Harus Berbaik Hati

998 Words
“Maafkan kami, Veronica. Kami telah menilai buruk dirimu selama ini,” ucap Agnes penuh penyesalan. Medina, yang sebelumnya merendahkan dan memperlakukannya dengan buruk, kini menatapnya dengan mata penuh penyesalan. “Aku menyadari betapa salahnya aku telah memperlakukanmu, betapa aku telah menyia-nyiakan seorang putri yang begitu berharga,” ucapnya dengan lirih. Orang-orang yang dulu mengejek dan mencemoohinya, sekarang mengangkat kepalanya dengan malu. Namun, Veronica hanya menatap datar wajah Agnes yang tampak menyesal karena telah memperlakukan buruk Veronica selama ini. “Kalian menyadari semuanya karena aku seorang putri kaya raya, kan?” ucap Veronica penuh dengan ketegasan. Medina kembali terdiam mendengar ucapan Veronica tadi. Pun dengan Brandon yang duduk di antara mereka dengan tatapan yang penuh penyesalan. Dia menyadari betapa besar kesalahannya, meninggalkan cinta sejati yang selama ini bersamanya. “Brandon. Jangan diam saja. Kenapa kau ini?” ucap Agnes mulai kesal pada adiknya yang sedari tadi memilih untuk diam. “Apa yang harus aku katakan, Agnes? Bahkan aku pun baru tahu kalau Veronica anak tunggal pemilik hotel mewah ini,” ujarnya membela diri. Agnes mendengkus kasar. Ia lalu melipat tangannya sembari menatap Samara yang berdiri hendak memberikan pengumuman. "Para tamu yang terhormat, kita lanjutkan lagi pengumuman ini," ucapnya dengan suara yang jelas terdengar di ruangan yang gemerlap. Semua mata tertuju pada Samara, penuh dengan keingintahuan dan antisipasi. Mereka tahu bahwa ada sesuatu yang spesial yang akan diumumkan. Dengan penuh keanggunan, Samara melanjutkan, "Saya dengan bangga ingin mengumumkan kepada Anda semua bahwa putri saya, Veronica, adalah pewaris tunggal dari hotel mewah ini. So! Yang ingin menanyakan langsung tentang bisnis, kerja sama dan lainnya langsung saja menghubungi anak saya, Veronica!” Suaranya terdengar jelas di antara keramaian. Terdengar gemuruh riuh rendah di antara para tamu yang tercengang. Tepuk tangan pun menggema di dalam ruangan yang luas itu. Di antara sorak sorai dan ucapan selamat, Veronica merasa sebuah beban telah terangkat dari pundaknya. “Selamat, Veronica. Kau telah menjadi bagian dari hotel ini. Kami menyambutmu dengan senang hati dan sukacita. Selamat bekerja dan semoga sukses, seperti ibumu!” Di tengah sorak sorai dan kekaguman, sebuah momen hening menyelinap ke dalam ruangan yang gemerlap. Semua mata tertuju pada Samara yang berdiri dengan anggun di samping putrinya yang baru saja diumumkan sebagai pewaris tunggal dari hotel mewah. Namun, di sudut ruangan, terlihat Medina yang menatap Veronica dengan tatapan penuh penyesalan dan keputusasaan. Dengan langkah gemetar dan hati yang bergetar, Medina kembali melangkah maju, menunduk rendah di hadapan Veronica. Dengan suara gemetar dan mata yang berkaca-kaca, dia mulai berbicara. "Veronica, aku memohon padamu, dengan segala kerendahan hati yang aku punya, maafkanlah aku dan berikanlah kesempatan kedua pada Brandon, anakku. Aku tahu kami telah melakukan kesalahan besar kepadamu, tapi tolong, janganlah biarkan masa lalu menghalangi masa depan kalian yang lebih baik." Suasana ruangan menjadi terdiam. Para tamu tercengang oleh tindakan yang tak terduga ini. Mereka menyaksikan bagaimana seorang Medina yang dulunya angkuh dan sombong, kini tunduk di hadapan Veronica dengan rasa penyesalan yang mendalam. Veronica yang merasakan getaran emosi yang kompleks, mengangkat tangannya, mencoba menenangkan hati