“Girls, acara natrep udah ditentuin siapa yang bakal datang ke negara kita. Lo jadi mau datangin mereka kan, Ra?”
Rahi langsung duduk di kasurnya. Dia memegangi ponsel dan bicara antusias perihal kedatangan Triple Kim, alias jajaran mantannya yaitu Kai, Chen, dan Suho EXO. Misa meneleponnya hanya untuk kabar itu.
“Jadi dong, gue udah ngeborong produk itu masa iya gak jadi ketemu mereka? Kapan lagi coba!”
Di seberang sana Misa terkekeh. “Oke deh, gue langsung tunggu di TKP aja ya entar.”
“Iya, siap.”
“Eh, tapi Ra … lo diizinin gitu?”
Seketika Rahi tercenung. Bicara tentang izin ketemu bias, pasti papanya tidak mengizinkan. Kalau kabur diam-diam, alasan apa yang bisa dia pakai? Dia tidak bisa mengatasnamakan Om Sean lagi untuk bepergian. Kacau. Kalau kayak gini, diramal rencana Rahi bertemu Kim serangkai akan gagal total.
“Ra—” Bertepatan dengan hadirnya sosok Sean di kamar, untuk itu Rahi putuskan panggilannya. Dia simpan kembali ponselnya di nakas.
“Mau sampai kapan kamu main drama dan melibatkan saya?” cetus Sean. Rahi tidak merespons. Sean mendekat, dia berdiri di depan Rahi yang duduk sila di ranjang. “Oke lah, saya fine-fine aja. Toh, sebentar lagi bangkai yang kamu sembunyikan akan terdeteksi keberadaannya.”
“Ya elah, sok novelis banget sih Om ngomongnya,” celetuk Rahi kurang ajar.
Sean tersenyum lebar. “Kamu siap-siap aja ketahuan belangnya. Dokter sedang perjalanan ke sini, begitu kamu diperiksa, kebenaran akan terungkap.”
Rahi mendengarkan dengan baik, tapi otaknya tidak hanya bekerja pada satu topik. Isi kepala Rahi sudah terangkai banyak rencana jitu demi kelangsungan kesenangannya sendiri dengan apik.
“Saat itu terjadi, saya pastikan pernikahan ini gagal. Tidak ada alasan untuk saya ketemu kamu, begitupun sebaliknya. Masalah saya dan kamu … selesai.”
Tepat sekali. Otak cerdas Rahi menemukan pencerahan. “Om yakin?”
Detik di mana Sean mengangguk. “Kamu denger? Kayaknya dokter udah nyampe.”
Sean yang tersenyum miring saat mendengar obrolan di luar diiringi derap langkah banyak orang mendekat. Sean yakin, Rahi pasti akan habis setelah ini karena sudah berbohong kejauhan. Sangat yakin, Rahi yang ketahuan julidnya itu akan mendapatkan hukuman berlapis.
Saat di mana Sean menyeringai puas akan pemikirannya, saat itu juga Rahi bentindak. Sean tersentak. Kemeja yang Sean kenakan Rahi tarik dengan kuat bagian kerahnya, secepat kilat sampai posisi Sean tergambar sedang mengenakan Rahi yang berada di bawahnya.
Belum cukup sampai di situ, Rahi dorong paksa tengkuk Sean agar bibir itu membentur bibirnya, yang membuat mata Sean membola adalah tangan kanan Rahi yang berani menempatkan telapak tangan Sean di atas dadanya sendiri.
Rahi itu ular, cepat berkelit dan melajunya beda dengan Sean yang terlalu santai dan lambat responsnya. Sean perlu terkejut dulu, sedangkan Rahi sudah luwar-leyor menyerangnya.
Seketika menyihir tiap insan yang datang. Dokter, orang tua Rahi, bahkan ibunya Sean sampai lemas berdiri menyaksikan adegan yang sangat astagfirullah ini.
“Ugh … Om, cukup,” cicit Rahi yang menyadarkan seluruhnya.
“SAYA GAK MAU TAU, PERNIKAHAN ITU HARUS DIPERCEPAT!” Yang semula menolak keberlangsungan antara Sean dan Rahi, kini justru Irina yang berkata demikian, menuntut agar kenakalan mereka cepat-cepat dilegalkan. Irina tidak tahan.
Teriakan itu sukses menyentak Sean dari peristiwa saat ini, dia langsung berdiri, kaku sendiri. Kemalangan yang hakiki bagi Ocean Wiliam, nyatanya dia dikalahkan lagi.
Rahi duduk menunduk, dia keluarkan air mata buaya. Hell, Rahi memang ular sekali. Dia akui itu.
“Om Sean … d-dia selalu begitu.” Seolah Rahi lah korbannya. Sean menoleh tidak terima, apalagi saat sekilas tatapannya bersirobok dengan sang ibu yang kecewa. Ya Tuhan!
“Saya nggak gitu. Dok, cepat periksa kandungan cewek ini. Biar semuanya jelas kalau ini akal-akalan Rahi aja.” Sean sedang membela diri, dia sampai menarik tangan dokter itu agar segera memeriksa Rahi.
Tapi dipikir-pikir, kayaknya 32D atau 34D deh tadi yang Sean pegang. Untuk anak SMA lumayan juga. Ah, bisalah lebih lagi ukurannya kalau rajin Sean anukan. Eh? Astagfirullah! Konslet dadakan. Sumpah. Gak tahan Sean. Mimpi apa dia sampai terjebak di lubang ular betina macam Rahi?
Hanya saja: demi mendatangi acara fansign idolanya, Rahi buat isak tangisnya jadi makin terkesan menderita.
“Persetan!” Samudra geram lebih dulu bahkan sebelum dokter mengambil tindakan medisnya. “Pernikahan itu harus tetep dijalankan!”
Irina menggenggam tangan ibunya Sean sampai wanita tua itu tersentak, lemah jantung dia lama-lama diberi serangan kejut seharian ini.
“Bu, saya perempuan, Ibu juga perempuan. Lihat anak saya tadi diapakan oleh anak lelaki Ibu, kan? Seandainya Ibu punya anak gadis dan diseperti itukan oleh pria, gimana perasaan Ibu sebagai perempuan sekaligus sebagai ibunya?”
Irina menangis. Hal yang lambat laun membuat hati Rahi meringis. Tapi, sisi sadis dan nakalnya Rahi meratui. Kenakalan Rahi bermula pada over protektifnya sang ayah, kekangan itu malah membuat Rahi berontak dan semakin melunjak. Kalau kata orang Sundanya mah Rahi itu salah kaheman.
“Sean,” lirih sang ibu. Ibunya adalah kelemahan Sean. Cowok sebening serpihan batu es itu menghela napas berat. “Oke. Besok Sean ajak Rahi beli cincin nikah.”
Opera sabun itu pun dijuarai oleh Rahi. Yuhu! Jadi punya peluang untuk ketemu tiga cowok idaman. Sorak sorai batin Rahi girang. Dosa besar yang Rahi lakukan, entah sadar atau tidak, belum saja ditampol karma. Yang namanya Rahi Dinata Martapatih, baginya kesenangan itu nomor satu, sementara penyesalan tentu urusannya belakangan.
Ya, lihat saja nanti.
***
Ujian Nasional Rahi sekitar satu minggu lagi, sedangkan acara fansign itu tiga hari sebelum nikah, tepat ketika satu hari setelah UN dan merupakan jadwalnya Rahi pilih-pilih baju pengantin. Bisa lah ya …
Rahi : Maaf ya, Om. Kena lagi hihi
Pesan singkat yang Rahi kirimkan kepada Sean. Tentu tidak dibalas, dibaca saja tidak. Itulah Sean.
Rahi : Gini aja deh, Om. Aku butuh Om Sean buat beberapa hal, jadi oke lah pernikahan itu mulai bisa aku terima.
Lagi, tidak dibalas. Kemajuannya sekarang dibaca, ada centang biru di sana. Kalian jangan sibuk menebak aplikasi chatnya, ya!
Rahi : Simbiosis mutualisme ajalah, Om. Ya ... daripada kencan buta melulu gak ada yang jadi, mending langsung aja udah sama aku. Iya, kan? Gak masalah deh manfaatin aku buat nutupin status bujang lapukmu Kangmas. Hahaha!
Rahi : Aku bukan koran, jangan cuma di read doang.
Sean : Y
Rahi berdecak. Dasar manusia goa, balok es, pentol bakso, hih … ngeselin!
Rahi : Besok otw jam berapa?
Sean : Trsrh
Rahi : Ya udah, jam 2 siangan aja, ya!
Sean : Y
Rahi mendengkus membaca balasan dari Sean. Itu orang keyboard HP-nya huruf konsonan semua kah?
Rahi : Om marah sama aku?
Rahi : Harusnya kan aku yang marah, ciuman pertama aku ilang sama Om.
Lagi, tidak dibalas. Rahi dongkol sendiri. Eh, tapi kenapa dia dongkol? Pengin banget nih chattingan sama Om Sean?
Rahi : Om lagi apa, sih?!
Melirik jam dinding yang rupanya pukul 22:00, tapi Rahi belum ngantuk.
Rahi : Om?
Sean : ?
Akhirnya dibalas juga, meskipun cuma tanda tanya. Habis ponsel Rahi sepi sih, dia belum mengupdate lagi karyanya. Sudah gitu, Rahi kan jomblo.
Rahi : Om deg-degan gak mau nikah sama aku?
Sean : G
Rahi : Nanti jangan gerogi pas ijab kabul. Jangan mikirin cewek lain juga, nanti salah lagi nama aku pas Om sebutnya.
Rahi cengengesan sendiri. Dia mendadak ada ide gila, yaitu menjahili mantan pengawalnya. Gimana kalau Sean dia buat baper?
Sean : Y
Rahi mencibir, “Gitu doang?”
Rahi : Om tau gak apa bedanya tanggal 28 sama 29 Oktober?
Sean : G
Rahi : 28 Oktober itu sumpah pemuda, kalo 29 Oktober itu sumpah aku sayang kamu!
Sean : Oh.
Rahi secara otomatis memukuli bantal gulingnya. Lalu dia menarik napas pelan dan mencoba sabar serta try again menjahili calon suaminya. Ya, bodo amat lah!
Rahi : Om tebak! Awan-awan apa yang bikin seneng?
5 menit kemudian …
Sean : Awanna be with you.
Rahi menggigit telinga bonekanya yang tepat berposisi di sebelah kiri dudukannya di ranjang. Bersemu, tapi … tahan.
Rahi : Kok tahu?
Sean : Sy bc d ggl
Mau menangis saja Rahi. Baca balasan chat dari Sean saja dia kudu mikir dulu seperti mengerjakan soal MTK. Rahi memilih menyimpan ponselnya di nakas, dia mending tidur daripada nggak jelas gini ngisengin mantan pengawalnya yang seringnya bikin darting.
“Demi meet up sama tripel Kim, rela gue nikah sama om-om berhati dingin,” gumam Rahi sebelum kemudian menutup mata.
***