Beberapa bulan berlalu.
Sudah beberapa bulan berlalu sejak inciden ketika dia, Teo menolong seorang gadis yang nyaris di lecehkan. Hari itu Teo datang ke rumah tahanan untuk mengunjungi teman lamanya yang beberapa bulan ini terlibat kasus penggelapan uang perusahaan.
Meskipun statusnya masih terduga, tapi pihak penyidik juga tetap menahannya untuk mempermudah proses penyidikan lebih lanjut guna meminimalisir kendala ketika ia harus kembali menyelidiki kasus sang terduga koruptor.
Ini sudah satu Minggu sejak pertemuannya dengan orang itu dan rencananya hari ini Teo akan kembali menemui orang itu untuk segera menyelesaikan masalah tersebut.
Hari sudah beranjak siang saat Teo sampai di rumah tahanan bersama seseorang pengacara yang sudah cukup terkenal, dan bertemu juga dengan pengacara pribadi orang itu yang tidak lain pengacara dari keluarga Evan Mehdi.
"Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang Teo? Sungguh aku tidak pernah melakukan itu, dan jikapun aku ingin melakukan itu, bukankah itu sama artinya dengan bunuh diri!" Ucap Evan yang sedari kemarin sudah menjelaskan perkara ini pada Teo dan pengacara yang Teo bawa bersamanya. "Aku punya tiga anak gadis yang harus aku jaga, dan bagaimana mungkin aku akan berbuat curang di perusahaan ku sendiri, perusahaan yang susah payah aku bangun dari sejak kita sama-sama selesai mengenyam pendidikan dulu. Bukankah ini sangat tidak masuk akal, mengingat aku adalah orang yang akan paling di rugikan dengan keadaan ini!" Jelas Evan dengan sangat masuk akal.
Evan adalah seorang direktur atau CEO di perusahaan itu. Orang yang juga bertanggung jawab terhadap para pemilik saham di perusahaan itu, dan jika Evan benar-benar melakukan penggelapan dana perusahaan, bukankah itu sangat tidak masuk akal? Untuk apa dia akan melakukan itu? Tapi entah bagaimana ini bisa terjadi, semua bukti dan transaksi gelap itu justru menjurus ke Evan sendiri, jadilah dia harus di sidang untung mempertanggung jawabkan semua itu, meski sebenarnya dia tidak pernah melakukan itu.
"Aku tau. Tapi jika semua bukti hanya memojokkan mu, bagaimana kita akan mencari bukti lain yang kiranya bisa meringankan mu!" Ucap Teo mencoba memahami apa yang sedang Evan jelaskan, dan Evan hanya bisa menggeleng sembari menjambak rambutnya sendiri. Benar, semua bukti benar-benar memberatkannya dan seperti kata pengacaranya, hal yang bisa mereka lakukan adalah mengganti semua kerugian di perusahaan itu , tapi meskipun Evan bersedia mengganti semua kerugian itu, pihak penyidik dan hukum juga akan tetap menindak lanjuti kasus Evan, namun ada kemungkinan Evan bisa terlepas dari jerat hukum kurungan penjara seumur hidup.
"Aku tidak tau lagi harus berbuat apa, Teo." Ucap Evan terlihat kacau. Tidak hanya masalah ini yang membuat Evan sekacau ini, tapi ketiga putrinya lah yang membuatnya semakin kacau. Di mana mereka sekarang, apa mereka baik-baik saja? Pikir Evan.
"Baik. Sepertinya kita tidak punya pilihan lain selain mengganti kerugian itu." Ucap Teo yang mulai mengerti apa yang sebelumnya di jelaskan oleh pengacaranya juga pengacara Evan.
"Tapi di mana aku akan mendapatkan semua itu? Bahkan jika aku mengumpulkan semua aset kekayaan yang aku miliki, itu tetap tidak akan cukup untuk mengganti semua kerugian di perusahaan itu!" Jawab Evan dengan sangat lesu.
"Berapa kekurangan yang harus kau keluarkan?" Tanya Teo setelahnya dan pengacara Evan langsung menunjukkan semua berkas dari hasil penyelidikan pihak berwajib dan nilainya sangat fantastis, dan aset kekayaan Evan tidak sampai lima puluh persen dari kerugian itu.
"Kurang lebih sekitar tiga puluh lima triliun rupiah, yang karus kita keluar kan jika ingin menutup kasus ini, sementara saat ini aset pak Evan hanya di kisaran lima belas triliun, dan untuk dua puluh triliun itu, kita akan cari dimana?" Jelas pengacara itu dan lagi-lagi Teo hanya menghela napas dalam diam, ikut memikirkan di mana dia akan mendapatkan dua puluh triliun itu, tapi tidak lama setelah itu Teo malah mengatakan,
"Baiklah. Sepertinya kita akan menyelesaikan ini dengan cara seperti yang mereka inginkan. Aku bisa membantumu. Aku akan menggenapi sisa yang harus kau bayar, dan aku harap kalian bisa mengurus semua itu secepatnya, karena setelah ini aku akan mengumpulkan sisa yang harus kita bayar pada mereka." Ucap Teo dan Evan langsung terkejut saat mendengar apa yang baru saja Teo ucapkan.
"Apa maksudmu, Teo? Itu bukan jumlah yang sedikit?" Tanya Evan yang tidak percaya saat Teo mengatakan akan menggenapi sisa yang harus dia bayar atas kerugian itu.
"Aku tau. Tapi kita tidak punya pilihan lain." Jawab Teo yang benar-benar tidak terduga. "Tenanglah. Kita akan menyelesaikan ini bersama!" Sambung Teo lagi saat menggenggam punggung tangan Evan seolah ingin meyakinkan Evan jika semua baik-baik saja. Hati Teo seketika luluh saat Evan mengeluhkan kondisi ketiga putrinya jika dia terbukti bersalah. Apa yang akan terjadi dengan mereka jika Evan tidak bisa terbebas dari semua ini, dan jujur Teo juga tidak bisa membayangkan itu, jika itu juga terjadi pada putrinya, satu-satunya putri yang Teo miliki, Luci Mervino.
Setelah dari rumah tahanan, dan membicarakan semua ini secara tertutup dengan dua orang pengacara, hari itu juga Teo mengumpulkan semua asetnya yang selama ini dia sebar di beberapa perusahaan, dan jumlahnya lebih dari cukup untuk menutup kekurangan yang harus Evan bayar, dan di hari berikutnya, Teo juga dua pengacara itu langsung menyelesaikan masalah itu secara terbuka pada pihak yang merasa di rugikan, berharap Evan akan segara di bebaskan, tapi sayang, penyelidikan tetap berlanjut sesuai ketentuan hukum yang berlaku, dan hari ini, sidang putusan dengan terdakwa Evan akan di gelar.
Hakim membaca hasil penyidik, juga tuntutan pelapor, pada pihak terdawa, beserta putusan hakim pada Evan selaku terdakwa.
"Berdasarkan undang-undang yang berlaku, saudara Evan Mehdi, di tuntut membayar denda, juga mengganti kerugian yang di akibatkan dari pelanggan yang dia buat, seperti yang telah di sepakati bersama, dan tidak hanya itu, saudara Evan Mehdi juga di jatuhkan hukuman kurungan penjara dua tahun, atas perbuatannya, menyalah gunakan jabatan untuk kepentingan pribadinya." Ucap hakim di ikuti ketukan palu sebanyak tiga kali dan itu adalah hasil akhir dari proses peradilan dengan terdawa Evan Mehdi.
Ini adalah kali ke tujuh sidang itu di gelar, setelah dua kali mengajukan banding karena sebelumnya Evan di vonis hukuman mati atau kurungan penjara seumur hidup, dan Teo berhasil menyelesaikan masalah ini setelah membayar denda dan kerugian perusahaan itu namun putusan hakim tetap menjatuhkan hukuman pada terdakwa Evan dua tahun kurungan memang tidak bisa di ganggu gugat lagi, dan mau tidak mau Evan harus menerima itu.
Setelah sidang itu selesai, Evan benar-benar harus menyelesaikan sisa tahanannya secara lapang d**a, dan hari itu, Teo kembali mengunjungi Evan satu Minggu setelah sidak terakhirnya.
"Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah lebih baik sekarang?" Sapa Teo saat memeluk punggung Evan dengan pakaian orange dengan tulisan tahanan di punggungnya.
"Ya. Aku akan merasa lebih baik lagi jika sudah kembali berkumpul dengan anak-anak ku!" Jawab Evan yang tetap merasa gelisah saat mengingat kini anak-anaknya tidak tinggal bersama. Kayla dan Fera memutuskan tinggal sendiri-sendiri, sementara untuk Galuh, Evan tau jika sekarang Galuh tinggal di rumah bibik, asisten rumah tangga mereka dulu.
"Bersabarlah. Tidak lama lagi kau juga akan kembali berkumpul bersama mereka!" Jawab Teo mengingat jika Evan hanya perlu menyelesaikan sisa tahanannya yang tinggal tiga belas bulan lagi.
"Ya. Aku tau. Dan aku sudah tidak sabar lagi untuk keluar dari tempat terkutuk ini." Ucap Evan menyandarkan punggungnya dengan sedikit membagi senyum pada laki-laki dengan rambut yang hampir terlihat putih semua. " Lalu Bagaimana dengan mu?" Tanya Evan setelahnya yang justru terdengar ambigu di telinga Teo.
"Bagaimana dengan ku?" Kutip Teo tidak mengerti dengan pertanyaan sahabatnya itu. "Apa maksudmu? Aku masih bisa menemui mu, dan itu artinya aku masih baik-baik saja." Ucap Teo setelah itu, dan Evan terlihat sedikit terkekeh karena ternyata laki-laki yang terlihat masih tampan di usia lima puluhan tahun itu benar-benar tidak memikirkan bagaimana dia harus melewati masa tua sendirian tanpa seorang istri atau anak yang mendampinginya di hari tua.
"Aku tau Elsa sudah lama meninggal dan kau sudah sangat lama menduda. Dan aku juga tau Putri cantikmu yang dulu sudah menikah dan pastinya tinggal di rumah suaminya. Lalu sekarang dengan siapa kau menjalani hidup? Apa kau cukup puas hanya ditemani oleh seorang asisten rumah tangga? Oh Teo Mervino, kau tidak bisa menyiksa dirimu dengan tidak menikah lagi. Bagaimanapun kau juga berhak mendapatkan hari tua yang bahagia setelah begitu banyak kebaikan yang pernah kau lakukan di masa hidup mu." Ucap Evan setelahnya dan kali ini Teo Mervino yang justru terkekeh sembari menghela napas.
"Rasa ingin sudah pasti ada, Van. Tapi , apa kau pikir masih ada wanita yang mau menikah dengan laki-laki tua seperti ku ini?" Jawab Teo saat mengingat jika sekarang dia sudah tidak lagi muda.
"Oh. Emang wanita seperti apa yang kau ingin nikahi? Jangan terlalu selektif lah. Jika kau sedikit membuka hati, ku yakin ada banyak wanita yang bersedia menjadi istrimu!" Balas Evan sedikit terkekeh sambil bergurau.
"Buktinya , sampai sekarang aku tidak mendapatkannya, padahal aku juga tidak begitu selektif seperti yang kau ucapkan!" Balas Teo lagi.
"Mantapkan saja niatmu untuk menikah lagi. Aku yakin pasti akan ada jalan kau bertemu jodohmu lagi!" Ucap Evan lagi dan Teo hanya kembali menggeleng tapi juga mengganggu.
"Kau tahu, Van! Aku juga memimpikan sosok ratu di rumahku, tapi ya begitulah, sampai saat ini, ratu itu, jodoh itu juga tidak kunjung datang!" Balas Teo sambil terkekeh pula dan kali ini Evan balas dengan tersenyum.
"Kau hanya tidak ingin membuka hatimu lebih lebar untuk yang namanya wanita, Teo!" Sarkas Evan menyindir sikap dingin Teo terhadap sosok wanita, tapi Teo hanya kembali menghela napas. "Aku percaya padamu. Sangat percaya. Aku percaya, siapapun wanita yang beruntung berjodoh denganmu, dia akan mendapatkan kebahagiaan yang sempurna karena kau tipe laki-laki yang tahu cara membuat seorang wanita merasa sangat istimewa dan berharga." Balas Evan saat mengingat bagaimana Teo memperlakukan mendiang istrinya dulu.