yang terombang-ambing di antara belas kasih dan kebencian. Dia melihat ke arah mantan mertuanya dengan pandangan penuh pengertian. "Dalam hidup ini, kita semua pernah melakukan kesalahan," ucap Veronica dengan suara lembut namun tegas. "Aku memaafkanmu, bukan karena aku lupa akan segala penderitaan yang kau sebabkan, tapi karena aku ingin melangkah maju dengan damai dalam hidupku,” ucapnya lalu meninggalkan wanita angkuh itu. Medina menatap punggung Veronica dengan mata berkaca-kaca, penuh penyesalan dalam dirinya. “Oh! Aku tidak tahu lagi harus bagaimana,” ucapnya lirih. “Waktunya pesta!” ucap sang pembawa acara. Dengan langkah tegar dan hati yang penuh dengan keberanian, Veronica bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia akan membuktikan bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada kekayaan materi, tetapi juga dalam keberanian untuk bangkit dari penderitaan dan mengubahnya menjadi kekuatan. Mereka yang meremehkan dan menyakitinya akan melihat bahwa Veronica bukanlah wanita yang bisa diinjak-injak begitu saja. Dalam diamnya, Veronica bersiap untuk menuliskan babak baru dalam cerita hidupnya, sebuah babak yang dipenuhi dengan kebangkitan, keberanian, dan pembuktian diri yang tak terbantahkan. ** Setelah kejadian yang mengguncangkan di pesta dansa, keluarga Brandon berkumpul dalam pertemuan yang penuh kebingungan dan keheranan. Mereka duduk di sekitar meja panjang dengan ekspresi wajah yang penuh tanda tanya, bertanya-tanya mengapa mereka tidak pernah mengetahui kebenaran tentang Veronica selama ini. "Bagaimana mungkin kita tidak tahu?" desisnya dengan suara penuh kebingungan. "Bagaimana mungkin kita tidak menyadari bahwa Veronica sebenarnya adalah bagian dari keluarga yang begitu berpengaruh dan kaya raya?" Pertanyaan yang sama juga bergema di antara anggota keluarga yang lain. Mereka terkejut oleh kenyataan bahwa mereka telah hidup dalam kebohongan selama ini, bahwa Veronica sebenarnya tidak pernah seperti yang mereka kira. “Bahkan Brandon saja tidak menyadari itu, Ibu. Apalagi kita?” ucap Agnes kemudian menghela napasnya. Mereka kini tengah merenungkan tindakan dan kata-kata mereka yang mungkin telah melukai hati Veronica tanpa mereka sadari. “Bukan hanya sekali, tapi setiap hari. Ingat itu, Agnes!” ucap Brandon tegas. Agnes melirik Brandon. “Dia benar-benar menakjubkan di malam ini. Dia sangat berani dan tegas. Sangat berbeda saat masih jadi bagian dari keluarga kita.” “Karena dia putri bangsawan, kau tahu!” sengal Medina kesal. Mereka sangat terpesona oleh keberanian dan ketegasan Veronica di pesta tadi. Mereka menyadari bahwa Veronica bukanlah wanita yang bisa diremehkan begitu saja, bahwa di balik penampilannya yang sederhana, ada kekuatan dan keberanian yang luar biasa. Dalam keheningan yang memikat, keluarga Brandon bersumpah untuk menemui Veronica dan meminta maaf atas segala ketidakadilan yang pernah mereka lakukan padanya. “Kita harus datang menemuinya dan meminta dengan tulus. Kita tidak boleh membiarkan Veronica jadi asing dalam keluarga ini,” ucap Medina. “Kita harus berbaik hati dan merendah di depannya. Dia sangat berharga, ingat itu!” lanjut Medina penuh dengan tekad. “Aku sangat yakin dalam hati Veronica masih terselip sedikit cinta pada Brandon. Itu artinya, Brandon yang harus bekerja keras meluluhkan hati Veronica lagi,” ucap Agnes seraya menatap adiknya itu dengan tajam. “Apa yang harus aku lakukan, Agnes?” tanya Brandon dengan lemas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD