Keesokan harinya, Damian terbangun dengan perasaan kacau balau. Pria dengan piyama hitam elegan itu duduk di tepi tempat tidur mewahnya. Jam di dinding masih menunjukkan pukul 5 pagi lewat sedikit. Tangan kanan mengusap wajah dengan helaan napas berat. Rambut hitam mediumnya awut-awutan, tapi malah seperti baru saja mengadakan sesi pemotretan sebuah majalah fashion ternama. Ketika matanya melirik ke arah meja nakas di dekatnya, pria tampan dengan ekspresi dingin ini termenung sesaat. Detik berikutnya, ponsel diraih, menggulir daftar kontak dengan cepat untuk sampai pada nama bertuliskan: Wanita Cupu Barbar Entah kenapa ketika dia terbangun beberapa detik lalu, dan mengingat soal perjodohan dari ayahnya, ada kecemasan dan ketakutan aneh yang tidak bisa diungkapkan di hatinya. Sejak men