Jam 7 pagi, Sasa terpaksa keluar hanya untuk membelikan Nanda stok pembalut. Gadis itu berhalangan dan malah tidak punya stok untuk ia gunakan. Seandainya saja Nanda tak memohon-mohon, mana mau Sasa membelikan roti tawar itu untuk Nanda. Malas. Tapi baru menuju lift, Sasa mendapati Rafa yang ternyata baru pulang. Sasa tersenyum melihat suaminya. Tapi belum juga mengeluarkan suara, Rafa langsung menerjangnya dengan pelukan erat. “Kangen, Sayang,” bisik Rafa lirih. Sasa terkekeh pelan. “Me too. Tapi kamu duluan aja ya ke apartnya. Aku mau beliin Nanda sesuatu dulu di minimarket bawah.” “Aku temenin aja—“ “Gak usah, Sayang. Kamu pulang aja duluan sana. Nanti aku nyusul, hm?” Karena mendengar kata ‘sayang,’ Rafa akhirnya mengalah. Ia mengecup kening Sasa sekilas kemudian menuju u