2. Ocean Wiliam

1307 Words
Namanya Ocean Wiliam, bukan turunan anak sultan, lulusan SMP saking kurangnya uang. Dia adalah anak ke delapan dari delapan bersaudara, itu dilihat dari garis keturunan ayahnya. Sementara kalau ditengok dari garis keturunan ibunya, Sean merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Ngomong-ngomong, ibunya punya tiga. Ayahnya adalah pria tukang kawin, alias gemar menikah dan memproduksi anak. Sekarang sudah meninggal dunia. Otomatis harta warisan ayahnya tidak cukup untuk dibagikan ke ahli waris yang segitu banyaknya, sementara harta beliau tidak seberapa. Jadi singkatnya, Sean miskin. Sejak lulus SMP sering cari-cari kerja, tapi selalu saja ada yang membuatnya tidak diterima. Terakhir kali kerja adalah sebagai tukang kebun 'ganteng' tentu saja, tapi dia kurang beruntung karena tidak bertemu dengan orang-orang dari pihak agensi atau CEO majalah, maka nasibnya tidak semulus Oh Sehun si kembaran yang berada di Korea Selatan. Oh, iya, Sean percaya setiap orang memiliki tujuh kembaran di dunia. Yang Sean temukan salah satunya adalah Oh Sehun si suami online anak majikannya. Rahi itu fangirl garis keras, wajar kalau Sean sebagai pengawal pun tahu salah satu idola anak majikannya. “Om, berdiri yang bener dong! Agak condong ke depan sedikit,” omel Rahi. Sean lupa, sekarang dia sedang melakukan kegiatan rutinnya bersama Rahi dan laptop gadis itu yang menyala. “Udah tahu tinggi, malah berdiri tegak, gimana aku bisa cium coba!” Rahi misuh. Oke. Jangan salah paham dulu, Sean hanya sedang memeragakan salah satu tokoh utama di novel karangan Rahi yang berjudul I'm Not Old, I'm an Adult. Dan masalahnya adalah Rahi yang kerdil, belum tumbuh, sementara Sean menjulang. Katanya ada adegan ciuman, tapi si cewek yang mulai biar lebih agresif. Lalu masalah lainnya, Rahi jinjit saja bibir Sean tidak tercapai. “Nah, iya, bungkuk dikit.” Kemudian Rahi meletakkan tangannya di pundak Sean sambil berpikir. Posisi mereka berdiri berhadapan di dalam kamar Rahi, jaraknya hanya beberapa jengkal, dan Sean sudah condong dengan wajah datarnya. Persis orang mau ciuman. “Posisi enaknya gimana, ya?” gumam Rahi, dia belum menemukan ketepatan imajinasinya. Sean sih diam saja. Dia benar-benar seperti robot. “Nanti kan si cowok berdiri kayak gini, terus si cewek jinjit, mendongak, kepalanya miring kanan apa kiri ya yang bagus buat ciuman?” “Ada baiknya adegan ini dihilangkan,” komentar Sean. Rahi berdecak. “Om diem aja, deh! Ini kan cerita dewasa.” Rahi pikir usia Sean berapa? Dan usianya sendiri berapa? Bahas tentang 'dewasa' tentu Sean jauh lebih di atasnya. “Rahi!” Itu panggilan dari luar, tentu saja maminya. “Iya, Mi?” sahutnya sambil membebaskan Sean, lalu mensleepkan laptopnya setelah sebelumnya menyimpan draft karangan. “Ayo makan dulu, Mami udah buatin ayam crispy saos keju buat kamu! Kejunya juga impor dari Swiss.” “Oke, Mi!” balas Rahi seraya keluar dari kamar dan dibuntuti Sean, tentu saja. Melihat itu, terkadang maminya Rahi memandang Sean judes, atau memang tampangnya begitu. Yang jelas, seperti tidak suka kepada Sean. Sementara Rahi makan, Sean pamit ke luar. Dia ini memang pengawal, tapi karena princessnya Samudra Aliando Martapatih memintanya untuk jadi teman tukar pikiran, membuat Sean sering ada di sekitar Rahi bahkan di kamar gadis itu. Sejauh ini belum ada yang menegur Rahi atau memarahinya karena memasukkan Sean ke kamar. Di mansion mewah ini, Rahi seperti pemegang kendali, makanya dia nakal. Tetapi orang tua Rahi selalu menimangnya. Lalu urusan novel dewasa, keluarga Martapatih tidak ada yang tahu, tahunya hanya sebatas anak bungsu Samudra itu seorang penulis. Makanya, Rahi lebih nyaman dengan Sean yang sudah tahu baik buruknya dia secara luar dalam. “Om Sean, nih makan!” Bagusnya Rahi, dia itu barahan. Kata 'barahan' sama dengan bageur yang mana adalah bahasa Sunda dan artinya tidak pelit. “Saya nggak suka keju.” Rahi mengerling. “Orang miskin emang beda.” Buruknya Rahi, dia itu songong dan asal lontar saja mulutnya. Untung Sean kebal, dia tidak memasukkannya ke hati. Hanya tersenyum formal saja. Dibilang Sean ini sangat, sangat, sangat profesional. “Terus Om sukanya apa?” “Kamu—” “Iya, aku tahu! Cewek cantik kan banyak yang suka,” pangkas Rahi sambil duduk di bangku sebelah Sean. Dia meletakkan piringnya di meja kecil. Sean memilih diam, mengurangi obrolannya dengan Rahi semaksimal mungkin. Dia tidak akan mengklarifikasi kesalahan Rahi yang asal ngomong saja memotong kalimatnya. “Om gak lapar?” “Saya sudah makan.” “Kapan? Perasaan dari tadi kita belajar ciuman.” Tenang, Sean sabar kok. Dia tidak menyahutinya lagi. Sean akan berbicara jika menurutnya dia perlu bicara. Lalu mereka saling diam-diaman. “Gue nggak mau putus!” Karena Sean dan Rahi memiliki fokus yang sama dan menarik perhatian. “Gak mau tahu, kita tetep udahan.” Di depan pagar rumah ada dua human yang sedang main drama. “Jefri, lo gak bisa gitu! Apa salah gue? Kita bahkan baru pacaran tiga hari, kenapa lo minta putus gitu aja?!” “Lo ngupil depan gue.” Rahi meringis, obrolan kakaknya dengan cewek entah siapa namanya itu sampai jelas didengar. “Itu kan gak sengaja!” Lalu Jefri mengangkat tangannya di udara sambil kemudian berlalu memasuki rumah dan meninggalkan mantan pacarnya. Sean menguap. “Om ngantuk, ya?” Sean mengangguk. “Tapi saya harus jagain kamu.” “Cie ... dijagain, romantis banget sih.” Rahi bergurau. Sekalipun Rahi terkikik, Sean tetap lurus ekspresinya. “Aku gak mau ke mana-mana lagi kok, tidur aja sana!” Sean menggeleng. “Saya gak mau makan gaji buta.” Jadi, tugas Sean mengawal Rahi adalah dua belas jam kotor, bersihnya entah berapa, yang jelas kalau Rahi tidur baru Sean bisa tidur. Mungkin dari sana lah asal-usul kenapa Samudra menggajinya tinggi. “Aku mau jahilin Bang Jefri kok.” Sambil berdiri dan melenggang membawa piringnya. Sean menguap sekali lagi. Cewek yang di depan gerbang tadi sudah pergi. Kemudian Sean memejamkan matanya, dia bahkan bisa tidur dengan posisi duduk tegak. *** “Yang tadi itu pacarnya ya, Bang?” Jefri membuka satu per satu kancing bajunya, membuat Rahi secara terang-terangan menatap tubuhnya. Lumayan, buat imajinasi tokoh utama nanti di cerita berikutnya. “Udah jadi mantan kok.” Rahi mengangguk. Dia merebahkan tubuhnya di kasur Bang Jef. Sedikit informasi tentang anak sulung Samudra Aliando Martapatih, yaitu Jefri. Dia adalah playboy garis keras. Pekerjaannya belum jelas, masih jadi poljar di sebuah polsek. Setahu Rahi, Jefri sering mendatangkan polwan ke rumahnya seperti tadi dan tragedinya selalu sama. Rata-rata polisi wanita di polsek itu berstatus sebagai mantan Jefri kecuali yang sudah bersuami, tentu tidak. Jefri juga pilih-pilih jadi playboy. Paling lama pacaran itu tiga bulan putus nyambung, normalnya satu minggu, paling sebentar satu jam. Beda sama Rahi yang belum pernah pacaran, jomblo sejati alias jomblo sejak dini, tapi imajinasinya luar biasa sekali. “Terus kapan Bang Jef mau pacaran lagi? Kalo bisa nyari ceweknya jangan modal tampang doang, tapi harus yang suka sedekah, contohnya bawain makanan gitu buat aku.” “Ini baru mau nembak lagi,” sahut Jefri sambil menyalakan ponselnya. Mencari nama kontak cewek yang belum dia pacari. Rahi tengkurap. “Jangan kalah sama Bang Seril dong, dia mantannya udah mau nyaingi Papa loh.” Sudah dibilang Rahi itu anak bungsu dan putri semata wayangnya Samudra, maka ada anak kedua yang kemarin masih disamarkan yaitu Khairu Seril Martapatih. Jefri terkekeh. “Tenang, masih banyak cewek di dunia, yang di Pulau Bali aja belum Abang pacarin.” Rahi tertawa. Eh, dia jadi ingat sesuatu. “Bang, cariin jodoh buat Om Sean, gih! Kasian dia udah tua tapi masih single.” “Yang bikin dia single siapa coba? Ngaca dong, tiap Om Sean pacaran kan kamu yang bikin mereka putus di tengah jalan.” Rahi cengengesan. “Oh, iya, ya.” Lalu ponsel Rahi berdering. Sementara Jefri sibuk, Rahi mengangkat teleponnya. Dari Misa. “Inget, Ra, dua jam lagi Baekhyun come back!” “Uh, siap!” “Astaga, astaga, astaga! Teasernya aja udah bikin rahim gue bergetar, apalagi nanti MV-nya!” Rahi ikut jejeritan. Dia meremas seprai dan mengabaikan abangnya yang memerhatikan. “Sama! Rahim gue bahkan anget gitu lihat Baekhyun geleng-geleng kepala sambil nyanyi, duh. Suaranya emas banget! Gak nahan gue, apalagi kekuatan master eyelinernya itu. Omaygat!” Jefri meringis, adiknya sedang gigit bantal. Ingatkan dia untuk mengganti sarung bantalnya nanti. “Pokoknya inget dua jam kurang empat puluh lima menit lagi, pantengin yutub!” “Iya, siap!” “Ya udah, entar gue telepon lagi. Oh, iya, ini gue ada foto Baekhyun terupdate. Udah gue kirimin, tinggal dicek aja.” Panggilan pun berakhir. Rahi meraung saat melihat foto-foto ganteng Baekhyun, idola keempatnya setelah Kai, Chanyeol, dan Sehun menduduki urutan ke satu. “Ya Allah, selingkuhan makin ganteng aja ngalahin mantan.” Benar-benar ngeri, Jefri menatap horor Rahi. Adiknya sedang kumat. Tapi bagi Rahi, bahagia itu sederhana, cukup dengan kamu mempunyai teman fangirl. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD