu mengatakan jika istrimu tidaklah menarik sama sekali dan kamu selalu mengatakan jika aku ini jauh lebih cantik darinya dan pandai memuaskan kamu. Tapi kenapa kamu masih saja mempertahankan dia?" Deg .... Jantung Meisya berdetak dengan cepat. Seluruh tubuhnya terasa lemas semua. Hatinya terasa sangat sakit saat membaca semua chatting yang mereka ada didalam percakapan didalam ponsel itu. Meisya membacanya dari awal percakapan hingga terakhir yang di kirimkan oleh Arya dan Meisya sudah membaca semuanya, tanpa ada yang dilewatinya satu pun. Saat Meisya sudah membaca pesan yang beberapa waktu sebelumnya, disana dia membaca tentang jadwal semua kegiatan yang mereka lakukan. Dari makan di restoran mahal, biaya salon dan berlibur bersama serta membeli pakaian, tas dan sepatu serta perhiasan yang harganya sangatlah mahal. Kini Meisya mengerti, dia mengerti kenapa Arya telah berubah. Bahkan Suaminya itu telah memangkas uang belanja untuk kebutuhan rumah tangganya, dan itu semata-mata hanya untuk memanjakan selingkuhannya itu, bahkan dia tidak segan-segan membelikan apartemen mewah untuk selingkuhannya. Melihat pesan yang menunjukkan jika Arya telah memberikan apartemen mewah untuk wanita simpanannya itu. Meisya merasakan seluruh tubuhnya benar - benar tidak memiliki tenaga sedikitpun. Bahkan yang membuat Meisya lebih sedih, saat dia membaca itu semua, meisya telah dihina habis-habisan oleh suaminya sendiri dan selalu membanding-bandingkan dirinya dengan wanita yang sudah merusak rumah tangganya. Tangan Meisya semakin lemas dan tanpa terasa ponsel itu pun akhirnya terjatuh dari tangannya. Dada Meisya terasa sangat sesak dan air mata pun mulai meluncur dari sudut matanya. Meisya tidak menyangka jika suami yang dia percayai dan dia bangga-banggakan didepan semua orang. Ternyata, kini telah mengkhianatinya bahkan telah memandang rendah dirinya. "Apakah aku sehina ini dimata kamu mas! Kenapa … kenapa …! kenapa kamu mengatakan padanya jika aku ini jelek dan tidak menarik lagi?! Hiks …. Hiks … hiks …," ucap Meisya. Air matanya mengalir deras bagaikan air hujan yang turun dengan lebatnya. Meisya menatap wajah tampan Arya yang sedang memejamkan matanya. Dia tertidur dengan pulasnya dan terlihat jika dia seperti tidak memiliki kesalahan apapun kepada Meisya. Meisya tertawa sambil menangis. Dia menertawakan dirinya yang sudah bodoh selama ini. " Hahahah … Aku … aku, aku memanglah sangat bodoh! Ya aku memang bodoh! Aku percaya dengan semua ucapan kamu, kamu pernah mengatakan padaku. Jika aku ini adalah wanita paling cantik di dunia ini, bahkan kamu sengaja mengurungku seperti ini karena takut aku meninggalkan kamu. Tapi nyatanya, kamu memiliki hubungan dengan wanita lain. Bahkan kalian …, hiks … hiks ...," Meisya menghentikan ucapannya dan segera bangun dari tempat duduknya saat ini. Meisya tidak sanggup lagi membayangkan jika tadi malam suaminya telah tidur dengan wanita lain dan sudah tidak mengingatnya sama sekali. Meisya pun membawa pergi nampan berisi makanan itu dan dia pun langsung membuangnya ke tempat sampah sambil menangis. "Pembantu? Ya aku hanya seorang pembantu untuknya. Dia pikir, aku menikah dengannya hanya untuk dijadikan pembantu, dan bukan sebagai istri yang harus dia hormati, hiks … hiks … hiks, kamu memang b******k Arya! Kamu memang b******k!" Teriak Meisya sambil melempar piring itu bersama makanan yang ada di dalamnya langsung ke tempat sampah. Hatinya sangat hancur, dikala semua pengorbanan yang dia lakukan untuk Arya hanya dipandang sebelah mata. Meisya pun terus menangis dalam keheningan yang ada disekitarnya. Namun, saat dia melihat putranya yang sibuk bermain dengan mainannya, hati Meisya merasa jauh lebih sakit. Dia ingin pergi meninggalkan rumah itu sejauh-jauhnya, tapi dia tidak mungkin meninggalkan putranya sendiri, apalagi meninggalkan putranya pada wanita yang belum tentu menyayanginya bahkan di lihat dari pesan yang tadi dia baca, Meisya menangkap jika wanita itu hanya tahu berdandan dan mempercantik dirinya saja. Dia mungkin tidak akan bisa sepertinya yang mampu menangani semua urusan rumahnya dengan tangannya sendiri. Meisya langsung memeluk putranya dengan erat dan air mata pun terus mengalir hingga pendangannya terhalang oleh air mata yang memenuhi matanya saat ini. Abian yang masih sangat kecil hanya bisa menatap wajah ibunya yang sedang menangis dan dia pun ikut menangis karena Abian mengira jika ibunya menangis karena ulahnya. "Hiks … hiks … hiks, mama! Mama jangan menangis. Abi janji tidak akan nakal lagi!" Ucap Abian, dia memeluk erat ibunya dan merasa takut jika dirinya sudah membuat ibunya bersedih. Meisya mengusap lembut rambut putranya dan berusaha untuk tersenyum didepannya. "Abi, mama baik-baik saja. Abi jangan menangis ya!" Ucap Meisya dengan suara lirih. Dia harus bertahan dan tetap tersenyum walaupun sebenarnya hatinya sungguh-sungguh terasa sangatlah sakit. Jauh lebih sakit dari pada saat dia melahirkan Abian. Keduanya pun saling berpelukan dan setelah selesai. Meisya pun melepaskan pelukannya dan menyuruh Abian untuk bermain kembali. "Abi sayang, kamu main lagi ya nak! Mama mau ke kamar dulu sebentar. Abi tidak apa-apa kan, kalau mama tinggal kamu dulu disini sebentar?" Tanya Meisya. Dia menatap wajah putranya. Abian pun menganggukkan kepalanya dan dia langsung tersenyum manis kearah ibunya. "Iya ma, Abi disini saja, tapi mama … mama, akan segera kembali kesini kan?" TanyaAbian. Meisya pun menganggukkan kepalanya dan dia pun menjawabnya, "Iya! Mama hanya sebentar saja. Abi tunggulah disini, nanti mama akan segera kembali," ucap Meisya, dia pun memaksakan dirinya masih tetap tersenyum dan mengusap lembut puncak kepala putranya. Abian pun tersenyum bkwm aku dan setelah mendengar itu dari Meisya. Dia pun langsung kembali ke tempat dimana mainannya yang kini terlihat sangat berantakan. Setelah melihat putranya baik-baik saja, Meisya pun bangun dari tempat duduknya dan perlahan meninggalkan Abian yang masih asik dengan semua mainannya. Dengan berat hati, Meisya pun segera pergi meninggalkan putranya dan Meisya pun berjalan menaiki tangga dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Kamar dimana ada Arya yang saat ini masih terbaring diatas tempat tidurnya. Tempat tidur yang menjadi saksi cintanya namun kini tempat tidur itu ternodai oleh Arya yang sudah mengkhianatinya bersama dengan wanita lain dibelakangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD