Sebastian berhasil mencuri secarik surat yang sedang dikerjakan Greta tadi saat ia menyusup masuk ke dalam kamarnya. Mengagumkan ketika ia bisa mencuri kertas itu dan menyelipkan ke dalam saku mantelnya tanpa menimbulkan kecurigaan sedikitpun dari sang lady. Dan tentu saja, karena Sebastian berhasil mengalihkan perhatian Greta dengan setiap sentuhannya, wanita itu tidak lagi memikirkan soal kertas-kertas di atas meja. Mereka begitu sibuk berdebat – begitu sibuk menyentuh dan memberi kenikmatan pada satu sama lain hingga tiba-tiba dunia meredup dalam sekejap, yang tersisa hanyalah mereka di tengah ruangan yang temaram itu.
Sebastian tidak berpikir akan mendapatkan respons dari Greta seperti itu yang mana tindakannya justru membuat Sebastian lupa diri. Greta tidak ragu-ragu menyentuhnya, dan bahkan wanita itu tidak berpura-pura menahan keinginannya untuk mendapatkan lebih. Setelah semua kebohongan yang disampaikan wanita itu dan sikap pura-puranya, Sebastian merasa hanya pada momen itu Greta tidak membohonginya. Wanita itu menginginkannya, itu sudah jelas, tapi sikap keras kepalanya membuat Greta terus menyangkal. Sebastian mau saja percaya kalau Greta sama seperti wanita kebanyakan. Mereka menginginkan sesuatu: hidup yang mewah, pakaian dan pernak-pernik yang bagus, dan seorang suami yang bisa memenuhi semua itu dan mengangkat reputasinya di kalangan sosial. Sebastian banyak menjumpai wanita yang menginginkan uangnya, mereka yang hanya menyukai tampangnya, dan mereka yang berniat untuk memanfaatkannya, tapi setelah mendatangi Greta siang itu, pandangannya seketika berubah.
Rumah Greta, sekalipun cukup besar, tidak menyimpan banyak perabotan berharga. Dindingnya tampak kosong tanpa lukisan atau pajangan kayu. Wanita itu hanya memiliki dua sofa di ruang tengah dan beberapa barang yang umumnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Jauh dari bayangan Sebastian, Greta tidak dikelilingi kehidupan mewah sama sekali. Malahan, ketika Sebastian menyusup masuk ke dalam kamarnya siang itu, Greta hanya memakai pakaian sederhana dan menggelung rambutnya secara asal-asalan. Greta-nya tidak pernah terlihat lebih cantik dari hari itu dan Sebastian menyukai semua kesederhanaan yang mengelilinginya kecuali sifat kerasnya yang terus-menerus berusaha menolak Sebastian dan tidak mau mengakui perasaannya.
Entah bagaimana Sebastian tahu kalau Greta tidak akan memberikan jawaban yang diinginkannya kecuali Sebastian menggalinya sendiri. Hal itulah yang sedang ia lakukan sekarang. Ia pergi ke bar segera setelah Greta mengusirnya dari rumah. Disana ia memesan sebotol bir dan memeriksa isi surat yang dicurinya tadi. Isi surat itu beberapa kali membuatnya mengernyit. Surat itu ditujukan kepada seorang pria bernama Sir Thomas yang tampaknya bekerja untuk keluarga Summers. Greta menyebutkan sesuatu tentang pembagian hasil penjualan properti dan juga menuntut kakak sulungnya yang bernama James untuk menyetujui penjualan lahan yang diwariskan oleh ayah mereka. Dalam surat itu Greta mengatakan bahwa ia lebih berhak atas kepemilikian ladang karena ia dan neneknya yang mengurus ladang itu sejak dulu sementara James hanyalah nama yang dicantumkan oleh ayah mereka disurat wasiat sebagai ahli waris utama. Greta juga menyebutkan sesuatu tentang pengobatan dan dokter ahli syaraf, dimana semua itu menimbulkan lebih banyak pertanyaan dalam benaknya.
Dari cara Greta menekankan setiap maksudnya dalam isi surat itu, Sebastian cukup yakin kalau wanita itu sedang menghadapi masalah besar. Hanya saja, Sebastian tidak yakin apa tepatnya masalah yang dimiliki Greta, dan tentu saja bertanya langsung pada Greta tidak akan membuahkan hasil. Greta tidak memberinya jawaban tentang alasan kedatangannya ke perpustakaan malam itu, bagaimana mungkin Sebastian berpikir Greta akan membeberkan semua masalahnya begitu saja. Namun, Sebastian mulai berpikir bahwa isi surat itu ada hubungannya dengan kejadian malam di housted hill, ketika wanita itu mendatanginya dengan raut wajah yang begitu sedih sekaligus putus asa.
Kumohon maafkan aku.
Suara Greta rendah, penuh kesedihan. Rasanya seperti wanita itu hendak menyampaikan sesuatu, tapi tidak berani melakukannya. Karena apa? Merasa terancam? Ataukah Greta hanya berada dalam posisi terdesak yang mendorongnya untuk melakukan hal itu? Apa hubungannya semua itu dengan perebutan properti milik keluarganya? Kalau Sebastian harus mengaitkan satu kejadian dengan kejadian lainnya, ia akan berpikir bahwa Greta mungkin memiliki suatu urusan yang belum tuntas dengan seseorang - suatu urusan yang melibatkan perebutan properti dengan kakaknya.
Karena itulah Sebastian pergi ke bar untuk menemui seorang teman lama. Ia mengenal laki-laki bernama Lucas, pria asal irlandia yang pernah ditolongnya beberapa tahun yang lalu. Lucas pernah terlibat secara tidak langsung dengan suatu aksi kriminal yang hampir menyeretnya ke penjara. Kalau Sebastian tidak turun tangan untuk membereskan beberapa hal, Lucas sudah dipastikan akan menghabiskan seluruh sisa hidupnya disana. Dan karena tindakannya itu juga, Lucas mengatakan bahwa ia berutang budi pada Sebastian dan bersedia melakukan apa saja untuk membalas utang itu.
Sebastian tidak mengharapkan apapun dari Lucas selama ini. Lagipula, peristiwa itu sudah berlalu sejak bertahun-tahun yang lalu, jauh sebelum ia memutuskan untuk pergi ke medan perang. Sejak saat itu mereka sangat jarang bertemu. Baru-baru ini Sebastian mendengar kabar kalau Lucas bekerja dalam sebuah biro investigasi khusus yang memberi jasa penyelidikan namun lepas dari campur tangan negara. Biro penyelidikannya itu secara independen dan kabarnya organisasi itu cukup tersohor di kalangan masyarakat umum. Sebastian tidak meragukan kemampuan Lucas dalam hal itu. Sejak dulu, ia tahu bahwa Lucas sangat pandai menelaah suatu kasus yang rumit dan memecahkannya. Selain itu, Lucas satu-satunya orang yang ia ketahui mampu bergerak dengan licin di tengah kerumunan tanpa membuat orang menyadarinya sedikitpun. Tugas ini akan sangat cocok untuk Lucas, pikirnya.
Ia meneguk birnya kemudian memandang ke sekeliling. Cahaya di ruangan itu sangat redup dan suara percakapan dan tawa keras orang-orang di dalam sana nyaris memantul ke setiap sudut ruangan. Di salah satu sudutnya, kerumunan pria mengelilingi sebuah meja bundar dimana dua orang sedang duduk menempati kursinya selagi memainkan catur. Sementara itu, meja-meja bar yang mulai penuh dikelilingi oleh laki-laki berperawakan aneh yang menyimpan koin emas di balik sakunya.
Sebastian hanya datang ke tempat itu ketika ia merasa ingin minum. Dan meskipun Sebastian sudah meninggalkan kebiasaannya itu sejak dua tahun yang lalu, sesekali Sebastian akan datang kesana untuk mengingat-ingat masa-masa ketika ia dan Arthur masih menjadi remaja bodoh yang suka berkeluyuran. Para lord juga suka mendatangi tempat itu secara diam-diam, mereka akan berpesta bersama, meneguk ale sampai mabuk kemudian mencicipi seorang wanita.
Wanita..
Sebastian tidak ingat kapan terakhir kali ia menyentuh wanita secara intim sebelum kejadian di kamar Greta siang tadi. Gairahnya mengeras dengan cepat. Wanita itu pasti sudah membangkitkan sesuatu dalam dirinya yang sudah terkubur bergitu lama dan biasanya, Sebastian hanya menganggap para wanita itu sebagai angin lalu - sesuatu yang tidak akan ia sentuh untuk kedua kalinya. Ia tidak pernah merasakan desakan untuk menyentuh wanita yang sama lagi dan lagi sampai ia mengenal Greta Summers. Sekarang, bayang-bayang wajah Greta yang cantik benar-benar menghantuinya. Kelopak mata wanita itu terpejam, bibirnya sedikit terbuka dan sementara tangannya melingkari pundak Sebastian, menariknya lebih dekat seolah-olah wanita itu begitu takut jika Sebastian akan meninggalkannya.
“Maaf membuatmu menunggu lama,” ucap seseorang di hadapannya. Sebastian menegadahkan wajah dari atas meja, kemudian melihat wajah familier Lucas yang sedang tersenyum lebar ke arahnya. Ia berdiri untuk memberi pelukan singkat pada laki-laki itu. Lucas adalah pria yang memiliki tubuh besar dan berotot, genggamannya terasa kuat dan auranya memancarkan kepercayadirian yang kuat - satu hal yang Sebastian suka darinya. Meskipun usia Lucas beberapa tahun lebih muda darinya, Sebastian sama sekali tidak menganggap remeh kemampuan Lucas dalam pekerjaannya. Lucas sama ahlinya dengan Sebastian. Mereka memiliki satu kegemaran yang sama dalam olahraga pacuan kuda. Bahkan boleh dibilang, Lucas-lah satu-satunya lawan yang cukup sebanding dengan Sebastian.
“Tidak, aku baru saja sampai sekitar lima menit yang lalu.”
“Syukurlah. Aku benar-benar senang kau akhirnya menghubungiku.”
“Maaf, tapi aku sibuk dengan medan perang selama beberapa tahun terakhir ini..”
“Aku tahu, Arthur memberitahuku soal itu. Itu pertanda bagus bahwa kau masih hidup. Surat kabar mengatakan banyak yang gugur. Aku benar-benar menunggu kabar baik darimu.”
“Ya, disinilah aku. Kau belum kehilangan lawanmu yang sebanding.”
Lucas tertawa keras.
“Jadi kau bilang kau butuh bantuan?”
“Ya.”
“Apa yang bisa kubantu?”
Sebastian menggeser tubuhnya di atas kursi sembari menatap ke sekitar. Ketika cukup yakin tidak ada yang dapat mendengar percakapan mereka, ia mulai menjelaskan situasinya pada Lucas.
“Ada seorang wanita.. dia menyembunyikan sesuatu. Aku ingin kau menyelidiki maksud dari isi surat ini dan juga orang-orang yang terlibat disini..” Sebastian mendorong secarik kertas curiannya itu ke arah Lucas. “Aku akan memberimu nama dan apapun yang kau butuhkan untuk menyelidikinya, aku hanya ingin tahu urusan apa yang coba dia selesaikan dalam surat ini.”
Lucas membaca isi surat itu dengan cepat kemudian mengernyit.
“Aku tahu seseorang akan menulis surat seperti ini dalam keadaan terdesak.”
“Itu juga yang kupikirkan.”
“Jadi apa itu hubungannya denganmu?”
Kini Sebastian mengangkat alisnya. “Kupikir itu bukan bagian dari kesepakatan. Kau tidak akan menanyakan motif seseorang untuk menggunakan jasamu, bukan?”
Lucas kembali tertawa. “Benar sekali, tapi aku mengenalmu, dan aku tahu kau tidak pernah begitu berambisi untuk mencampuri urusan seseorang. Apa surat ini berpotensi sebagai ancaman untukmu?”
“Tidak, tidak sama sekali.”
Lucas menganggukkan kepala, tubuhnya disandarkan di atas kursi seolah ia baru saja mendapatkan jawaban.
“Aku mengerti.. wanita. Kau tarik pada wanita ini.”
Sebastian menggeram, tapi tidak berkomentar apa-apa. Lucas sudah mengenalnya begitu baik sejak mereka berdua masih remaja. Membohongi laki-laki itu hanya akan menjadi usaha yang sia-sia.
“Siapa wanita itu?” tanya Lucas dengan nada meledek.
“Apa maksudmu?”
“Kau tahu maksudku. Kau tidak tertarik begitu mudah dengan seorang wanita. Kau nyaris tidak punya waktu untuk omong kosong mereka, Bash.. jadi siapa wanita ini?”
Sebastian memalingkan wajahnya dengan perasaan jengkel. “Kau akan tahu segera setelah menyelidiki surat itu.”
“Baiklah.. Akan kucoba.”
“Terima kasih.”
“Tidak, jangan berterima kasih.” Lucas mencondongkan tubuhnya ke arah meja saat seorang pelayan datang membawakan segelas bir pesanannya.
Sebastian menunggu sampai pelayan itu pergi sebelum bertanya, “berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk menyelidikinya?”
“Aku tidak tahu, itu tergantung.. beri aku waktu seminggu dan kita lihat informasi apa yang bisa kudapatkan. Sekarang, aku ingin kau memberitahuku semua yang kau tahu tentang si penulis surat ini..”
Sebastian meneguk birnya kemudian mulai menjelaskan detail informasi yang diketahuinya tentang Greta. Ia tahu bahwa Lucas dapat dipercaya dan Sebastian melakukan semua itu karena sikap tertutup Greta yang memaksanya untuk melakukan penyelidikan sendiri. Kalau saja Greta mau bersikap terbuka, Sebastian tidak akan diam-diam menyelidikinya. Tapi setelah hampir dua minggu mengenal wanita itu, Sebastian tahu bahwa Greta tidak akan membongkar rahasianya - tidak pada Sebastian. Sialan wanita itu! Bagaimanapun, Sebastian tidak akan menyerah. Wanita itu sudah melibatkannya sejak malam ketika Greta mendatanginya di perpustakaan, sejak detik itu Greta seharusnya tahu kalau tidak akan ada cara untuk menyingkirkan Sebastian dari rencana apapun yang sedang dijalankannya. Tidak ada.