Bab 5

1536 Words
Tiara tersenyum, aku yakin hatinya sedang sangat bahagia. Cita-citanya bisa dipeluk dan merasakan batang kejantananku sebentar lagi kesampaian. Ini akan memberikan pengalaman tersendiri baginya. Dan aku pun harus mampu memberikan service terbaik baginya. "Sayang,...." Aku mendesah "Hmmmm," balas Tiara lirih seraya menarik tanganku ke payudaranya yang membusung. Aku langsung meremas lembut dua gunung kembar yang sejak tadi menggelitik punggungku. p****t Tiara kian meliuk liuk bergoyang memberikan sensasi gesekan berirama yang konstan dan menggairahkan. Tiara mendongak. Degup jantungku meloncat loncat dalam gemuruh yang sulit dilukiskan. Segenap jiwaku diliputi kebahagiaan yang meletup letup. Sekian lama aku menaruh rasa pada Tiara, namun baru kali ini bisa merasakan tubuhnya yang aduhai. Tiara memiringkan wajah. Sorot matanya sayu menatapku dalam merem melek. "Wil, sekarang kamu jauh lebih ganteng dari waktu STM, Sejak pertama melihatmu tadi, aku makin suka sama kamu," ucap Tiara lirih seraya melingkarkan sebelah tangannya memeluk leherku. Darahku kian berdesir, jantung berdegup kencang. Aku berusaha menenangkan jiwa, namun tak sepenuhnya berhasil. "Kamu benar-benar menggairahkan, Tiar," balasku sesaat sebelum mendaratkan bibirku pada bibirnya yang super seksi merekah dengan gincu yang menantang. Tangan kananku memeluk leher Tiara. Semenatara tangan kiriku bergerilya di d**a dan perutnya. Tiara pasrah dalam pelukanku, dia sudah melupakan segala ketakutannya. Matanya terpejam manja, menikmati setiap gerak tarian lidahku dalam rongga mulutnya. "Ooooh....," lenguh Tiara saat cumbuanku makin panas dan lincah. Dia menarik tengkukku, sepertinya dia tak ingin melepaskan lumatan dan kulumanku. Goyangan pantatnya makin lincah dan luwes, mengimbangi goyangan selangkanganku dan remasan di payudaranya. Tangan Tiara menyelinap ke belakang, menyentuh dan memegang kembali si Bangla yang hitam. Tubuh Tiara seketika menggelinjang. Aku sedikit menarik s**********n, memberikan kelonggaran pada tangan Tiara yang berusaha menurunkan celanaku. Aku melepaskan pelukan. Dengan mulut yang tetap berpagutan kuturunkan celana dalam dan celana panjangku hingga di atas dengkul. "Oooh Wildaaaaaan sssst aaaah." Tiara mendesah lirih saat tangannya kembali berhasil memegangi batang si Banglaku sekaligus dengan bijinya yang menggantung. "Ooooh, gede beneeeeer sih, aaaah aku suka bangeeet, Sayaaang, ooooh," lanjutnya. Aku kembali memeluk dan melanjutkan gerilya tangan di d**a dan perutnya. Beberapa saat kemudian, dia kembali melepas pelukan. Lalu menarik blousenya hingga terlepas. Tiara pun berinsiatif melepaskan pengait bra-nya. Kini tubuh padat berisi itu hanya terbungkus celana dalam hitam. Aku kembali memeluknya. Seranganku yang sempat tertunda dilanjutkan dengan penuh gairah dan makin ganas. Mulut kami kembali liar berpagutan, hingga menimbulkan suara decakan. Remasan dua tanganku di p******a montok, kenyal dan keras makin menggila. Tiara pun makin kuat meremas dan mengocok batangku yang sudah mulai licin dengan precum. "Wildaaaan ooooh sssst... nikmaaat, iiih, oooooh sssst." Tiara melenguh panjang saat leher jenjangnya aku jilati dengan penuh gairah. Tiba-tiba dia menjambak rambutku saat tangan kananku mengelus elus vginanya yang masih terbungkus celana dalam. "Oooh, nikmat sekali lehermu, Sayaaang." Aku bergumam. Lidahku makin mengganas di leher dan daun telinganya. Jari jemariku makin lembut mengelus vgina yang makin lama makin mengeras, membesar dan berdenyut di balik celana dalamnya. Tiara memelentingkan selangkangannya "Oooooh Wildan.... aaaah aku... aku aaaah... kamu aaah uuuh... nikmaaaaaaat... sayaaaang, uuuuh." Tiara menjerit lirih. Tubuh indahnya mengejang. "Oooh, aku. aaa Wildaaaan aku cinta kamu, Sayaaaaaang, oooooh, kamu aaaah aaaaah kamu ganteng aaah uuuuh kamu aaaaah...,aku udah sampai aaaaah ssssst." Tiara menceracu seperti yang kesurupan. Tubuhnya bergelinjang tak kuasa menahan dorongan cairan kenikmatan yang sudah mulai membasahi celana dalamnya. tanganku makin lembut mengelus elus vginanya, tangan kikriku makin kuat meremas payudaranya, sedangkan mulutku makin liar menjilati leher wajah dan telinganya. Si Bangla pun makin kuat menggoyang pantatnya yang masih terbungkus celana dalam hitam. Tiara memeluk erat leher dan kepalaku, dia juga mengigit gemas pipiku yang terus mencoba memberikan sensasi ternikmat fourplay pertamaku dengannya. Aku yakin Tiara jarang sekali mendapat sentuhan dan sensasi b******a di alam terbuka seperti ini. Aku sangat meyakini, Tiara tak akan pernah menduga, bisa secepat itu mencapai o*****e hanya dengan cumbuan dan sentuhan lembut tak langsung dari tangaku yang sudah terlatih di vginanya. "Tunggu permainanku yang lebih gila di alam terbuka yang angker ini, Sayang," bisikku sambil menjilati daun telinganya. Tiara terdiam beberapa saat. Mengatur napas dan menetralisir sekujur tubuhnya yang lemas. o*****e yang sangat dahsyat dan nikmat, telah menyedot tenaganya. Aku memeluknya dengan sangat lembut. Kejantananku yang panas dan tegang menempel erat di belahan p****t Tiara yang kini tak bergoyang lagi. Tiara melepaskan pelukanku, lalu membalikan badan. kedua matanya nanar menatapku yang tersenyum puas telah membuatnya lemas. Aku menunggu instruksi lanjutan seraya mengelapkan jari dan telapak tanganku yang basah dengan cairan dari vginanya. Tiara melepaskan celana dalamnya yang basah. "Sungguh luar biasa, Sayang," desah Tiara seraya mengalungkan dua tangan di leherku. "Aku bahkan jarang o*****e saat b******a dengan suamiku. Apalagi bisa secepat ini," lanjutnya sesaat sebelum mendaratkan kecupan mesra di bibirku "Sensasi alam terbuka, hehehe," balasku enteng sambil menunduk membalas permainan lidah Tiara dalam rongga mulutnya. Ku peluk kembali tubuh sintal janda dua kali ini. Kedua tanganku meremas kuat bongkahan p****t montoknya yang sudah tak terhalang selembar benang pun. Tiara menurunkan tangan. Dengan tanpa melepas cumbuan, dia menarik retsleting jaketku dan melepaskannya. Terakhir dia pun melepas kaosku. Dan aku pun menurunkan celanaku hingga terlepas dari tubuhku. Kini aku dan Tiara sama-sama berdiri telanjang bulat di pinggir jalan tengah hutan dekat motorku yang tetap rela menjadi saksi bisuku. Cahaya temaram rembulan kian membuat suasana lebih romantis, dedaunan yang bergoyang tertiup angin sepoi-sepoi pun seolah menari memberikan semangat pada diriku untuk terus melanjutkan permainan sampai tuntas. Beberapa saat Tiara tercekat menatap tubuh maskulinku di depan matanya. Aku semakin yakin jika dia mengagumiku sejak lama. Dia terkesima dengan kulit halusku yang membungkus tubuh dan d**a bidang serta perutku yang rata. Wajahku yang tampan dengan rambut lurus terpotong rapi, tentu makin menyempurnakan kekagumannya yang terpancar dari tatapan mata yang nanar dan sayu. Tangan lembut Tiara perlahan namun pasti menelusuri inci demi inci lekuk tubuhku yang atletis. "Oooooooooh..." Aku mendesis, sekujur tubuhku merinding. Jilatan Tiara pada leher dan dadaku menjalarkan nikmat pada setiap pori-poriku. Aku mendongak seraya terpejam kuat. Sensasi nikmat yang kurasakan telah merasuki segenap jiwaku. "Uuuuuuh ssssssst." Aku kembali melenguh panjang. "Oooooh, yeeeees!." Aku tersentak. Mataku terbuka lebar dengan mulut sedikit menganga. Rasa yang sangat dahsyat menyengat tiba-tiba pada batang si Bangla. Hangat, basah, geli dan super nikmat. Walau mulut Tiara tak mampu menelan seluruh batangku. Namun sensasi jilatan dan kuluman serta kocokan mesra tangannya terasa sangat nikmat luar biasa. "Aaaa nikmaaat banget, Sayaaaaang oooh aaaah ssssst... nikmaaat uuuuh." Aku tak kuasa menahan lenguhan. Kedua tanganku refleks memegangi kepala berambut sepunggung yang lincah mengeluar-masukan batangku di mulutnya. "Ooooh yeees,...." balas Tiara dengan mata berbinar. Mulut dan tangannya penuh dengan batang coklat besar panjang dan berurat. Tampaknya bulu bulu di kaki, paha, perut dan dadaku yang hitam legam dan lebat, terutama di sekitar pangkal si Bangla serta dua biji pelir besar yang menggantung seksi, kian membuatnya b*******h. Wanita yang tak pernah mendapat kepuasan maksimal dari dua suami terdahulunya itu mendongak. Menatap nanar wajahku yang menunduk menatapnya. Seulas senyum m***m keluar dari bibir kami berdua nyaris bersamaan. Pancaran kebahagiaan tampak jelas di wajah Tiara. Sepertinya dia bangga bisa mengisap dan menjilati si Bangla. Gelora dan gairah Tiara sepetinya kian membuncah. Si Bangla yang menjadi impiannya saat ini bebas keluar masuk mulutnya. Walau dirasa terlalu besar dan panjang, namun dia sangat menikmatinya. Hidung Tiara kembang kempis, menghirup aroma jantan di dekat selangkanganku. Jelas akan semakin membangkitkan libidonya. Kata beberapa wanita yang pernah menciuminya, selangkanganku menebarkan aroma khas jantan yang tak semua lelaki memilikinya. Aroma yang sangat membabukkan. "Uuuuuuuuuh sssssst." Aku melenguh. Jilatan dan kulumannya kian melambungkan anganku. Tiara mendongak kembali saat aku menunduk. Pandangan nanar kami bertemu pada satu titik yang mendebarkan. Getar-getar aneh tiba-tiba menjalari sukmaku. Senyum m***m yang terbit dari bibir sang artis dangdut terasa begitu indah dan memesona. Tiara melepaskan batang si Bangla dari mulutnya. Lalu dia berdiri menjajariku. Rona wajahnya terlihat sedikit memerah dalam cahaya bulan yang semakin terang. Napasnya tersengal, lalu dia melingkarkan kedua tangan pada leherku. Bibir lembutnya kembali melumat bibirku, lidah lancipnya menjulur dan memilin lidahku yang tak membosankan. Setelah puas, dia kembali melepaskan pelukan. Tangannya memegangi batang rudalku "Sayang, masukin si Bangla, aku udah gak tahan lagi." Tiara bicara binal dan v****r, seraya membalikan tubuhnya membelakangi aku. Darahku berdesir, tubuhnya memanas. Api birahiku seketika berkobar, tersulut kata-kata v****r yang diucapkannya dengan sangat seksi. Tiara menungging di depanku, kedua tangannya bertumpu pada jok motorku. Kedua kakinya melebar. "Cepatan masukin, Sayang...., aku sudah tak sabar ingin merasakan kejantanan si Bangla, ooooh sssst," Tiara kembali melenguh manja, menyadarkan aku dari terkesiap. Mataku masih nanar memandangi p****t dan vginanya yang super seksi. Beberapa kali aku menelan ludah, pemandangan di depan mataku begitu indah dan sayang untuk lewatkan. Keseksian p****t dan vgina Tiara dalam posisi menungging, bisa jadi merupakan yang terindah dan terseksi yang pernah aku lihat. Aku berdiri tegak sambil memegangi batang di Bangla yang keras maksimal. Lalu aku arahkan pada bibir vgina basah yang sudah sangat siap menerima sodokkan aku. "Oooooooooooooh, Wildaaaaaaan sayaaaaang, uuuuuhhhhh aaaah ssssst." Tiara melenguh panjang seraya mendongkak, saat aku menggesek-gesekan kepala batangku pada bibir vgina dan clitorisnya. "Iya begitu sayaaaangku, uuuh nikmaaat sekali sayang, oooh, kamu pintar sekali Wildaaaan, aku aaaah aku ooooh, nikmaaaat." Tiara menceracau memujiku yang terus menggesek-gesekan kepala si Bangla yang besar dan mengkilap pada clitorisnya yang merah kehitamannya. "Uuuuuuuuuuh, nikmat bangeeeet, Saaaayang, Wildaaaaan aaaah I love you honeeeey, Yeeees aaaaah." Tiara tak henti hentinya berkicau. Semakin keras aku menggesak kepala si Bangla, semakin keras pula lenguhannya. ^^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD