Bunga mawar yang tertata dalam vas pinggir jendela. Dipandangi sepanjang malam oleh Shina sembari tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. Entah kenapa dia sesenang itu, mungkin karena ini adalah pertama kalinya Shina mendapat bunga dari seorang pria. Entah karena pemberi bunga ini adalah Zul, suaminya. “Kenapa kau datang sendiri tanpa pemilikmu? Apa kau dibuang olehnya agar kupungut? Seharusnya dia langsung menemuiku di sini jika memang dia memberi bunga karena perhatian padaku!” gerutu Shina di depan bunga. Tapi meski dia memikirkan Zul, tetap saja Shina sangat anti untuk menghubunginya terlebih dulu. ‘Drrrrt ... drrrrt ....’ Kali ini getar ponselnya agak panjang, Shina antusias melihat gawainya itu. Tapi sayang, orang yang meneleponnya kali ini ternyata bukan orang yang ia hara